• November 28, 2024

Sebuah komedi tentang kemurnian hati nurani dan kompleksitas birokrasi

JAKARTA, Indonesia —Rasanya sudah lama sekali saya tidak menonton film Korea bergenre ini komedi aksi yang menampilkan cerita segar. Untuk sesaat, sebagian besar film produksi Negeri Ginseng ini mengeksplorasi genre fantasi, tindakandrama dan sejarah.

Oleh karena itu, ketika Anda hadir penyaringan pers film Pengendara tengah malam, Selasa, 29 Agustus di Cinemaxx, aku cukup bersemangat. Dan harapan saya berhasil dipenuhi. Selama kurang lebih 109 menit, adegan demi adegan berhasil menghibur dan menggugah emosi. Semua tercampur menjadi satu.

Hati nurani atau birokrasi?

Film ini bercerita tentang dua pemuda yang kuliah di Universitas Kepolisian. Keduanya mempunyai cita-cita yang sama, yaitu menjadi polisi. Park Ki Joon (Park Seo Jun) bertemu Kang Hee Yeol (Kang Ha Neul) selama sesi pelatihan polisi.

Keduanya adalah pria dengan karakter dan latar belakang keluarga yang sangat berbeda. Seumur hidupnya, Ki Joon hanya diasuh oleh ibunya yang berpenghasilan rendah. Ia bertekad masuk Universitas Kepolisian karena pendidikannya gratis. Sedangkan Hee Yeol berasal dari keluarga pedagang dan memiliki otak yang cerdas, namun tertantang untuk belajar di kampus yang menarik.

Ki Joon adalah sosok yang blak-blakan, tidak banyak berpikir, dinamis dan lugas. Sedangkan Hee Yeol lebih terencana, lebih banyak berpikir, kaku dan tidak terbiasa mengungkapkan pikirannya secara langsung. Namun tampaknya justru perbedaan inilah yang membuat keduanya serasi.

Keduanya awalnya saling menghina, dan akhirnya menjadi teman setelah Ki Joon membantu Hee Yeol yang terluka saat ujian akhir. Dari situlah kisah persahabatan mereka terungkap.

Dua tahun berlalu, kisah sebenarnya terjadi dalam waktu satu malam. Saat keduanya menikmati malam layaknya anak muda pada umumnya, mereka terjebak dalam dilema saat menjadi saksi kasus penculikan seorang gadis remaja.

Kasus penculikan ini dilakukan oleh sindikat mafia yang bekerja sama dengan klinik kesuburan. Sel telur perempuan yang diculik itu diambil paksa untuk dijual ke klinik kesuburan.

Di satu sisi, keduanya memiliki semangat yang membara untuk menyelesaikan kasus dengan menggunakan teknik dan ilmu yang diperoleh di kampus. Sementara di sisi lain, ada kerumitan birokrasi yang membuat mereka tidak bisa mengungkap kasus penculikan gadis remaja yang hendak diambil sel telurnya oleh sindikat klinik kesuburan.

Di sini, hati nurani dan birokrasi menekan Ki Joon dan Hee Yeol. Apa yang akan mereka pilih? Ikuti kata hati atau menyerah pada birokrasi?

Campuran komedi dan tindakan apa yang cocok

Uniknya, meski tetap punya jalan cerita yang cukup serius, namun unsur komedi yang tajam dan segar sejak awal adegan sangat terasa di sepanjang film. Sebagian besar dialog terjadi antara Ki Joon dan Hee Yeol. Minimal dagelan (untungnya!), saya dan penonton lainnya kerap tertawa terbahak-bahak setiap kali muncul adegan dan dialog konyol.

Seo Jun dan Ha Neul tidak berusaha terlalu keras untuk mengimbangi unsur komedi yang dihadirkan. Mungkin karena keduanya sudah memilikinya kimia Sehat. Sehingga generasi muda membawakan adegan komedi kepada penontonnya.

Seo Jun sendiri memang pandai memainkan peran komedi licik Dan mengganggu. Oleh karena itu, peran Ki Joon sangat cocok diperankan oleh aktor kelahiran 16 Desember 1988 ini. Di bawah arahan sutradara Kim Joo Hwan, akting Seo Jun terasa maksimal.

Ditambah lagi, adegannya tindakan yang cukup untuk membuat matamu melebar. Tidak ada tembakan atau penggunaan senjata rumit lainnya seperti di film aksi biasa. Yang ditawarkan hanya bertarung dengan tangan kosong dan terkadang dengan senjata tumpul. Maksimal hanya untuk digunakan saja pistol taser yang digunakan bukannya menambah ketegangan, tapi untuk memecah tawa.

TINDAKAN.  Meski tanpa sensasi ledakan atau penggunaan senjata yang seru, adegan aksi yang dihadirkan terasa pas.  Foto oleh Feat Pictures Indonesia

Namun meski bertarung tanpa ledakan atau sensasi senjata lain, tidak mengurangi esensi pertarungan fisik yang menegangkan dan menarik untuk disaksikan.

