Kisah tentara memadamkan api, mulai dari dikejar gajah hingga kesulitan mencari air
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Mereka juga dihadapkan pada minimnya peralatan untuk memadamkan api di lapangan. Ada pula yang terjatuh sedalam 9 meter ke dalam kanal
PEKANBARU, Indonesia – Meski sekitar seribu anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dipanggil kembali ke kesatuannya pada pekan lalu dari tugas pemadaman kebakaran di Pekanbaru, Riau, banyak cerita yang dituturkan prajurit Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) kepada pembuat rap.
Serka M. Toni dari Yonzipur 9 Divisi Infanteri 1 Kostrad, misalnya, mungkin tidak pernah membayangkan kejadian apa yang menantinya saat diberangkatkan ke Riau oleh Mabes TNI AD.
Toni dan puluhan prajurit lainnya ditugaskan memadamkan api di Bukit Apolo di Taman Nasional Teso Nilo, Kabupaten Pelalawan. Untuk menuju lokasi kebakaran, mereka harus berjalan kaki cukup jauh karena akses jalan untuk kendaraan tidak memungkinkan.
“Karena lokasi api jauh, kami tidak bisa membawa peralatan pemadam yang memadai seperti mobil pemadam kebakaran dan mesin pompa air listrik,” kata Toni.
Sesampainya di Bukit Apolo, mereka melihat api telah membakar lahan, namun mereka tidak melihat sumber air di dekatnya. Dengan peralatan seadanya, Toni dan unitnya akhirnya memadamkan api dengan menggunakan daun-daun basah untuk menghentikan aliran api.
Di tengah upaya pemadaman api di kawasan tersebut, mereka dikejutkan dengan kawanan gajah liar yang keluar dari hutan yang terbakar. Kawanan gajah berjumlah sekitar tiga sampai lima ekor.
“Kami dikejar,” kata Toni.
“Iya, kami lari diagonal dan menyelamatkan diri saat melihat kawanan gajah datang ke arah kami,” ujarnya sambil tertawa mengenang kejadian dikejar gajah.
Puluhan anggota Yonzipur beruntung bisa selamat dari amukan gajah tersebut karena jaraknya cukup jauh dari gajah yang datang. Setelah kawanan gajah itu pergi, mereka kembali memadamkan api di tempat itu.
Cerita lainnya adalah Kopral TNI Dua Bastian Maita, dari kesatuan Yonkes 1 Kostrad Bogor. Ia ditempatkan bersama prajurit lainnya di Tembilahan Indragiri Hilir. Kota Tembilahan dikenal dengan sebutan Kota Seribu Kanal, karena banyaknya kanal yang ada di kota tersebut.
“Suatu ketika, saat saya dalam perjalanan menuju lokasi kebakaran, saya terjatuh dan terjatuh ke dalam kanal. Sepertinya salurannya juga dalam, kata Bastian. Menurut Bastian, kedalaman saluran tempat terjatuhnya sekitar 9 meter.
Sementara itu, Sertu Roni Pusla dari Yonzipur Kostrad berbagi pengalamannya dan kelompoknya mengenai pembalakan liar. Saat itu, ia bersama tim sedang berpatroli di kawasan hutan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan.
“Saat patroli, kami menemukan ada yang masuk ke dalam hutan. Dia kemudian ditangkap. Saat diperiksa, pelaku mengaku disuruh ke sana oleh kepala desa. “Dia dibayar kepala desa untuk menebang pohon,” kata Roni.
Pelaku kemudian dibawa ke posko dan diserahkan kepada Komandan Satgas Kehutanan dan Kehutanan di Pekanbaru.
Setiap prajurit yang terjun ke tempat yang jauh dari pemukiman dan dunia peradaban mempunyai pengalaman tersendiri dalam memadamkan api. Mereka membawa pengalaman ini kembali ke unit dan rumah untuk memberitahu keluarga mereka.
Soal batuk dan iritasi mata, sudah bukan rahasia lagi bagi para prajurit yang terlibat dalam kebakaran hutan dan lahan. Setiap hari mereka berada di titik-titik api, mulai dari memadamkan api hingga mendirikan posko di sekitar lokasi terpencil, membuat mereka terpapar kabut asap.
Untungnya, masalah kesehatan mereka dapat teratasi dengan mudah. —Rappler.com