• October 12, 2024
Ngobrol dengan Kompol Khrisna Murti

Ngobrol dengan Kompol Khrisna Murti

JAKARTA, Indonesia — Gemuruh Kalijodo kembali terjadi? Kali ini, yang berniat “menyapu bersih” kawasan yang terletak di Kelurahan Pejagalan, Jakarta Utara adalah Gubernur DKI Jakarta Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama.

Ahok memandang kasus “Matinya Fortuner” sebagai salah satu cara mengakhiri praktik prostitusi yang sudah puluhan tahun mengakar di Kalijodo. Ia ingin menjadikan kawasan itu sebagai taman kota.

Pada Senin, 8 Februari, sekitar pukul 04:10 WIB, terjadi kecelakaan lalu lintas yang melibatkan mobil Fortuner yang dikemudikan Riki Agung Prasetyo. Mobil tersebut menabrak sepeda motor di kilometer 15, Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat.

Riki rupanya baru saja bermalam di lokasi hiburan malam Kalijodo. Riki dan teman-temannya membeli 10 botol bir. Diduga kuat minuman beralkohol menyebabkan Riki kehilangan kendali atas mobilnya.

Kecelakaan maut tersebut mengakibatkan empat orang meninggal dunia. Dua orang tersebut merupakan suami istri, Zulkahfi Rahman dan Nuraini. Sedangkan dua teman Riki lainnya yang berada di dalam Fortuner adalah Tatang Satriana dan Evi. Sedangkan 3 orang lainnya mengalami luka-luka.

Media memberitakannya. Nama Kalijodo kembali terkenal. Ahok marah dan mengancam akan segera menutup lokasi “lampu merah”. Media memberikan “peringatan” terhadap pekerja seks komersial di sana, dengan mengatakan bahwa tidak mudah untuk mengusir mereka.

Kawasan Kalijodo sudah bertahun-tahun dikuasai oleh penguasa “takdir”, pihak yang menjaga tempat tersebut, termasuk yang sering disebut dengan kelompok “tenaga kerja”.

Geger Kalijodo jilid kesekian ini mengingatkan saya pada sosok Krisna Murti yang kini berpangkat Kompol. Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya kini tengah naik daun menangani kasus kopi keracunan sianida yang menewaskan Mirna Salihin dan tersangka Jessica Kumala Wongso.

Pada tahun 2004, Krishna Murti menerbitkan buku berjudul Geger Kalijodo: Kisah Polisi dan Mediasi Konflik. Buku ini merupakan hasil penelitian Khrisna selama studi pascasarjana Program Studi Ilmu Kepolisian Universitas Indonesia. Krishna menjadikan pengalamannya sebagai Kapolsek Metro Penjaringan selama tiga tahun sejak tahun 2001 sebagai bahan penelitian.

Pada sampul belakang buku ini, budayawan Remy Silado menuliskan bahwa Kresna berhasil membuka mata pembaca bahwa bentrokan antar preman di Kalijodo merupakan perebutan eksistensi yang meluas hingga bentrokan bernuansa Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA).

Di Kalijodo terjadi konflik antara suku Mandar dan suku Bugis, keduanya berasal dari Sulawesi Selatan. Dalam buku tersebut, Krisna mengingatkan agar perselisihan yang bernuansa rasial harus segera diselesaikan agar tidak meluas.

Kalijodo mempunyai sejarah yang panjang. Dengan penuh semangat. “Namun, situasinya berbeda sekarang. Saya pergi ke sana sebulan yang lalu. Perjudian sudah tidak ada lagi karena saya sudah menyelesaikannya lebih awal. Terhapus Masih ada prostitusi,” kata Krishna saat saya menghubunginya, Rabu malam, 10 Februari.

Krishna menggambarkan puluhan kafe di Kalijodo, dengan ruang di lantai atas bagi pengunjung yang menginginkan privasi dengan pelacur. Kafe dan warung juga menjual minuman, termasuk bir yang diminum Riki dan teman-temannya.

“Tapi kawasan ini aman. Sebenarnya tingkat kriminalitasnya juga kecil. “Aman,” kata Khrisna.

Mengapa prostitusi secara praktis diperbolehkan? “Ya memang penyakit sosial. Ada dimana-mana,” kata Khrisna.