Terlebih lagi, penggemar wanita Seo Jun pasti akan senang dengan penampilan fisik sang aktor saat berlatih dan bertarung!

Ha Neul, meski secara fisik tidak “salah” seperti Seo Jun, tetap menunjukkan performa maksimalnya. Yang paling menarik perhatian saya adalah saat ia melawan bos mafia yang menculik seorang gadis remaja dengan dua tongkat polisi. Sangat pintar.

Aktor kelahiran 21 Februari 1990 ini juga sukses memerankan sosok pria kutu buku yang menyukai tantangan. Ia mampu menyeimbangkan akting Seo Jun dengan baik.

TANGAN KOSONG.  Salah satu adegan memperlihatkan Ki Joon dan Hee Yeol mengalahkan mafia dengan pertarungan tangan kosong.  Foto oleh Feat Pictures Indonesia

Urusan kebugaran fisik juga sangat terlihat dari akting keduanya. Banyak sekali adegan yang memperlihatkan Ki Joon dan Hee Yeol harus berlari secepat mungkin untuk dikejar mafia. Dan adegan kejar-kejaran ini tidak hanya terjadi satu dua kali saja. Tentu saja persiapan fisik Seo Jun dan Ha Neul sudah maksimal untuk film ini. Dari segi postur, mereka terlihat sangat bagus.

bromance

Memang benar kekuatan filmnya Pengendara tengah malam terletak pada akting kedua pemeran utamanya, Park Seo Jun dan Kang Ha Neul. Saya lebih familiar dengan akting Seo Jun di drama Berjuang dengan Jalanku Dan Hwarang. Sementara itu, aku hanya melihat akting Ha Neul di drama Mata malaikat.

Namun sejak awal film, kekuatan akting dan… kimia antara keduanya sangat terlihat. Dalam berbagai wawancara media Korea, keduanya mengungkap kerap “menyimpang” dari naskah dan berimprovisasi dengan tumpang tindih dialog satu dengan dialog lainnya. Dan itu terlihat sekali sepanjang film. Tidak ada dialog yang terlalu kaku atau dipaksakan.

bromance. Inilah kata yang bisa menggambarkannya kimia antara Seo Jun dan Ha Neul. Cerita yang berpusat pada peristiwa suatu malam ketika seorang gadis remaja diculik, sangat mengandalkan kemampuan akting kedua aktor tersebut. Tak heran, meski di luar ruang syuting, keduanya tetap berteman hingga saat ini.

TIDAK dandan berlebihan, tidak ada mode Yang longgar tidak mengurangi kenikmatan menonton film ini. Bicara soal penampilan, Seo Jun dan Ha Neul bahkan mengaku melakukan adegan potong rambut secara langsung saat syuting. Saat itu, keduanya dikabarkan hendak memulai pelatihan polisi dan harus memotong pendek rambutnya. Dan kejadian itu terjadi saat kamera sedang merekam di lokasi pengambilan gambar.

POTONG RAMBUT.  Adegan dimana aktor Park Seo Jun memotong rambutnya untuk aktingnya di film 'Midnight Runners'.  Foto oleh Feat Pictures Indonesia

KANG HA NEUL.  Aktor Kang Ha Neul sebenarnya sempat memotong rambutnya saat syuting film 'Midght Runners'.  Foto oleh Feat Pictures Indonesia

Aroma cinta hilang

Kalau ada yang kurang dalam film ini, menurut saya, itu adalah bumbu romansa dan cintanya. Memang penonton diajak untuk lebih fokus pada jalan cerita utama, yaitu kisah suatu malam yang mengubah hidup Ki Joon dan Ha Neul.

Namun, jika ada tambahan bumbu romansa, tentu ceritanya akan semakin menarik dan kaya. Yang kukira perasaan cinta yang muncul di awal adegan saat Ki Joon dan Hee Yeol berpetualang mencari gadis ternyata tidak terjadi.

30 AGUSTUS.  Film 'Midnight Runners' mulai tayang pada 30 Agustus 2017.  Foto oleh Feat Pictures Indonesia

Namun saya cukup terhibur dengan adegan endingnya (SPOILER! Adegan itu menunjuk ke judul kredit, jadi jangan langsung keluar dari bioskop setelah filmnya berakhir ya!) ketika salah satu korban penculikan mendatangi Ki Joon dan Hee Yeol di kampusnya. Cukup membuat penonton tersipu malu.

Segar dan menghibur. Mungkin itulah dua kata yang bisa menggambarkan perasaan saya sebagai penonton setelah menontonnya Pengendara tengah malam. Film ini juga mengingatkan kita untuk memilih jalan terbaik ketika dihadapkan pada dilema dan pilihan hidup.

Pengendara tengah malam mulai tayang hari ini, Rabu, 30 Agustus di Cinemaxx Theatre, CGV Cinemas, dan jaringan bioskop Flix Cinema di seluruh tanah air. Selamat menonton! —Rappler.com

Pengeluaran Sidney