
Into The Light hadir untuk para penyintas kehilangan akibat bunuh diri
keren989
- 0
Into The Light tidak hanya berfokus pada pencegahan bunuh diri, namun juga mereka yang tertinggal
JAKARTA, Indonesia – Banyaknya pemberitaan tentang bunuh diri melalui media online pada tahun 2013 membuat Benny Prawira mencetuskan ide untuk membentuk komunitas yang peduli terhadap pencegahan bunuh diri.
Perjalanan terbentuknya suatu komunitas tidak serta merta terjadi, memerlukan tahapan-tahapan yang harus dilalui. Awalnya pada tahun 2013, Benny dan kawan-kawan mengadakan seminar untuk memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri yang jatuh pada tanggal 10 September. Usai acara, ia didekati oleh peserta yang ingin bertanya lebih lanjut mengenai pencegahan bunuh diri.
Dari situ Bennie melihat ada kebutuhan yang coba ia penuhi. Tahun berikutnya ia melanjutkan kesungguhannya dengan membentuk Into The Light.
“Tahun 2014 hingga 2015 kami membentuk struktur dan membersihkan semuanya. “Pada tahun 2016, kami mulai memilih orang,” kata Benny kepada Rappler.
“Jika kematian terjadi karena bunuh diri, kesedihan yang mendalam akan dirasakan oleh yang berduka. Mereka mengalami trauma. Banyak dari mereka yang merasa sedih, bersalah, marah, dan semua perasaan itu bercampur menjadi satu.”
Ia sendiri ingin anggota komunitasnya adalah orang-orang yang memiliki pandangan yang sama dengan Into The Light. “Kami cukup perfeksionis “Iya, total anggota aktif saat ini 26 orang,” ujarnya.
Untuk masuk ke komunitas ini harus melalui tahap wawancara dan pelatihan. Ada 16 pertemuan pelatihandan calon anggota hanya diperbolehkan absen sebanyak empat kali.
Dalam proses pelatihan sendiri banyak hal yang disediakan oleh komunitas ini. Di sesi awal, fokus pelatihan lebih ke arah pemikiran kritis, metode penelitian dan keterampilan menulis.
Setelah itu akan ada pelatihan untuk mengenal diri sendiri dan juga perawatan diri. Kemudian kita masuk ke hal-hal yang lebih serius, seperti masalah keberagaman, komunikasi dengan orang yang berbeda, dan juga mengatasi prasangka.
Proses pelatihan Apa yang harus Anda lalui terasa panjang. Namun dari sini calon peserta akan belajar banyak hal bermanfaat.
“Tahun 2016 ada profesor dari Singapura yang memberi pelatihan untuk kita. Kebetulan dia di Jakarta, ya begitulah,” kata Benny.
Merawat keluarga yang ditinggalkan
Ada lima divisi yang bekerja di komunitas ini. Yang pertama adalah bagian penelitian. Bagian ini meneliti tentang bunuh diri. Benny sendiri mengatakan penelitian di Indonesia jarang menggunakan variabel bunuh diri. Namun, itulah yang menjadi fokus komunitas ini.
Kedua, adanya perpecahan sumber daya manusialalu ada penggalangan danadan juga departemen media.
Selain itu juga terdapat pembagian tugas yang dibagi menjadi tiga kelompok. Tugas pertama adalah pencegahan bunuh diri pada tingkat makro. Misalnya kebijakan, intervensi sosial, dan juga pendidikan.
Keduanya mulai masuk intervensi krisis. Tahap ini lebih fokus pada proses mendengarkan alasan mereka yang mengalami depresi dan ingin mengakhiri hidup. Dalam proses ini, banyak emosi yang bergejolak karena setiap individu mempunyai sumber depresi yang berbeda-beda.
Lalu yang terakhir adalah pasca kematian. Jika kematian terjadi karena bunuh diri, kesedihan yang mendalam akan dirasakan oleh yang berduka. Bisa jadi keluarga, teman, atau kekasih. Mereka yang tertinggal disebut sebagai penyintas kehilangan akibat bunuh diri.
Orang-orang yang tertinggal pun mendapat tekanan yang tidak kalah besarnya. Mereka pernah mengalami trauma sehingga emosinya sangat kuat. Banyak di antara mereka yang merasa sedih, bersalah, marah, dan semua perasaan bercampur menjadi satu.
“Intervensi krisis berfokus pada proses mendengarkan alasan mereka yang mengalami depresi dan ingin mengakhiri hidupnya. “Dalam proses ini, banyak emosi yang bergejolak karena setiap individu memiliki sumber depresi yang berbeda.”
Padahal menurut penelitian, kesedihan ini sangat kompleks dan kompleks dibandingkan kesedihan akibat kehilangan lainnya.
Sayangnya di Indonesia jarang yang fokus pada mereka yang kalah, kata Benny.
Di Indonesia, menurut Benny, belum banyak pihak yang menjangkau mereka yang kehilangan anggota keluarganya karena bunuh diri. Bahkan, mereka juga rentan melakukan bunuh diri. Oleh karena itu, komunitas ini juga hadir untuk para penyintas kehilangan akibat bunuh diri.
Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia
Untuk memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia bulan depan, Benny dan teman-temannya di komunitas Into The Light berencana mengadakan acara Light a Candle, sebuah tradisi sedunia, pada tanggal 10 September.
Tapi itu masih rencana, nanti kita lihat kondisinya, kata Benny.
‘Light a Candle’ sendiri merupakan talkshow bersama mereka yang tertinggal. Teman-teman komunitas juga akan menyampaikan pesan-pesan untuk mencegah terjadinya bunuh diri sehingga angka bunuh diri dapat diturunkan.
Meski demikian, Benny mengaku komunitas ini juga punya pilihan lain untuk memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia tahun ini. “Kalau begitu, sebenarnya kami ingin membuatnya terlihat seperti lari,” kata Benny.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang komunitas Into The Light, kunjungi situs webnya ke dalamthelightid.wordpress.com. Mengikuti mereka berada di:
—Rappler.com