• July 10, 2025
Indonesia mengusulkan agar kompleks Al-Aqsa diberikan perlindungan internasional

Indonesia mengusulkan agar kompleks Al-Aqsa diberikan perlindungan internasional

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Perlindungan di Al-Aqsa dapat memberikan jaminan bagi warga yang hendak beribadah di sana

JAKARTA, Indonesia – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengusulkan agar negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) memberikan perlindungan terhadap kompleks Al-Aqsa di Yerusalem. Hal ini penting karena Al-Aqsa merupakan tempat suci bagi tiga agama, termasuk Islam.

Selain itu, Al-Aqsa juga merupakan situs warisan dunia. Usulan tersebut disampaikan Retno pada KTT Luar Biasa OKI yang membahas Al-Aqsa di Turki pada Selasa, 1 Agustus.

“Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) harus bersama-sama mengupayakan perlindungan internasional terhadap kompleks Al-Aqsa untuk mencapai keamanan, perdamaian, dan stabilitas di kompleks Al-Aqsa dan Palestina,” kata Retno dalam keterangan tertulis.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir mengatakan perlindungan internasional dapat berupa pemantauan masyarakat sipil, wilayah perbatasan, dan perlindungan warga sipil bersenjata.

“Yang ditawarkan Indonesia adalah memikirkan apakah perlindungan internasional terhadap Al-Aqsa bisa mencapai stabilitas,” kata Arrmanatha, Kamis, 3 Agustus, melalui pesan singkat.

Oleh karena itu, pemerintah Indonesia menginginkan perhatian dunia internasional di kawasan, sehingga jika timbul permasalahan dapat segera diidentifikasi dan dapat direspon untuk mencegah situasi menjadi lebih buruk.

“Ada juga yang (menempatkan) warga sipil saja di sana, ada polisi, tentara, dan ada juga yang tidak ada (yang bertugas) di sana tapi rutin berkunjung. “Jadi ada beberapa konsep,” kata Arrmanatha.

Diakui Arrmanatha, ide tersebut bukanlah hal baru dan sudah diusulkan oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada tahun 2014. Gagasan ini muncul kembali setiap kali muncul konflik di kompleks Al-Aqsa.

Penerapan perlindungan internasional diharapkan dapat memberikan jaminan bagi umat Islam di sana untuk bebas beribadah.

Tekan Israel

Retno juga menyarankan dua hal lain, yakni mendorong negara-negara anggota OKI untuk menggunakan berbagai forum, termasuk Dewan Keamanan PBB, dan memastikan status quo terkait kompleks Al-Aqsa tetap berlaku.

Peristiwa yang terjadi di Al-Aqsa ini bukan yang pertama, melainkan suatu bentuk kekerasan, pendudukan ilegal dan tindakan yang melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) yang harus dipertanggungjawabkan oleh Israel, kata Retno.

Mantan Duta Besar Indonesia untuk Belanda ini juga menyarankan untuk menghidupkan kembali perundingan “Solusi Dua Negara”. Retno mengaku senang karena usulan Indonesia masuk dalam komunike akhir OKI.

Muslim Palestina memprotes pemasangan tersebut detektor logam pada 16 Juli di depan pintu masuk kompleks Al-Aqsa. Menariknya, mesin-mesin tersebut hanya dipasang di depan pintu masuk yang digunakan warga Palestina. Sedangkan warga non-Muslim atau wisatawan melewati pintu lain yang tidak ada alat pelacaknya.

Israel berdalih peralatan itu dipasang setelah dua personel polisi Israel dibunuh oleh warga Israel keturunan Arab. Kedua personel polisi tersebut tewas akibat ditembak dengan senjata tersembunyi di badannya saat memasuki kompleks Al-Aqsa.

Kebijakan Israel dianggap sebagai tindakan diskriminatif terhadap warga Palestina. Bahkan, mereka yang tidak diperbolehkan masuk terpaksa melaksanakan salat di depan kompleks Al-Aqsa.

Hal ini memicu kerusuhan di depan kompleks Al-Aqsa. Namun, otoritas Israel menanggapi protes tersebut dengan cara yang represif. Mereka melemparkan gas air mata dan tembakan. Akibatnya, tujuh warga Palestina tewas dalam protes tersebut.

Israel mendapat kecaman dari berbagai pihak, termasuk Indonesia, atas tindakan kekerasan yang dilakukannya. Akhirnya, mesin pelacak tersebut dihapus oleh otoritas Israel pada 25 Juli. – Rappler.com

Data SGP