• September 25, 2024
Aliansi UGM untuk Tragedi 1965 meminta rektor mengakui keterlibatan universitas tersebut

Aliansi UGM untuk Tragedi 1965 meminta rektor mengakui keterlibatan universitas tersebut

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Tak hanya mendiang Guru Besar Loekman Soetrisno yang diduga terkait tragedi 1965, civitas akademika UGM juga ikut terlibat.

JAKARTA, Indonesia – Aliansi Universitas Gadjah Mada (UGM) meluncurkan petisi on line Dari Ubah.org ditujukan kepada Rektor Dwikorita Karnawati untuk mengakui keterlibatan universitas dalam pembantaian tahun 1965.

Petisi tersebut mengutip kesaksian Tintin Rahayu, penyintas tragedi 1965 di Pengadilan Rakyat Internasional (IPT), Den Haag, Belanda, pada 12 November lalu.

“Orang yang menyiksaku, yang paling kejam, bolehkah aku menyebutkan namanya? … Bolehkah saya menyebutkan namanya? Namanya Lukman Sutrisna,” kata Kuifie di hadapan hakim dan jaksa IPT 1965.

Lukman Sutrisna lebih dikenal dengan sebutan Prof. Dr. Loekman Soetrisno, mendiang Guru Besar UGM yang kerap berbicara kritis dan progresif tentang perkembangan sosial pada masa Orde Baru.

Namun namanya disebut-sebut terkait dengan sejarah kelam yang terungkap dalam IPT 1965.

Sebagai korban, Tintin menyebut Loekman sebagai penyiksa paling kejam. Ia mengaku saat diinterogasi ia mendapat penganiayaan dan pelecehan seksual pasca tragedi 30 September 1965.

“Kemudian saya ditendang dan ditelanjangi. Saya disuruh mencium alat kelamin mereka. Setelah semuanya selesai disana, saya ditanya hal yang sama lagi. “Saya dimarahi karena diam saja,” aku Kuifie.

Nama Loekman sebagai eksekutor periode 1965-1966 tak hanya muncul dalam kesaksian di IPT 1965, tapi juga dalam memoar Mia Bustam dan Heryani Busono Wiwoho.

Rektor UGM Dwikorita Karnawati menanggapi laporan bahwa nama Loekman banyak dan perlu mengedepankan asas praduga tak bersalah.

Selain peran Loekman, UGM juga dikaitkan dengan piagam yang diberikan Resimen Komando Angkatan Darat (RPKAD) pada tanggal 15 Desember 1965, karena “memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam rangka penumpasan Gestapu/PKI di Jawa Tengah”.

Menurut pembuat petisi, piagam ini menunjukkan bahwa dugaan keterlibatan UGM bukan hanya Loekman Soetrisno saja, melainkan peran institusi lainnya.

“UGM belum berani memberikan kepemimpinan moral bagi bangsa ini dengan mengakui secara nyata keterlibatan sivitas akademika UGM dalam tragedi 1965. Padahal, rekonsiliasi tanpa ada keputusan siapa yang salah dan siapa yang benar tidak akan pernah bermanfaat bagi keadilan sosial. ” tulis organisasi itu.

Lebih lanjut, mereka mendesak Dwikorita mengakui keterlibatan sivitas akademika UGM dalam tragedi 1965 dan meminta maaf kepada para korban dan keluarganya.

“Sivitas akademika UGM kini harus mengambil alih tanggung jawab moral untuk menyampaikan pengakuan dan penyesalannya.

“Dengan begitu, UGM akan tercatat sebagai institusi yang mengedepankan akal dan hati nurani demi penyelesaian konflik di negeri ini,” tandas mereka.

Petisi ini juga meminta alumni UGM untuk tetap kritis. “Alumni UGM dan siapapun, dimanapun, yang peduli terhadap perdamaian bangsa ini, kami mohon dukungannya terhadap petisi ini.”

Jika Anda setuju dengan isi petisi ini, silakan menandatanganinya Di Sini. —Rappler.com

BACA JUGA:

Keluaran SDY