
Barcelona vs Juventus: Remontada terancam sia-sia
keren989
- 0
Juve jelas bukan PSG. Masalahnya Camp Nou selalu menawarkan keajaiban bagi tuan rumah.
JAKARTA, Indonesia — Juventus punya banyak keuntungan untuk mengalahkan Barcelona pada leg kedua perempat final Liga Champions, Kamis, 20 April pukul 01.45 WIB di Camp Nou.
Pertama, ini bukan laga pertama Massimiliano Allegri bersama Juventus melawan Barcelona. Dua tahun lalu, ia menghadapi raksasa Catalan di laga puncak Liga Champions dan kalah telak 1-3.
Namun Allegri, seperti kebanyakan pelatih Italia, selalu punya cara untuk melakukannya strategi balasan. Anda tidak harus bermain lebih baik dari lawan Anda. Namun cara mencegah lawan menunjukkan performa terbaiknya saja sudah cukup.
Cara tersebut bisa menjadi pilihan Allegri jika tak ingin bernasib sama seperti PSG. Dalam kekalahan menyakitkan itu, pasukan Unai Emery berusaha mengulangi gaya permainan yang sama seperti saat menghancurkan Barca 4-0. Serang Barca dengan permainan agresif.
Rupanya segalanya telah berbalik. Serangan frontal yang dilakukan PSG tidak diimbangi dengan penampilan pertahanan yang kuat. Lini tengah pun gagal membendung inisiatif serangan Barcelona. Hasilnya, mereka mencetak 6 gol.
Allegri jelas tidak bisa mengabaikan hikmah dari nasib PSG. Pada laga pertama, mantan pelatih AC Milan itu menggunakan empat penyerangnya dengan format 4-2-3-1. Kehadiran Paulo Dybala memberikan dimensi berbeda dibandingkan laga sebelumnya melawan Andrea Pirlo.
Dybala memberikan kreativitas di area akhir. Di kotak penalti Barca, pemain asal Argentina itu tak hanya membatasi pasukan Luis Enrique, tapi juga dihantui umpan-umpan terobosan tak terduga.
Juve pun bermain di area lawan dengan tekanan penuh dari Andres Iniesta dan kawan-kawan.
Barca, yang tidak terbiasa dengan tekanan seperti itu, merasa bingung. Apalagi serangan lewat sayap bersifat mati-matian. Begitu pula di lini tengah yang berhasil diblok kuartet Dani Alves, Leonardo Bonucci, Giorgio Chiellini, dan Alex Sandro.
Pertahanan ketat dan permainan tekanan Performa gemilang Gianluigi Buffon dan kawan-kawan diimbangi dengan penampilan tajam lini depan.
Akurasi dan konversi tembakan menjadi gol juga tinggi. Dari lima tembakan ke gawang, tiga di antaranya berbuah gol. Bandingkan dengan Barcelona yang melepaskan 10 tembakan dan hanya 3 tepat sasaran.
Barca akan berbeda
Soalnya leg kedua kali ini digelar di salah satu “katedral” sepakbola indah: Camp Nou. Di sini, Barcelona bisa tampil berbeda dibandingkan stadion lain. Keunggulan Paris Saint-Germain (PSG) 4-0 di Paris, Prancis, pada babak perempat final bukan apa-apa. Di Camp Nou, disatukan kembali alias semangat kembali digalang pemain Barca untuk menghancurkan wakil negeri anggur itu bersama-sama dengan 6-1 atau 6-5.
Misi mengatasi defisit 4 gol yang nyaris mustahil itu nyatanya tercapai saat laga digelar di Camp Nou.
“Setiap bermain di Camp Nou, mereka akan selalu menjadi Barcelona yang berbeda,” ujar mantan gelandang AC Milan dan Barcelona Demetrio Albertini seperti dikutip dari Football Italia.
Semangat serupa pun diusung Barca kali ini dalam situasi nyaris serupa. Marca, salah satu media olahraga terpenting di Spanyol, bahkan memberi headline gamblang soal pertandingan ini: Misi yang Mustahil II.
Ya, perempat final ini bak misi mustahil jilid kedua bagi Blaugrana. Mereka harus menang minimal 4-0 atas Juve jika ingin melaju ke semifinal. Pelatih Barca Luis Enrique mengirim pesan ke mengumpulkan. “Jangan pergi sebelum pertandingan berakhir. “Lihat saja menit ke-80,” ucapnya seperti dilansir Marca.
Pria asal Gijon itu pun menambahkan, demi kesuksesan Misi yang mustahil kali ini dia siap dengan skenario mencetak 5 gol. Andai saja Juventus akhirnya bisa membobol gawang Marc-Andre ter Stegen.
Namun Enrique harus sadar bahwa Juve bukanlah PSG. Juve merupakan salah satu tim dengan performa pertahanan terbaik di Eropa.
Di tingkat rumah tangga, Wanita tua hanya kebobolan 20 gol dalam 32 minggu. Sebaliknya, perolehan gol Barca mencapai 30 gol dengan jumlah pertandingan yang sama.
Faktanya, di jajaran elite liga-liga besar Eropa, Juve menjadi tim dengan kebobolan paling sedikit, nomor dua setelah Bayern Munich. Tim Bavaria itu baru kebobolan 15 kali atau hanya terpaut 5 gol dari Juve.
Begitu pula di level Liga Champions. Juventus adalah yang paling sedikit diretas. Gawang Buffon hanya dua kali ditembus lawan. Bandingkan dengan Barca yang golnya menjadi incaran rival. Ter Stegen harus kebobolan 10 gol. Angka yang terlalu besar untuk sebuah tim yang mengejar gelar juara.
Performa pertahanan yang solid ini mendapat acungan jempol dari mantan direktur olahraga Sevilla, Monchi. “Dari segi pertahanan, Juve tidak seperti PSG,” kata Monchi.
Padahal, menurutnya, kuartet pertahanan Juve merupakan salah satu yang terbaik di Eropa. Jika dua jantung pertahanan dijaga oleh bek terbaik dunia seperti Chiellini dan Bonucci, ada pula Dani Alves, mantan pemain Sevilla, di posisi sayap.
Dani Alves tak hanya tangguh di lini pertahanan. Namun juga memiliki kemampuan membaca permainan dengan baik. Ia juga memiliki inisiatif gerakan yang baik. Seperti saat pemain Brasil itu menjadi bagian tim Blaugrana terbaik sepanjang masa di bawah asuhan Pep Guardiola.
“Barcelona akan mengulangi metode yang sama kembali. Tapi saya pikir situasinya akan lebih kompleks,” katanya.—Rappler.com