• November 23, 2024
Terluka, adik tersangka pembunuh Salim Kancil melemparkan batu ke rumah aktivis tersebut

Terluka, adik tersangka pembunuh Salim Kancil melemparkan batu ke rumah aktivis tersebut

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Pelaku kecewa karena dalam kasus Salim Kancil, sumber mata pencahariannya di pertambangan ilegal ditutup

JAKARTA, Indonesia – Sidang kasus pembunuhan aktivis pertambangan Salim alias Kancil belum digelar, namun konflik antara keluarga terduga pembunuh dan aktivis sudah terjadi.

Pada Sabtu 31 Oktober, IW, adik tersangka Widianto, menyerang rumah salah satu aktivis lingkungan hidup dengan cara melempari batu.

Menurut Kabag Humas Irjen Anton Charliyan, IW mendatangi rumah aktivis tersebut dengan menggunakan sepeda motor. Akibatnya, jendela rumah aktivis tersebut pecah.

“Saat itu rumahnya diawasi oleh Babinkamtibmas (polisi kota) dan Babinsa (TNI kota), kemudian dikejar dan akhirnya tertangkap,” kata Anton, Senin, 2 November.

Dari hasil pemeriksaan ternyata dia melakukannya karena balas dendam karena kakaknya dituduh membunuh Salim Kancil, kata Anton.

IW pun mengaku kepada polisi bahwa dirinya terluka karena ditutupnya penambangan pasir ilegal. Padahal dia mencari nafkah dari tambang. Perekonomian keluarganya pun anjlok.

Selain itu, IW menjadi pengangguran akibat penutupan tambang. Pikirannya menumpuk.

Saat ini IW masih ditahan di Polsek Pasirian dan ditetapkan sebagai tersangka kasus pengrusakan dan gangguan harta benda.

Anton menambahkan, Polsek Pasirian dan TNI tetap waspada di Desa Selok Awar-Awar, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, untuk mencegah aksi serupa terulang kembali.

Anak dan cucu tersangka juga mengalami trauma

Sebelumnya, pasca penganiayaan dan pembunuhan Salim Kancil, anak dan cucu tersangka di Desa Selok Awar-Awar, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mengaku trauma hingga tak mau bersekolah.

“Mereka tidak mau bersekolah karena takut dikatakan sebagai anak seorang pembunuh,” Syamsul Arifin, Sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat (DPM) Lumajang, kepada Rappler, Rabu, 7 Oktober.

Jadi ada trauma yang luar biasa dari anak cucu tersangka dan korban atas tindakan kekerasan orang tuanya di Selok Awar-awar, ujarnya.

Untuk mengatasinya, tim dari Pemkab dan Polres Lumajang datang membantu secara langsung penyembuhan trauma atau terapi untuk anak-anak ini. —Rappler.com

BACA JUGA:

SDy Hari Ini