Kalijodo, tempat mencari cinta

Dalam bukunya, Kresna menuliskan sejarah Kalijodo dan daerah Penjaringan.

Sebagai salah satu kecamatan di Jakarta Utara, Penjaringan merupakan salah satu kawasan kota tua Jakarta. Lokasinya strategis, tidak jauh dari Pelabuhan Sunda Kelapa. Tempat ini sudah dikenal sejak zaman Batavia, pada masa pemerintahan kolonial Belanda.

Di kawasan Penjaringan terletak Kalijodo yang diapit oleh Sungai Angke dan Sungai Banjir Kanal, sungai buatan untuk meredam banjir di Jakarta.

Sesuai dengan namanya, Kalijodo sudah dikenal sejak masa penjajahan Belanda sebagai tempat orang mencari cinta. Menurut Remy Silado dalam novel Ca-Bau-Bisaadalah kawasan sepanjang sungai yang terkenal di kalangan pedagang Cina.

“Di sinilah gadis-gadis pribumi menyanyikan lagu-lagu klasik Tiongkok di atas perahu yang ditambatkan di tepi sungai,” tulis Khrisna.

Ketenaran Kalijodo sebagai tempat masyarakat mencari pasangan dimulai pada tahun 1950-an dan berlanjut hingga saat ini. Kawasan ini berkembang menjadi sarang perjudian ilegal dan kemudian menjadi tempat prostitusi. Berkelahi adalah hal yang rutin. Biasanya penyebabnya adalah perebutan area permainan.

Pada tanggal 29 April 2011, terjadi perkelahian besar di Kalijodo. Lima orang terkena panah, puluhan ditangkap polisi. Menurut Kompas yang dikutip dalam buku Kresna, perjudian di tempat itu dikuasai oleh dua kelompok berbeda, yakni kelompok Yusman dan Azis. Masing-masing memiliki ratusan bawahan.

Ketika karakternya mati, bentrokan mereda. Kecelakaan biasanya disebabkan oleh alkohol. Mabuk mudah memicu emosi, terutama di kalangan anak muda di sana yang dekat dengan pantai dan memiliki temperamen yang keras.

“Hampir tiga tahun menjabat Kapolsek Penjaringan, saya kurang tidur,” kata Krishna dalam acara bincang-bincang yang disiarkan stasiun TV7 tahun 2005.

Sebagai pembawa acara, saya meminta Krishna menceritakan pengalamannya memediasi konflik antar kelompok di Jakarta. Kami membahas persoalan premanisme yang sedang terjadi di Jakarta.

Di sinilah pula, pada tahun 2001, Krishna dan timnya memaparkan praktik penjualan perempuan (perdagangan perempuan). Sejumlah perempuan disandera di bar Cempaka.

“Mereka datang dari berbagai daerah, terpaksa menjual diri setelah sebelumnya datang ke Jakarta untuk mencari pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga,” kata Krishna.

Perdagangan perempuan kejahatan terorganisir adalah. Begitu pula dengan sindikat narkoba. Demikian pula tidak mudah bagi polisi untuk memutus praktik perjudian yang berkaitan dengan bisnis prostitusi.

Saat itu, media mengutip pernyataan warga di sana yang menyebutkan ada petugas polisi yang mengambil uang dari tempat perjudian agar bisnis ilegal tersebut tetap berjalan. Dari setiap lapak perjudian dan prostitusi, oknum ini mengumpulkan uang sebesar Rp 2 juta. Polisi, termasuk Kapolri, Khrisna saat itu, membantah ada keterlibatan polisi.

Kekuasaan di Kalijodo berada di tangan sejumlah “tokoh” yang memberikan layanan keamanan bagi mereka yang bekerja di sana. Saat itu, menurut Kresna, Kalijodo sudah mempunyai penguasa sendiri.

“Seperti mafia,” katanya.

Setidaknya ada lima bos besar di sana: Riri yang bersama Agus, Haji Usman, Aziz, Bakri, dan Ahmad Resek. Mereka berbagi petak kekuasaan di Kalijodo.

Menurut Khrisna, para bos tidak sempat berjudi. Mereka hanya menyediakan tempat dan menerima uang sewa dari operator perjudian yang mayoritas beretnis Tionghoa.

“Para bos ini juga menjamin keamanan perjudian, tanpa diganggu oleh siapapun, pihak berwenang atau ormas. “Setiap bos mempekerjakan ratusan anak buahnya untuk menjaga tempat perjudian,” ujarnya.

Berdasarkan catatan Polsek Penjaringan saat itu, setidaknya ada 1.000 “staf” yang siap melakukan apa saja jika ada yang mencoba mengganggu perjudian di sana. Rata-rata upahnya Rp 30 ribu per malam.

Begitu menakutkannya para bos di Kalijodo, bahkan kelompok seperti Front Pembela Islam (FPI) yang pernah ingin “mengganggu” tempat perjudian disuruh melakukannya oleh anak buah aparat keamanan di Kalijodo.

Bagaimana situasi saat ini? “Setelah perjudian diberantas, prostitusi yang berperan sebagai keamanan masih tetap ada, namun tidak lagi terbagi dalam kelompok suku seperti dulu,” kata Khrishna.

“Perlindungan” didapat dari tokoh masyarakat.

Namun jika terjadi pemindahan lokasi secara paksa seperti yang direncanakan Pemprov DKI, Krisna khawatir. Prostitusi di Kalijodo sudah berlangsung puluhan tahun dan menghidupi ratusan bahkan ribuan orang, termasuk dengan membuka warung.

“Kami di kepolisian juga sedang memikirkan, termasuk terus berkoordinasi, opsi apa saja yang telah disiapkan pemerintah daerah untuk pemukiman kembali masyarakat yang tinggal di kawasan Kalijodo, khususnya di kawasan yang terdapat kegiatan prostitusi?” kata Kresna.

Tanpa adanya pilihan yang jelas, khususnya metode yang represif, konflik akan mudah pecah.

“Polisi pasti akan mendukung kebijakan pemerintah daerah. Namun pilihan dan cara juga perlu dipertimbangkan secara matang,” kata Krishna.

Ketika bisnis perjudian di Kalijodo diberantas pada tahun 2001-2002, terdapat kecenderungan peningkatan kejahatan sebesar 10 persen. Sebab, sebagian dari mereka yang kehilangan pekerjaan itu melakukan tindak pidana, antara lain penyitaan barang dan penahanan dengan senjata tajam.

Sejarah konflik di kota-kota besar, termasuk Jakarta, disebabkan oleh persaingan memperebutkan sumber daya ekonomi yang terbatas, termasuk tanah. Kawasan padat seperti Kalijodo sudah lama memiliki permasalahan pelik, misalnya saja soal sertifikat kepemilikan tanah.

Mereka sudah puluhan tahun menguasai lahan di sana, biarpun membayar sejumlah kewajiban, termasuk listrik untuk penerangan. Merampas apa yang telah mereka nikmati selama puluhan tahun tentu tidak mudah.

Terlepas dari sumber penghidupan sebagian warga di Kalijodo, nyatanya itulah potret kemiskinan di negeri ini. Berasal dari berbagai kampung di luar Jakarta, cobalah bergabung dengan anggota keluarga yang sudah pernah mengadu nasib di ibu kota, atau bergabung dengan sesama warga sekitar. Ini membentuk kelompok etnis, yang seringkali menimbulkan konflik.

Dalam setiap kejadian, polisi berada pada posisi untuk menengahi dan mengakhiri konflik, dengan berbagai solusi, termasuk mengajak berdialog. Krisna yang pernah menangani langsung daerah yang penuh konflik seperti Kalijodo, merasa perlu mengingatkan agar sejarah tidak terulang kembali.

Petugas Satpol PP menghadang masyarakat. Polisi dulunya berfungsi memediasi keadaan, ketika suatu situasi terjadi kekacauan di lapangan, jangan terprovokasi untuk melakukan penindasan.

Potensinya ada di Kalijodo. Lihat saja komentar di media seorang PSK yang mengingatkan Ahok untuk berhati-hati. Bila perlu bawalah tangki jika ingin menutupi Kalijodo. Sekarang! —Rappler.com

BACA JUGA:

Angka Sdy