Saat JK berbincang dengan Obama tentang janji-janji Presiden terpilih Trump
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Wakil Presiden Jusuf Kalla berbagi informasi mengenai pembicaraannya dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama, saat keduanya bertemu pada pertemuan puncak para pemimpin ekonomi negara anggota APEC, di Lima, Peru, November tahun ini.
“Saya bertanya kepada Obama, kira-kira berapa persentase janji kampanye Donald Trump yang akan terealisasi? Di bawah 50 persen atau di atas 50 persen?” kata JK, sapaan akrab Wapres.
Obama menjawab sambil tersenyum: “Kurang dari 50 persen. Jadi, jangan terlalu stres, oke?”
Hal itu diungkapkan JK saat acara sarapan pagi bersama media dan dunia usaha yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada Kamis, 8 Desember. Acara ini digelar dalam rangka kegiatan Hari Pers Nasional 2017 yang puncaknya dilaksanakan pada 9 Februari tahun depan di Ambon.
Sinyal serupa juga diterima JK mengenai kebijakan ekonomi Presiden terpilih AS Donald Trump saat bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.
Abe adalah pemimpin dunia pertama yang bertemu Trump di New York, dua hari sebelum KTT APEC di Lima. Usai bertemu Trump, Abe menyatakan memiliki keyakinan tinggi terhadap masa depan Hubungan AS dengan Jepang di bawah kepemimpinan Trump.
Sehingga, kata JK, Abe tertawa lebar dan meyakinkan bahwa keadaan akan baik-baik saja. Trump tidak akan melaksanakan seluruh janji kampanyenya, yang tentunya akan berdampak pada perekonomian dunia, termasuk perekonomian Indonesia.
“Itu normal. Melihat janji kampanye di Pilkada DKI, wah pasti akan maju pesat. “Sama saat saya berkampanye,” kata JK yang disambut gelak tawa penonton.
JK diminta bicara soal masa depan perekonomian Indonesia. Menurutnya, bicara ekonomi itu mudah karena selalu ada prinsipnya Hal-hal lain dianggap sama.
Artinya selalu ada situasi, kalau seperti ini maka akan seperti ini. Jika perekonomian tidak tumbuh 7 persen seperti yang kita harapkan, maka ada hal yang perlu kita perbaiki. Kita sesuaikan,” kata JK.
(BACA: Presiden Jokowi Optimis dengan Kepemimpinan Trump dan Perekonomian 2017)
Diakui JK, perekonomian dipengaruhi oleh situasi dunia, mulai dari situasi Amerika pasca Trump, kondisi Timur Tengah yang mempengaruhi harga minyak, harga batu bara, kondisi Eropa pasca Brexit, hingga situasi di Tiongkok.
“Tapi kita tidak boleh terlalu pesimis,” kata JK.
Menurutnya, masyarakat Indonesia akhir-akhir ini kurang tersenyum.
“Kalau kita bicara ekonomi, kita hanya bisa membayangkan apa yang dibicarakan. Kami hanya harus realistis menghadapi situasi tersebut. “Kalau optimis banget, kecewa kalau tidak tercapai,” kata JK.
Di bidang perpajakan, pada masa kampanye presiden, Trump berencana menurunkan pajak bagi masyarakat berpendapatan tinggi dan korporasi dari 35 persen menjadi 15 persen, serta menerapkan amnesti pajak. Kebijakan amnesti pajak AS yang memperbolehkan deklarasi aset dan masuknya dana repatriasi ternyata membawa dampak negatif bagi negara lain, termasuk Indonesia.
Menurut JK, jika Trump menjalankan rencananya mengenakan tarif impor tinggi terhadap produk-produk buatan China, misalnya, maka yang pertama kali protes adalah masyarakat Amerika yang sudah terbiasa mengonsumsi produk-produk impor dari Negeri Tirai Bambu dengan harga terjangkau.
“Walmart berisi sebagian besar produk Tiongkok. Ditambah beberapa produk dari Vietnam, Indonesia, mungkin Bangladesh dan Meksiko,” kata Wapres tentang besarnya jaringan ritel di Negeri Paman Sam.
Waspadai kesenjangan sosial
Selain faktor global, perekonomian juga dipengaruhi oleh situasi domestik. Menurut JK, kondisi politik dan perekonomian Indonesia saat ini relatif aman.
JK menilai Presiden Jokowi berhasil mengatur suhu politik agar kondusif melalui pertemuan tatap muka dengan tokoh politik.
“Di Indonesia berbeda. “Memang perlu bertemu langsung untuk mendapat kejelasan,” kata JK.
Beliau juga mengingatkan kita untuk berhati-hati terhadap kesenjangan sosial, karena situasi politik dan ekonomi. JK menyindir ada pengusaha yang menguasai ribuan hektar lahan, sedangkan masyarakat bermasalah dengan lahan.
“Jangan ada pengusaha yang menguasai lahan ribuan hektar, tapi masyarakat yang tinggal di tangga,” kata JK.
“Kita harus mendorong keseimbangan antara pengusaha besar dan pengusaha kecil, keseimbangan antar daerah dan penguasaan aset nasional,” ujarnya.
JK mengajak kita untuk memperhatikan situasi di Jakarta sebagai ibu kota negara. Celah di Jakarta menurutnya terlalu tinggi. Masalah kesenjangan sosial hanya dapat diselesaikan melalui pembangunan ekonomi dan politik yang menguntungkan.
“Jadi saya selalu bilang, kalau menghasilkan 1.000 Menara (apartemen), penting untuk mencerminkan keadilan sosial. Jangan bilang rumah termewah se-Asia ada di Jakarta, rumah paling bobrok pun ada di Jakarta. Terlalu tinggi celahmiliknya,” katanya. –Rappler.com