• October 4, 2024

Setahun setelah tragedi AirAsia QZ8501, keluarga sudah mengundurkan diri, namun ada yang menyayangkannya

Keluarga Korban AirAsia QZ8501 Terima Nasibnya, Namun Ada yang Bilang Maskapai Tak Peduli Keselamatan Penumpang

SURABAYA, Indonesia — Sore itu, sekitar dua minggu lalu, telepon Imam Samudera berdering. Penelepon mengabarkan, manajemen maskapai AirAsia mengundang Imam menghadiri peringatan satu tahun tragedi kecelakaan AirAsia di Mapolda Jatim hari ini, 28 Desember 2015.

Imam merupakan salah satu keluarga penumpang AirAsia QZ8501 yang hilang sebelum ditemukan, jatuh pada 28 Desember setahun lalu. Dalam kecelakaan itu, ia kehilangan putrinya, Dona Indah; menantunya Boby Sidharta; dan dua cucu perempuan, Gusti Ayu Putriyana Permata Dan Keisha Putri.

Meski kehilangan satu generasi keturunannya, Imam mengaku sudah pasrah dengan kecelakaan tersebut.

Saya bisa menerima kepergian mereka, kata Imam, warga Jember, Jawa Timur, usai menghadiri peringatan satu tahun bencana udara Surabaya-Singapura. Bagian dari pesawat naas itu kemudian ditemukan beberapa hari kemudian di perairan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

(TIMELINE: Ingat jatuhnya penerbangan AirAsia QZ8501)

Ia pun tak kuasa menolak menghadiri HUT kali ini. Baginya, keluarga sesama korban sudah seperti keluarganya sendiri. Maklum, ia dan puluhan keluarga korban lainnya menjalani proses evakuasi berhari-hari yang sulit dan memakan waktu berhari-hari, bahkan berminggu-minggu.

Perkiraannya, hampir sebulan ia berada di Mapolda Jatim, pagi hingga malam, menunggu proses evakuasi dan identifikasi bersama keluarga penumpang lainnya. “Karena sejarah panjang dan nasib yang sama, kami sudah seperti keluarga,” kata Imam.

Ia juga tak terlalu memperdulikan hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) awal bulan ini yang menyebutkan salah satu penyebab kecelakaan pesawat QZ8501 adalah tidak berfungsinya instrumen pesawat.

“Yang jelas bagi saya pribadi karena AirAsia sudah memenuhi semuanya, kami tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Sesuai dengan apa yang telah disepakati bersama. “Kami menganggap masa lalu sudah berlalu,” aku Imam.

Menurutnya, AirAsia sangat prihatin dengan nasib keluarga korban kecelakaan tersebut. Mereka sudah hampir sebulan berada di hotel tak jauh dari Mapolda Jatim. Semua akomodasi ditanggung oleh AirAsia.

Tak hanya itu, dalam urusan pembayaran kompensasi, manajemen AirAsia juga dinilai cepat dalam pembayarannya. Dalam tragedi tersebut, Imam dan ahli warisnya menerima dana santunan dari AirAsia sebesar Rp5 miliar untuk empat keluarga yang menjadi korban.

‘AirAsia mengabaikan keselamatan penumpang’

Namun tentu saja tidak semua orang bisa bersikap toleran seperti Imam. Misalnya Joe Shien Shien, keluarga penumpang Joe Jeng Fei. Joe Shien Shien mengaku masih menyimpan permasalahan di hatinya. Ia menyayangkan pernyataan manajemen yang menyebut kecelakaan itu terjadi karena cuaca buruk.

Hasil penyelidikan KNKT membuktikan bahwa AirAsia lalai dan mengabaikan 23 laporan kondisi mesin pesawat yang perlu diperbaiki, ujarnya merujuk pada hasil penyelidikan KNKT.

Menurut Joe Shien Shien, AirAsia mengabaikan keselamatan penumpangnya dan mencabut hak hidup 162 penumpang dan awak kabin di dalamnya.

(BACA: AirAsia QZ8501 Jatuh karena Sistem Deteksi Kerusakan Pesawat Gagal)

“Sangat disayangkan karena hingga saat ini belum ada satupun pimpinan Air Asia yang tega mengakui kesalahan yang telah dilakukannya kepada seluruh keluarga korban. Baik itu disampaikan langsung, tertulis, maupun lisan ke media cetak dan elektronik, ujarnya.

Sebelumnya, pemilik sekaligus pendiri AirAsia, Tony Fernandes, meski tidak secara gamblang mengakui adanya kelalaian di pihaknya.

AirAsia harus belajar banyak dari pengalaman ini, begitu pula produsen pesawat terbang dan industri penerbangan. “Kami akan melakukan apa pun yang diperlukan dan memastikan industri (penerbangan) belajar dari kejadian tragis ini,” kata Fernandes melalui akun Twitter-nya, Selasa, 1 Desember, usai KNKT mengumumkan temuannya.

Fernandes juga mengatakan, keluarga korban tetap didahulukan.

“Pikiran saya tertuju pada keluarga (korban) dan kru yang tetap menjadi prioritas utama kami,” tulisnya.

Hal tersebut kembali ditegaskan Presiden AirAsia Indonesia Sunu Widyatmoko pada acara peringatan satu tahun hari ini.

“Kegiatan ini untuk mendoakan dan mengenang keluarga yang kita cintai. “Tadi kita tidak bicara soal kompensasi, kita lebih fokus pada keprihatinan,” kata Sunu usai acara.

Namun ia tampak enggan menanggapi laporan investigasi KNKT penyebab jatuhnya AirAsia QZ8501, karena menurutnya laporan tersebut dibuat oleh lembaga independen.

“Kami telah melaksanakan seluruh rekomendasi KNKT dan memiliki standar tinggi terkait keselamatan penerbangan,” kata Sunu. —Rappler.com

BACA JUGA:

SDY Prize