• November 24, 2024
Penjelasan Giring “Nidji” soal dugaan politik uang

Penjelasan Giring “Nidji” soal dugaan politik uang

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Pada Senin 13 Maret, Giring dan dua orang lainnya dilaporkan ke Bawaslu DKI Jakarta karena dugaan politik uang

JAKARTA, Indonesia – Vokalis band Nidji, Giring Ganesha, punya masalah. Pasalnya, Senin, 13 Maret lalu, ia bersama dua orang lainnya dilaporkan oleh Advokat Cinta Tanah Air (ACTA) kepada Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) DKI Jakarta.

Giring dilaporkan atas dugaan kasus politik uang usai aksi pembagian sembako yang dilakukannya sambil mengenakan pakaian kotak-kotak yang identik dengan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat. Giring sendiri diketahui aktif dan terbuka mendukung pasangan ini.

Akibat laporan tersebut, pada Selasa, 14 Maret, Giring bisa mematuhinya Panggilan Bawaslu DKI. Di sana ia harus menjawab puluhan pertanyaan selama kurang lebih setengah jam.

Dihubungi lewat telepon genggamnya, Selasa 14 Maret malam, Giring mencoba mengklarifikasi permasalahan yang menimpa dirinya. Giring pun menjelaskan kronologisnya.

“Ibuku adalah orang yang hobinya membantu orang, jadi dia simpatisan. Kebetulan saya diminta menemaninya saat itu. Oh ya, aku menemanimu. Nah, banyak sekali yang menyambut baik orang-orang di sana karena mereka membuat video klip di sana, sebuah lagu Indonesia Jaya. Itu sebabnya semuanya berakhir Hubungi saya, Kanan. “Warganya alhamdulillah baik sekali.”

“Kalau begitu, itu saja, kataku politik uang Kemarin saya tidak menghabiskan satu sen pun. Yang saya habiskan hanyalah uang untuk naik taksi. Itu saja. Silakan periksa. Tolong audit keuangan saya, tidak apa-apa, saya siap. Tidak ada yang salah dengan bangsaku. Kemarin masyarakat hanya melihat niat baik. Niat baik menemani ibuku.”

Menurut Giring, peristiwa tersebut merupakan peristiwa sipil biasa. Sekadar upaya untuk saling membantu karena kawasan Kampung Melayu dikenal sebagai kawasan yang sering dilanda banjir.

“Kami saling bersimpati karena memiliki rasa toleransi yang tinggi, saling membantu di daerah banjir. Jadi ya, ketika Bawaslu bertanya, ‘Tahukah Anda isi (hadiah) ini?’ TIDAK. Orang-orangku benar-benar tidak tahu apa isinya. Itu semua di bawah sumpah. Ya, katakan saja yang sejujurnya. “Sebenarnya tidak ada (politik uang).”

Giring pun membantah dirinya memiliki ciri-ciri pasangan Wakil Gubernur dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat. “Saya kira saya datang ke sana kemarin, saya tidak memakai baju dan atribut lainnya, saya memakai baju Kehidupan Indonesia Raya. Ibuku memakai pakaian berwarna coklat. Karena saya sangat ingin bertemu dengan saudara-saudara saya yang terdampak bencana.”

Giring juga menegaskan, kehadirannya hanya untuk membantu, bukan untuk berkampanye. “Saya pergi ke sana untuk menemani ibu saya. Saya ke sana sebagai warga DKI Jakarta yang ingin membantu. Bagaimana saya bisa membantu? Saya bisa membantu dengan mengajak mereka ngobrol, memberi semangat, bercanda dengan mereka.”

Meski menghadapi kesulitan, Giring mengaku tidak menyerah. Bahkan, ia mengaku tak pernah menyesal mendukung Ahok dan Djarot sebagai calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. “Kalau aku berbuat baik, aku menemani saudara-saudaraku yang kesusahan. Saya tidak akan pernah menyesalinya. Ini adalah ibadahku.”

“Saya tidak pernah ingin berbicara, saya hanya harus melakukannya. Saya juga rutin membagikan beras di bawah jembatan. Tidak ada yang tahu. Hal ini juga di luar masa kampanye. Nah, kalau berasnya saya bagi ke istri dan anak saya saat masa kampanye, saya kira nanti juga akan dilaporkan ya? Namun, niatnya baik. “Nah, kemarin saya belum tahu berapa yang dibagikan dan apa isinya,” kata Giring. -Rappler.com

lagutogel