Diduga Ini Penyebab Gempa, Pantai Manohara Terancam Ditutup
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Pantai Manohara yang dianggap sarang maksiat menjadi penyebab gempa di Pidie Jaya
PIDIE Jaya, Indonesia – Pantai Manohara yang membentang di Desa Meuraksa, Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya biasanya tidak pernah sepi di akhir pekan. Namun, Sabtu dan Minggu kemarin pantai tersebut benar-benar sepi.
Kafe-kafe tutup, tidak ada wisatawan, dan warga memblokir pintu masuk pantai dengan dahan pohon. “Tutup,” kata pria bertopi di pinggir jalan saat Rappler hendak memasuki pantai, Minggu, 11 Desember 2016.
Pantai Manohara sebenarnya bernama Pantai Meuraksa atau Pantai Meureudu. Nama Manohara muncul bersamaan dengan pemberitaan kisruh rumah tangga Manohara Odelia Pinot dengan Teungku Muhammad Fakhry Petra, Putra Mahkota Kerajaan Klantan, Malaysia.
Saat itu, memanfaatkan momentum ketenaran Manohara, seorang pemilik kafe di pinggir pantai memilih nama Manohara untuk dijadikan nama kafenya. Sejak itulah pantai ini lebih dikenal dengan nama Pantai Manohara.
Pada Rabu pagi, 7 Desember, gempa berkekuatan 6,5 SR melanda Kabupaten Pidie Jaya, Aceh. Ratusan toko dan rumah hancur. 101 orang dilaporkan tewas dan ratusan lainnya luka-luka.
Namun kafe-kafe di pinggir Pantai Manohara yang terbuat dari kayu tetap berdiri. Padahal, Pantai Manohara merupakan daratan yang paling dekat dengan episentrum gempa, yakni 18 kilometer timur laut Manohara.
Meski begitu, gempa masih meninggalkan bekas di sini: tanah terbelah di beberapa titik dan lubang sedalam sekitar satu meter yang memanjang hingga beberapa meter. Meski demikian, kerusakan tersebut bukan berarti warga menutup akses menuju Pantai Manohara.
“Karena selama ini Pantai Manohara menjadi tempat berduaan pasangan non-Muslim,” kata salah satu warga. Ia menilai perilaku asusila pengunjung pantai menjadi penyebab terjadinya gempa. “Berdua saja, kalau bukan muhrim sudah salah.”
Pejabat kota akan mengadakan pertemuan untuk membahas nasib Pantai Manohara. Sejumlah warga menginginkan pantai tersebut ditutup selamanya. Artinya, tidak ada lagi wisatawan yang bisa menikmati keindahan Pantai Manohara.
Hal ini tentu saja akan berdampak pada kafe-kafe yang berdiri di pinggir pantai. Bahkan, seorang pemilik kafe bisa mengantongi Rp100-150 ribu dalam sehari. “Cukup untuk kebutuhan sehari-hari,” kata salah satu pemilik kafe, M Jakfar.
Jakfar berharap meski Pantai Manohara ditutup, bangunan kafe tersebut tidak dibongkar. Sebab, bangunan tersebut bisa dijadikan kandang ternak. “Kita bisa beternak di sana,” kata Jakfar. —Rappler.com