• November 22, 2024

Dilema Abramovich jika Mourinho dipecat

JAKARTA, Indonesia – Pemilik Chelsea Roman Abramovich punya kebiasaan sejak membeli saham mayoritas klub London itu pada 2003: mudah sekali memecat manajer. Apalagi jika performa tim mulai menurun. Konglomerat asal Rusia ini memang sudah tidak sabar.

Di tangannya, lima manajer dipecat yakni Jose Mourinho (2004-2007), Avram Grant (2007-2008), Luiz Felipe Scolari (2008-2009), Carlo Ancelotti (2009-2011), Andre Villas-Boas (2011) . -2012)), dan Roberto Di Matteo (Maret 2012- November 2012).

Berbagai penjabat harian (plt) dan mereka yang keluar tanpa dipecat (kontrak tidak dilanjutkan) tidak dihitung, seperti Ray Wilkins, Rafael Benitez, dan Guus Hiddink.

Pola pemecatan Abramovich cukup jelas, yakni ketika klub kehilangan poin padahal seharusnya bisa dengan mudah mendapatkannya. Kami melakukan beberapa statistik tentang berapa banyak poin yang hilang dari pengemudi ini sebelum mereka dikenakan biaya.

Pada periode pertama Jose Mourinho misalnya. Dia dipecat setelah The Bluesdijuluki Chelseasembilan poin hilang dari potensi 15 poin yang bisa diperoleh. Mereka kalah atau imbang melawan tim-tim yang di atas kertas kalah kualitas, seperti Blackburn Rovers (1-1), Rosenborg (1-1), dan Aston Villa (0-2).

Begitu pula Luiz Felipe Scolari (kehilangan lima poin), Carlo Ancelotti (delapan poin), Andre Villas-Boaz (sebelas poin), dan Roberto Di Matteo (sepuluh poin). Berikut detail statistik mereka dari berbagai game sebelum dipecat:

Berdasarkan fakta tersebut, Abramovich bisa dikatakan tidak bisa mentolerir terlalu banyak kehilangan poin. Poin maksimum yang hilang yang menyebabkan pemecatan adalah lima poin.

Dilema Roman Abramovich

Lantas bagaimana dengan Jose Mourinho di periode keduanya yang sedang berlangsung?

Musim ini, Roman Abramovich sepertinya akan ketinggalan zaman. Mourinho kehilangan terlalu banyak poin. Di Premier League saja, Chelsea sudah enam kali tumbang. Jika ada potensi tiga poin per pertandingan, Mourinho sudah kehilangan 18 poin.

Itu belum termasuk kekalahan 1-2 melawan Porto dan hasil imbang 1-1 melawan Dynamo Kiev di Liga Champions. Beberapa pertandingan juga berakhir imbang melawan tim papan tengah seperti Swansea City dan Newcastle United.

Kini apakah Abramovich punya kesabaran sebesar lautan?

Banyak faktor yang saat ini menghalangi pemecatan Mourinho. Salah satunya adalah kompensasi selangit jika harus memecat manajer berjuluk The Special One tersebut. Dengan kontraknya yang baru diperpanjang empat tahun lagi, Chelsea harus membayar 30 juta poundsterling (Rp 626 miliar) untuk melepasnya.

Faktanya, Chelsea kini sedang membangun landasan finansial untuk klubnya. Mereka baru saja mencanangkan pembangunan stadion baru berkapasitas 60.000 kursi. Biayanya, menurut Cerminmencapai 500 juta pound sterling atau sekitar Rp 10,5 triliun.

Hingga saat ini kapasitas kandang Chelsea, Stadion Stamford Bridge, terbilang kecil dibandingkan klub lain setingkat, seperti Manchester City dan Manchester United. Kapasitas stadion di London Barat hanya 41.000 kursi.

Selain itu, kasus yang dialami Jose Mourinho cukup unik. Buruknya performa tim tidak sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan taktis sang manajer. Namun karena pemberontakan diam-diam dari para pemain.

Bahkan, salah satu pemain Chelsea di BBC Radio 5 Live Sport mengatakan, demi Mourinho, ia lebih memilih kalah daripada menang.

Tentu saja sikap ini tidak profesional. Kabar yang diberitakan Radio BBC ini menuai reaksi banyak pihak. Pemain harus bermain maksimal untuk klub karena dibayar oleh klub. Bukan seorang manajer.

Para fans lah yang paling terluka dengan kata-kata tersebut. Pemain seharusnya bermain untuk pelat, untuk kebanggaan klub. Bukan karena mood terhadap pengemudinya.

Pilih Mourinho atau pemain

Salah satu pemain kunci Jose Mourinho musim lalu adalah Didier Drogba. Striker gaek asal Pantai Gading itu kemampuannya memang menurun karena faktor usia. Namun, yang dibutuhkan bukanlah kemampuan mencetak gol. Tapi jadikan ruang ganti kondusif.

Dengan adanya kapten John Terry dan Didier Drogba di sana, tidak ada keresahan di ruang ganti. Chelsea juga meraih gelar Liga Inggris untuk keempat kalinya pada musim lalu.

Musim ini bahkan Terry sempat terlibat konflik dengan Mourinho meski tidak secara langsung. Terry digantikan di babak kedua saat Chelsea dikalahkan 0-3 oleh Manchester City. Kapten Chelsea itu terlambat mengcover Sergio Aguero yang mencetak gol pertama City.

Jika Terry tak setia lagi, siapa yang akan membela Mourinho di ruang ganti?

Masalahnya, Chelsea punya tradisi tidak sehat. Sama seperti di Real Madrid (dan mulai dialami beberapa klub lain), pemain bisa mempengaruhi manajemen untuk memecat sang pelatih. Ini berbahaya bagi stabilitas tim. Pemain utama bisa menyerang jika tidak dipasang atau ditekan oleh manajer.

Tradisi tersebut sudah ada bahkan sebelum masa pemerintahan Roman Abramovich di Chelsea dimulai. Tepatnya pada tahun 1998. Saat itu, Chelsea dilatih oleh Ruud Gullit. Dipimpin striker gaek Italia Gianluca Vialli, mereka sepakat memboikot Gullit. Siapa penggantinya? Vialli sendiri.

Oleh karena itu, pilihan kini ada di tangan Abramovich. Mourinho dipecat dengan konsekuensi membayar kompensasi besar dan terus memboikot budaya pelatih.

Atau, pertahankan Mourinho dan pecat semua pemain yang tidak profesional. Dengan dibukanya kembali bursa transfer musim dingin pada bulan Desember, klub bisa merekrut pemain baru.

Musim depan, pemain pinjaman Chelsea juga bisa dipanggil pulang untuk merombak skuad pemberontak. Sebab, tim saat ini benar-benar stuck. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan.

Seperti yang dikatakan kolumnis John Cross. Ia mengibaratkan pemain Chelsea dengan idiom wortel dan tongkat untuk keledai.

“Mourinho mencoba segalanya. Dia memikat pemain dengan akarnya, tetapi tidak berhasil. Dengan akar dan batang masih belum bisa. Hanya dengan tongkat (pukul saja) sama saja. Dia tidak punya ide dan waktu.” dia berkata. — Rappler.com

BACA JUGA:

Pengeluaran Sidney