Sopir angkutan umum kembali berdemonstrasi
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Pengemudi angkutan umum yang tergabung dalam Persatuan Pengemudi Angkutan Darat (PPAD) kembali menggelar aksi hari ini. Mereka masih memprotes keberadaan transportasi berbasis on line seperti Grab Mobil dan Uber.
Konsentrasi massa terbagi di dua titik, yakni gedung Balai Kota DKI Jakarta dan gedung Dewan Perwakilan Rakyat. Pengelola Angkutan Kota, KWK, dan Bajaj berkumpul pada poin pertama; sedangkan supir taksi dari berbagai perusahaan bertindak pada poin kedua.
Menurut Laode Djeni Hasmar selaku koordinator lapangan dan ketua umum Koperasi Wahana Kalpika (KWK) Jakarta, keberadaan transportasi online melanggar undang-undang (UU). “Itu sudah ilegal, itu juga menggerogoti pendapatan dan kesejahteraan kita,” ujarnya saat memberikan pendapat di depan gedung Balaikota.
Sejak dimulainya layanan transportasi baru ini, 80 persen dari 120 ribu pengemudi angkutan umum terancam kesejahteraannya. Pendapatan mereka bisa berkurang setengahnya karena banyaknya penumpang yang beralih menggunakan moda transportasi baru ini.
“Bagaimanapun, kami punya istri, anak, dan keluarga yang harus diberi makan. “Ini masalah naluri,” katanya.
Susah dapat 20 ribu
Budiman, salah satu pengelola CHP yang biasa beroperasi di kawasan Jakarta Barat, mengaku pendapatannya memang menurun drastis. Pria 30 tahun ini menempuh jalur Cengkareng-Citraland dengan KWK B14 setiap hari.
“Dulu sehari saya bisa bawa pulang Rp 150-200 ribu,” kata Budimana yang mengenakan kaus oblong dan celana jeans berkerah biru langit. Kini jumlah tersebut menurun drastis.
Katanya, untuk mendapat Rp 20.000 genap, ia harus bekerja keras. Pendapatan tertinggi kini hanya berkisar Rp75.000 hingga Rp90.000.
“Dipatok Rp 120.000,” ujarnya. Permasalahan ini tidak hanya menimpa Budiman, tapi juga puluhan ribu pengemudi lainnya.
Kekhawatiran pendapatan tersebut akan terus turun membuat Budiman dan kawan-kawan memutuskan turun ke jalan. “Sejujurnya kami tidak bekerja sehari pun untuk demo tersebut,” ujarnya.
Yang semakin membuat marah pengemudi, angkutan ini melanggar Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Angkutan Umum dan Jalan Raya. Disebutkan, kendaraan yang beroperasi sebagai angkutan umum harus berpelat kuning. Sedangkan kendaraan yang digunakan Uber dan Grab Car berpelat hitam atau merupakan kendaraan pribadi.
“Mereka ilegal, tapi menghasilkan banyak keuntungan. Sedangkan kita yang taat aturan punya masalah, kata Laode. Ia meminta pemerintah segera menyelesaikan masalah ini.
Menjanjikan kemudahan persetujuan dan kesejahteraan
Massa yang berunjuk rasa di Balai Kota diterima Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansyah. Dia mengatakan, aspirasi dan tuntutan mereka akan disampaikan kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
Gubernur berjanji akan menyediakan fasilitas angkutan umum yang aman dan tertib, serta menjamin kesejahteraan pengemudi, kata Andri yang disambut sorak-sorai massa aksi. Salah satu janji yang dilontarkannya adalah memberikan kemudahan perpanjangan izin jalur transportasi; dan membuat standar acuan untuk kendaraan layak pakai.
Namun hal ini terkait dengan tuntutan penghapusan jasa transportasi on line, dia bilang dia tidak bisa berbuat apa-apa. “Ini urusan Kementerian Perhubungan. “Mereka akan mencari solusi untuk mengatasi masalah ini,” ujarnya.
Laode mengaku senang dengan tanggapan tersebut dan langsung membatalkan aksi protes. Dia menyatakan tidak akan mengadakan protes lagi mengenai masalah ini. “Selanjutnya kita akan berdialog langsung dengan pemerintah. “Tidak ada lagi protes,” katanya.
Berdasarkan pantauan Rappler, aksi protes ini berlangsung damai dan tertib, dari awal hingga akhir. Peserta mengikuti arahan dari penjaga polisi, dan tidak ada yang mencoba memulai perkelahian. Bahkan, mereka beberapa kali mengajak polisi untuk ikut bergoyang diiringi alunan musik dangdut yang datang dari pengeras suara.
Go-Jek bekerja secara rahasia
Sementara itu, pengelola jasa transportasi on line hari ini beroperasi secara rahasia. Banyak di antara mereka yang sengaja meninggalkan tanda perusahaan untuk menyamar sebagai ojek biasa.
Heru (bukan nama sebenarnya) merupakan salah satu driver Go-Jek yang mengikuti cara tersebut. Dalam perjalanan dari Medan Merdeka Selatan menuju Sarinah, ia menceritakan peringatan dan siasat teman-temannya.
“Perusahaan kemarin sudah diberitahu mengenai jalur demonstrasi yang sebaiknya dihindari,” ujarnya. Hari itu, ia tidak mengenakan jaket Go-Jek, melainkan sengaja mengenakan jaket kulit berwarna hitam dan mengenakan helm polos berwarna merah muda. Menurutnya, hal serupa juga dilakukan rekan-rekannya.
Ia pun sengaja memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, bukan dipasang di sepeda motor seperti biasanya. Kebiasaan ini bisa menjadikannya sasaran kemarahan para pengunjuk rasa. “Saya juga hanya berani menerima pesanan yang dekat saja,” ujarnya.
Sesampainya di Sarinah, Heru bertemu dengan teman-temannya yang juga tidak berseragam. “Kamu tidak berani mengambil penumpang,” katanya sambil tersenyum sedih.
Ia mengaku tak paham mengapa aksi ini harus menggunakan kekerasan dan merepotkan banyak pihak. Menurutnya, para pengemudi taksi dan lainnya harus mulai beradaptasi dengan perkembangan zaman dan teknologi. –Rappler.com
BACA JUGA: