5 Tokoh yang Menjadi ‘Newsmakers’ Sepanjang Tahun 2016
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia — Tahun ini dipenuhi dengan corak warna yang berbeda-beda. Seperti kendaraan roller coasterperasaan mayoritas WNI seolah-olah diangkat, sebelum tiba-tiba terpuruk.
Beberapa peristiwa yang membuat emosi pembaca naik turun disebabkan oleh sejumlah tokoh yang paling banyak dibicarakan di media. Mereka ditunjuk sebagai “pembuat berita“, atau orang-orang yang setiap tindakannya menjadi berita, terlepas dari positif atau negatifnya pemberitaan tersebut.
Berikut 5 sosok pilihan redaksi Rappler Indonesia yang membuat pemberitaan menggemparkan sepanjang tahun 2016, baik membuat pembacanya senang, beruntung, geram, marah, atau takut.
1. Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama
Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama tentu menjadi yang paling banyak dibicarakan selama enam bulan terakhir, meski popularitasnya semakin meningkat sejak menjabat wakil gubernur pada 2012.
Tak bisa dimungkiri, warga Jakarta terbelah soal Ahok. Ada yang memujanya karena dianggap berhasil memperbaiki Jakarta, namun ada juga yang menentang kebijakannya seperti daur ulang dan penggusuran.
Ahok mengunjungi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) beberapa kali tahun ini karena berbagai kasus. Pertama, sengketa lahan RS Sumber Waras, dimana Pemprov DKI Jakarta dituding membeli tanah dengan harga lebih mahal sehingga menimbulkan kerugian negara.
Selain itu, ia juga bersaksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) dalam kasus suap rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Daur Ulang. Hingga saat ini, komisi antirasuah belum menyatakan Ahok bersalah atau terlibat dalam kasus tersebut.
Namun tak ada yang membuatnya semakin menjadi pusat perhatian kecuali kasus dugaan penodaan agama yang disangkakannya. Mulai dari pidatonya saat kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu akhir September lalu, hingga persidangan yang selalu dihadiri ratusan pengunjuk rasa.
Ia dijadikan tersangka karena komentarnya yang mengutip Surat Al-Maidah ayat 51 dalam pidatonya saat itu. Ia menegaskan, ucapannya tersebut bukan bermaksud menghina ulama, umat Islam, atau Alquran, melainkan ditujukan kepada lawan politiknya yang bertameng ayat suci karena tidak mampu bersaing secara sehat melalui visi dan misinya.
2. Jessica Kumala Wongso
Siapa yang tak kenal dengan nama Jessica Kumala Wongso? Wanita berusia 28 tahun ini menjadi terkenal sejak persidangannya disiarkan di televisi Indonesia, bahkan banyak dicari oleh stasiun televisi Australia.
Jessica dituduh membunuh temannya, Wayan Mirna Salihin, dengan mencampurkan racun sianida ke dalam es kopi Vietnam. Sekilas terdengar sederhana, namun permasalahannya lebih kompleks.
Dalam persidangan, tidak ada satu pun saksi yang secara gamblang menyatakan melihat Jessica memasukkan sianida ke dalam kopi Mirna di Olivier Cafe, Grand Indonesia. Saksi mata hanya mengatakan kopi tersebut berubah warna menjadi warna aneh dan berbau tidak sedap.
Rekaman CCTV yang diperlihatkan jaksa penuntut umum (JPU) juga tidak menunjukkan secara jelas lokasi kejadian. Banyak orang yang menganggap tuduhan yang dilontarkan Jessica hanyalah asumsi belaka.
Saat menyampaikan nota pembelaannya, Jessica pun membeberkan perlakuan polisi yang dirasa telah menjatuhkannya. Menurut dia, ada paksaan dari polisi agar dia mengaku bersalah, padahal dia sendiri sudah bersikukuh tidak membunuh Mirna.
Tak sedikit pula yang mengatakan itu juga sebuah pengorbanan diadili oleh massa yang mengesampingkan asas praduga tak bersalah. Pemberitaan yang berlebihan, serta paparan terhadap keluarga Mirna yang berpotensi besar mempengaruhi opini massa, menuai banyak kritik.
Bahkan, saat putusan dibacakan, hakim tidak menyebutkan bukti-bukti yang tak terbantahkan. Keyakinan itu disampaikan atas dasar “pendapat hakim”.
Namun, ia harus mendekam di penjara hingga 20 tahun.
3. Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir
Pasangan ganda campuran bulu tangkis Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir menjadi kabar gembira bagi Indonesia di tahun 2016. Tahun ini, pasangan yang akrab disapa Owi/Butet itu berhasil meraih 2 gelar juara berturut-turut yakni China Open Super Series Premier dan Hong Kong Open Super. Seri.
Mereka juga memenangkan medali emas di Olimpiade di Rio de Janeiro. Mereka mengalahkan pasangan Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Yin, dua set langsung dengan skor telak: 21-14, 21-12.
Medali emas Tontowi/Liliyana juga menghubungkan tradisi emas bulu tangkis Indonesia di Olimpiade. Sejak mulai dipertandingkan pada tahun 1992, bulu tangkis tidak pernah gagal menyumbangkan medali emas, namun tren itu berakhir di London 2012.
Sebagai imbalannya, pemerintah menepati janjinya memberikan Rp5 miliar bagi peraih medali emas Olimpiade. Jadi Tontowi/Liliyana masing-masing mengantongi bonus Rp 5 miliar.
4. Joey Alexander
Musisi jazz muda berbakat Joey Alexander terus mengharumkan nama bangsa. Dia mendapat dua nominasi tahun ini untuk Grammy Awards, ajang penghargaan musik terbesar di dunia.
Awal tahun lalu, tepatnya 15 Februari, ia tampil memukau di hadapan insan musik dunia di panggung Grammy Awards 2016 di Staples Center, California, Amerika Serikat.
Meski singkat, penampilan Joey disambut baik tepuk tangan meriah musisi yang hadir termasuk Taylor Swift dan Bruno Mars.
Sayangnya, saat itu ia belum berhasil meraih penghargaan, baik pada kategori Best Jazz Improvised Solo maupun Best Jazz Instrumental Album.
Kemudian pada bulan April ia tampil sebagai salah satu artis di International Jazz Day 2016 yang digelar di Gedung Putih, Washington DC.
Joey bermain selama lebih dari dua menit di depan Presiden AS Barack Obama dan legenda jazz seperti Wayne Shorter dan pemenang Grammy Esperanza Spalding. Penampilan ini disiarkan langsung di situs resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNESCO, Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat, dan Gedung Putih.
Ia pun menggelar konser bertajuk return home yang digelar di Jakarta International Expo pada 22 Mei. Tak kalah prestasinya di tahun ini, ia masuk dalam daftar 30 Under 30 Asia versi majalah Forbes. Bocah berusia 12 tahun ini juga dinobatkan sebagai salah satu Next Generation Leaders versi majalah TIME.
Prestasi Joey seolah tak ada habisnya. Untuk kedua kalinya, nama pianis cilik ini bergabung dengan musisi jazz ternama lainnya dalam daftar nominasi Grammy Awards 2017 dengan lagu bertajuk Hitung mundur.
Joey akan bersaing dengan musisi jazz pada kategori Best Improvised Jazz. Pesaing Joey adalah Ravi Coltrane (Bergerak), Fred Hersch (Kami melihat), Brad Mehldau (Saya Berkonsentrasi Pada Anda) dan John Scofield dengan (Aku sangat kesepian hingga aku bisa menangis).
Mudah-mudahan tahun depan dia bisa membawa pulang trofi untuk dirinya sendiri dan tentunya Indonesia.
5. Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian
Terakhir adalah Jenderal Polisi Tito Karnavian. Pria yang kini menjabat sebagai Kapolri ini mengalami peningkatan karier yang luar biasa.
Pria yang pernah menjadi Kepala Pasukan Khusus (Densus) 88 Anti Terorisme ini mulai mendapat banyak sorotan sejak menjabat Kapolda Metro Jaya pada Juni 2015. Ia jugalah yang mengungkap kasus bom Thamrin pada awal Januari 2016 – dimana suasana ibu kota berubah normal dalam waktu 5 jam dan 7 tersangka ditangkap.
Tito yang berpengalaman menangani terorisme juga menghadapi banyak ancaman lain selama memimpin Polda Metro Jaya, seperti ancaman bom di Mall Alam Sutera, Tangerang.
Setelah itu ia diangkat menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mulai Maret 2016. Hanya berselang 3 bulan ia langsung dilantik menjadi Kapolri.
Tahun ini, Tito harus menghadapi banyak hal. Pertama adalah konflik Poso yang berakhir dengan tewasnya buronan teroris, Santoso. Tak sampai disitu saja, ia juga harus menangani 3 kali demonstrasi besar-besaran yang dilakukannya Gerakan Nasional Kawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) dalam aksi Bela Islam terhadap Ahok dalam kasus dugaan penodaan agama.
Hanya satu yang berakhir dengan kekacauan, sedangkan sisanya termediasi dengan baik. Tito juga menegaskan agar GNPF MUI tidak menggelar salat Jumat di sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin, alternatifnya adalah ibadah massal di Lapangan Monas.
Belum lagi ancaman terorisme yang seolah tak ada habisnya. Tito bekerja keras, ia berhasil mengamankan 40 tersangka teroris, beberapa di antaranya merencanakan aksi bom bunuh diri saat Natal dan Tahun Baru.
Tentu tidak mudah melindungi negara ketika gerakan radikal, konservatif, dan teroris menyerang secara gencar. Bagaimana kinerja Tito di tahun 2017?—Rappler.com