• November 25, 2024

Dunia menantikan kebijakan ekonomi Presiden terpilih Trump

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Mahendra Siregar yang pernah menjabat Wakil Menteri Keuangan dan Wakil Menteri Perdagangan memberikan catatan mengenai reaksi pasar pasca terpilihnya Presiden Trump.

JAKARTA, Indonesia – Dua puluh empat jam setelah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45, dunia masih menebak-nebak seperti apa perekonomian global di era Presiden Trump.

Sebelumnya, pada Rabu, 9 November, Trump yang diusung Partai Republik berhasil mengalahkan rivalnya, Hillary Clinton, calon dari Partai Demokrat, dalam pemilu presiden paling brutal sepanjang sejarah Amerika.

Banyak yang menganggap guncangan terpilihnya Trump lebih besar dibandingkan peristiwa Brexit, ketika referendum di Inggris menghasilkan lebih banyak suara bagi mereka yang menginginkan negara tersebut meninggalkan Uni Eropa. Namun, Brexit juga menawarkan pelajaran tentang bagaimana menyikapi keputusan besar yang mengandung unsur kejutan.

Berikut analisanya Mahendra Siregarekonom yang pernah menjabat sebagai mantan Wakil Menteri Keuangan, mantan Wakil Menteri Perdagangan, dan mantan Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (IBPM).

Mantan diplomat, Mahendra pernah menduduki semua posisi tersebut pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Tentang pasar saham

  • Pasar saham Asia-Pasifik turun Rabu lalu, namun Kamis pagi ini, 10 November, Bursa Efek Sydney dibuka dengan kenaikan 1,5 persen. Diperkirakan sentimen serupa akan terjadi di pasar lain di kawasan.
  • Pasar saham AS yang langsung melemah karena kabar kemenangan Trump, akhirnya ditutup dengan penguatan moderat.
  • Perkembangan 2 poin di atas menunjukkan bahwa pasar dengan cepat menyerap dan mempelajari risiko dampak kepresidenan Trump, serta semakin mampu bereaksi cepat terhadap ketidakpastian.
  • Apalagi, pidato kemenangan Trump mengenai pembangunan infrastruktur, perpajakan, dan program ekonomi memberikan kesan bahwa pemerintah akan melakukan ekspansi fiskal yang akan membawa sentimen positif bagi berbagai industri.

(BACA: Pidato kemenangan Presiden Trump selengkapnya).

Tentang pasar obligasi (obligasi)

  • Amerika Serikat imbal hasil obligasi sepuluh tahun meningkat tajam. Hal ini disebabkan oleh proyeksi kebijakan fiskal ekspansif dan defisit anggaran Trump yang dibiayai utang. Penyebab ini menghasilkan kenaikan dan harga obligasi (hipotek) jatuh.
  • Perkembangan ini juga menimbulkan pertanyaan apakah The Fed, Bank Sentral AS, akan menaikkan suku bunga pada Desember 2016. Trump diperkirakan akan menjadikannya sebagai hal yang politis, termasuk menyalahkan The Fed jika perekonomian melambat, dan dampak lainnya.

Tentang pasar valuta asing (forex)

  • Nilai dolar Amerika Serikat (USD) melemah terhadap beberapa mata uang utama lainnya kemarin setelah Trump dipastikan menang. reaksi, atau cadangan. Perkembangan USD akan terus menjadi sensitif dan menunggu nama tim ekonomi Trump, kebijakan ekonomi pemerintahan baru, dan kebijakan terkait lainnya.
  • Nilai tukar mata uang negara-negara berkembangnegara-negara dengan perekonomian berkembang, termasuk Rupiah yang kemarin melemah, disebabkan oleh “melarikan diri ke tempat yang aman” terhadap mata uang Jepang Yen, agak membaik terhadap USD pagi ini. Fluktuasi nilai tukar mata uang negara berkembang diperkirakan akan terus berlanjut hingga beberapa minggu ke depan akibat perkembangan politik di AS.

Tentang pasar komoditas

  • Harga minyak global naik pada Kamis pagi, namun lebih disebabkan oleh sentimen dibandingkan faktor fundamental, sehingga hal ini tidak dapat diharapkan akan berkelanjutan.
  • Harga emas kemarin naik karena dianggap pelabuhan yang amandiperkirakan tidak akan meningkat terlalu tajam lagi.

Mahendra Siregar menyimpulkan, perkembangan pasar pasca terpilihnya Trump merupakan respons sementara terhadap risiko kemenangan Trump. Kita akan mengetahui lebih banyak tentang arah dan kebijakan ekonomi Trump setelah ia memilih tim ekonominya.

“Kita lihat apakah Trump akan menjalankan retorika kampanyenya seperti menghambat impor, pemotongan pajak besar-besaran, membatalkan perjanjian perdagangan dan sebagainya,” kata Mahendra dalam artikel yang diposting di dinding Facebook-nya. Rappler diberi izin untuk mengutip artikel tersebut.

(BACA: Apa Saja Isu Perubahan Iklim, Perdagangan dan Islam di Era Trump)

Trump akan secara resmi dilantik sebagai Presiden AS pada bulan Januari 2017. Lanskap politik AS yang baru, dengan kesatuan eksekutif dan legislatif di belakang Trump, akan mempermudah pengambilan keputusan penting dan mengikat.

Dunia menantikan keputusan ekonomi Presiden Trump, karena dampaknya akan sangat besar. Jika keputusan yang diambil dianggap bertentangan dengan kepentingan global, maka dampaknya akan sangat besar.

Sang Ekonom menilaiPengaruh Trump terhadap kebijakan ekonomi dipandang lebih menentukan dibandingkan rapuhnya situasi hubungan pemerintahan Trump dengan etnis dan agama minoritas di AS.

Media-media tersebut telah memperingatkan dampak yang akan terjadi jika Trump menjalankan agenda kampanyenya, termasuk memasukkan orang-orang terpilih ke dalam dewan gubernur Bank Sentral AS, dan kemungkinan Trump akan menarik dukungan AS terhadap lembaga multilateral seperti Bank Sentral AS. Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia akan menarik diri.

Mahendra mengatakan, dunia saat ini sudah menyadari situasi new normal, terutama pasca Brexit.

“Selamat datang di masa normal baru, dimana kita menghadapi pertumbuhan global yang rendah dengan meningkatnya risiko ketidakpastian,” ujarnya. Apa kita siap? —Rappler.com

Keluaran Sidney