Atasi pesimisme di setiap fase
- keren989
- 0
Tidak ada kebahagiaan yang gratis. Itu datang dengan kerja keras.
JAKARTA, Indonesia — Pelatih Alfred Riedl mungkin menjadi orang yang paling tidak percaya timnya bisa mencapai final Piala AFF Suzuki. Beliau sejak awal adalah orang yang paling mengetahui kelebihan Indonesia dan bertanggung jawab terutama atas pencapaian tim.
Lihat saja, saat pertama kali dilantik, ia lantang mengatakan bahwa target Indonesia adalah menjadi finalis Piala AFF 2016. Namun, setelah menyusun tim, menentukan pilihan dan dinamika yang muncul, Riedl merevisi targetnya.
Saat itu, kata dia, mustahil mencapai target tanpa tim yang lengkap. Di tengah berlangsungnya turnamen Indonesia Soccer Championship (ISC), klub enggan melepas pemainnya ke Timnas. Maksimal hanya 2 pemain yang bisa “dipinjam” oleh Riedl.
Situasi itu diperburuk dengan sanksi FIFA terhadap PSSI. Dampaknya, kata Riedl, kondisi fisik pemain menjadi kurang baik.
Itu hal yang sulit, pemain lebih memilih membela klubnya daripada berkorban untuk negaranya, klub juga lebih mengutamakan kepentingannya daripada kebutuhan negara, kata Riedl saat itu.
Riedl juga percaya pada media asing. Ia menegaskan, kekuatan Indonesia di AFF tidak mungkin mencapai 100 persen.
“Kekuatan terbaik yang dapat digunakan di Indonesia saat ini baru 80 persen. Karena kami tidak bisa menemukan pemain terbaik di posisinya, kami mencari alternatif di antara yang terbaik, dan mereka yang masih punya hati untuk Indonesia, kata pelatih asal Austria itu saat itu.
Sejumlah uji coba digelar. Namun hasilnya belum tentu memberikan harapan. Sebab, performa Indonesia kurang meyakinkan pada laga persahabatan tersebut. Indonesia justru mengalahkan Malaysia 3-0. Namun pasukan Garuda hanya bermain imbang 2-2 melawan Vietnam dan kembali bermain imbang 0-0 melawan Myanmar hingga akhirnya kalah 2-3 dari Vietnam di Hanoi.
Hingga laga pertama Grup A berlangsung, awan masih menyelimuti Indonesia. Garuda justru menjadi tim yang mengalami kekalahan pertama. Melawan Thailand, grup Garuda kalah 2-4. Indonesia menghadapi laga penentu melawan Filipina dan mengincar kemenangan, namun ternyata berakhir imbang 2-2.
Pesimisme semakin berkembang. Banyak pihak memperkirakan Indonesia tidak lolos dan hanya mengulangi kegagalan di dua pentas AFF sebelumnya. Namun Indonesia berhasil menang 1-2 atas Singapura di laga final, sedangkan Filipina kalah dari Thailand dan melaju ke babak semifinal.
Stefano Lilipaly pun menyebut kesuksesan ini merupakan keajaiban kerja keras. Ia menilai kerja sama tim dan solidaritas membela Merah Putih bisa membawa kebahagiaan bagi Indonesia.
Di babak semifinal, pesimisme kembali muncul pada perjuangan Indonesia. Bahkan Alfred Riedl, sang pelatih, merasa pesimis dan selalu rendah hati dalam konferensi pers.
“Kami akan bertemu salah satu favorit untuk menang. Tim terbaik kedua di turnamen ini. “Kami akan berusaha tampil normal,” ujarnya.
Malah, alih-alih bermain normal, Indonesia tampak lebih menyerang meski pada akhirnya berhasil menang tipis 1-2. Di leg kedua, Indonesia menjadi sasaran, bahkan sempat diserang selama “tujuh hari tujuh malam” hingga akhirnya berhasil bermain imbang 2-2 melalui babak tambahan setelah skor berakhir 1-2 di babak normal.
Riedl pun mengakuinya. Ada kebahagiaan yang menaungi Indonesia. Namun, ia membantah kebahagiaan itu datangnya dengan sia-sia.
“Kebahagiaan datang karena tim bekerja keras. Mereka yang bekerja keras akan berusaha semaksimal mungkin. “Akhirnya keberuntungan datang,” ujarnya.
Bagaimana peluangnya di final? Harus diakui peluang Indonesia masih kecil. Pasalnya, di atas kertas, Thailand difavoritkan, difavoritkan menang, dan mengalahkan Indonesia 4-2 di babak penyisihan grup. Mereka juga akrab dengan gelar Piala AFF. Juara empat kali itu lebih dari siap untuk memenangkan gelar kelimanya.
Namun, hingga peluit akhir berbunyi, harapan meraih gelar juara pertama sepanjang sejarah keikutsertaan Indonesia di AFF masih besar. Sampai saat itu, hasilnya berkata lain.—Rappler.com
BACA JUGA: