• November 27, 2024

Menelusuri jejak sejarah di Museum Rokok Kretek Kudus

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Di Hari Museum Sedunia, mari kita lihat sejarah industri rokok yang menjadikan pemiliknya orang terkaya di Indonesia dan Asia

KUDUS, Jawa Tengah – Haji Jamhari kerap merasakan sesak dan nyeri di dadanya. Suatu hari ia mengoleskan minyak cengkeh pada dada dan punggungnya untuk mendapatkan rasa hangat dan lega. Rupanya cukup efektif. Haji Jamhari merasa nyaman. Lalu ia mencampurkan minyak cengkeh pada irisan daun tembakau kering, menggulungnya dengan daun jagung.

Daun tembakau gulung ini kita kenal sebagai rokok generasi pertama yang disukai Haji Jamhari dan kawan-kawan. Kalau ujungnya dibakar, lalu dihisap, timbul bunyi “kretek-kretek”. Inilah awal lahirnya rokok kretek.

Tak lama setelah ciptaan Haji Jamhari, seorang pengusaha lokal di Kudus, Nitisemito, mendirikan perusahaan industri kretek bernama Bal Tiga. Pada era Nitisemito, industri kretek Kudus sukses. Bal Tiga mempekerjakan ribuan karyawan, sebagian besar perempuan yang melinting dan mengemas rokok. Saat itu, Nitisemito memulai pola kreatif promosi rokok dengan menempelkan gambar di dalam bus yang melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Ia juga mengadakan kompetisi olahraga berhadiah dari perusahaannya.

Nitisemito mengawali sejarah kota Kudus sebagai kota Kreta. Sejak itu banyak berdiri perusahaan rokok di Kudus, seperti Pabrik Tebu dan Cengkih, Pabrik Kretek Goenoeng Kedoe, Jangkar, Garnet, Sukun, Garbis dan Manggis, Jambu Bol, Nojorono, dan Rokok Djarum pada tahun 1951.

Pabrik rokok Djarum kini menjadi tulang punggung perekonomian Kudus. Perusahaan ini menjadikan pemiliknya sebagai orang terkaya di Indonesia hingga saat ini. Perusahaan melanjutkan tradisi mendukung perkembangan olahraga dengan mendirikan klub bulutangkis dan mencetak sejumlah atlet nasional yang bersaing mengharumkan nama bangsa di tingkat dunia.

Industri rokok telah berkembang menjadi industri modern dengan segala peran dan kritiknya. Bahaya merokok bagi kesehatan memang tidak bisa dipungkiri. Fakta bahwa industri rokok menyerap banyak tenaga kerja, sebagian besar perempuan, dan mengembangkan perekonomian Kudus, serta pendapatan pajak dan cukai bagi negara tidak dapat disangkal.

Sejarah industri rokok mulai dari tutup hingga filter bisa kita nikmati di Museum Rokok Kretek Kudus. Museum ini merupakan satu-satunya museum rokok di Indonesia yang didirikan atas prakarsa Gubernur Jawa Tengah saat itu, H. Soepardjo Roestam.

Di sini kita bisa menyaksikan evolusi industri rokok, dari sistem produksi sederhana hingga penggunaan mesin modern. Koleksi lengkap alat produksi dan bahan pembuatan rokok disuguhkan kepada pengunjung. Dipajang juga koleksi bungkus rokok dengan desain menarik, dari generasi awal hingga saat ini.

Di penghujung tahun 2016, penulis dan keluarga melakukan perjalanan darat dari Jakarta menuju Yogyakarta dan singgah untuk menikmati museum ini. Lokasinya berada di Jalan Getas Pejaten, Jati, dan berdiri di atas lahan seluas 2,5 hektar. Lebih dari 1.000 objek tersusun rapi. Berikut foto-fotonya:

Promosi rokok dengan mobil dilakukan pada awal tahun 1900-an oleh Pabrik Rokok Bal Tiga (28/12/2016).  Foto oleh Uni Lubis/Rappler

Penulis dan keluarga di depan Museum Rokok Kretek Kudus (28/12/2016).  Foto oleh Uni Lubis/Rappler

-Rappler.com


SDY Prize