• November 22, 2024

Isak tangis mengiringi pemakaman Bripda Imam Gilang di Klaten

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Empat hari lalu, Gilang masih sempat kembali ke Klaten untuk mengikuti ziarah keluarga.

KLATEN, Indonesia – Ning Wiyarti tak henti-hentinya menangis saat mengetahui putranya, Bripda Imam Gilang Adinata, tewas bersama dua polisi lainnya dalam ledakan bom Kampung Melayu pada Rabu, 24 Mei. Jenazah Gilang kemudian diterbangkan ke kampung halamannya di Klaten, Jawa Tengah pada Kamis malam, 25 Mei sekitar pukul 17.45 WIB.

Jenazah tiba di Bandara Adisumarmo Solo pada Kamis sore dan dibawa ke rumah duka. Namun, Ning semakin histeris saat jenazah putranya dikeluarkan dari ambulans dan hendak disalat di Masjid Jami dekat rumah duka.

Gilang memberitahu Ning bahwa dia bertugas menjaga estafet obor. Ning tidak merasakan satu hal pun yang aneh. Oleh karena itu, Ning dan suaminya kaget saat diberi tahu bahwa putranya juga tewas dalam ledakan bom.

Para jamaah pemakaman rupanya sudah memadati rumah duka sejak siang hari karena sesuai jadwal awal, pemakaman digelar pada pukul 16.00 WIB. Proses pemakaman dilakukan dengan upacara kepolisian yang dipimpin oleh Kapolda Jateng HR Buro Kombes Pol. Edy Murbowo selaku inspektur upacara diiringi tembakan servo. Gilang dimakamkan di kuburan umum desa yang terletak di sebelah rumah keluarga besar orang tuanya.

Edy menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya atas meninggalnya Gilang saat bertugas. Polisi juga secara anumerta memberikan kenaikan pangkat kepada almarhum dari bripda menjadi briptu.

Mimpi potong rambut

Paman Gilang, Rohmat Sugiarto, mengatakan keponakannya sudah menjadi polisi sejak 2013. Sejak kecil ia bercita-cita menjadi seorang polisi.

Sejak berusia tiga tahun, Gilang bersama paman dan neneknya berada di Klaten dan bersekolah di kota tersebut, sedangkan kedua orang tuanya bekerja di Jakarta. Lulusan SMP Muhammadiyah 1 Klaten dan SMKN Karangnongko itu kemudian menyusul orang tuanya ke Jakarta dan mendaftar menjadi polisi.

Gilang kembali ke Klaten empat hari lalu untuk berziarah bersama keluarganya. Rohmat mengaku tak punya firasat apapun menjelang kepergian sepupunya itu.

Hanya saja, menurutnya Gilang tampak tidak bersemangat dan berwajah pucat. Istri Rohmat pun menceritakan kepada suaminya bahwa tiga hari yang lalu ia bermimpi potong rambut, sebuah mitos yang dipercaya sebagai pertanda akan kehilangan saudara kandung.

“Saya terakhir bertemu dengannya saat dia kembali ke Klaten. Wajahnya lesu, keriput, seolah tak punya semangat. Gilang biasanya rapi,” kata Rohmat sebelum upacara pemakaman. – Rappler.com

taruhan bola online