• November 24, 2024

Nasib tragis remaja korban penganiayaan ormas di Cipinang Muara

JAKARTA, Indonesia – Ahmad Miftah tak menyangka penghuni kontrakannya menjadi korban penganiayaan online. Pada hari Rabu tanggal 30 Mei, anggota Front Pembela Islam (FPI) mendatangi PMA, seorang remaja berusia 15 tahun, untuk menuntut permintaan maaf.

“Sekitar jam 10 malam, ada yang bilang FPI (datang) ke rumah saya. “(Mereka) menanyakan apakah itu benar rumah kontrakannya (PMA),” kata pria akrab disapa Haji Iwan itu saat ditemui di rumahnya, Kamis sore, 1 Juni.

Ia teringat ada sekitar 5-6 orang yang parkir di depan kediamannya dengan 4 unit sepeda motor. Tak lama kemudian, anggota FPI lainnya datang dari arah rumah kontrakan yang berjarak tak lebih dari 100 meter.

“Ada orang di atas,” kata Ahmad menirukan ucapan orang tersebut.

Warga bergegas meninggalkan rumahnya dan menuju ke tempat kontrakan. Ahmad mengaku sempat mendengar adu mulut sebelum akhirnya PMA dibawa ke kantor RW.

Dalam video yang beredar di media sosial, bocah tersebut tampak dikerumuni sejumlah pria dewasa di lokasi yang kemudian diketahui adalah kantor RW 03 Cipinang Muara, Jakarta Timur. Beberapa dari mereka mengenakan topi putih.

Orang-orang ini mengaku marah karena PMA diduga menyudutkan pimpinan FPI Rizieq Shihab. Menurut Ahmad, tidak semua orang di tempat itu merupakan anggota FPI Jakarta Timur. Ada penduduk setempat yang bergabung.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Koordinator Keamanan RW 03 Sutikno yang turut menyaksikan langsung kejadian tersebut. Menurut dia, suasana sepi karena turun hujan pada malam hari di Cipinang Muara. Jadi, keramaian di kantor memang menarik perhatian.

Lantas bagaimana cara FPI mengetahui alamat persewaan PMA? Menurut Sutikno, anggota FPI sudah lama mengincar PMA. Bahkan, dalam interaksinya di media sosial, PMA memang menyebutkan alamat rumahnya.

“Saat di sini, mereka bilang sudah mengintai berhari-hari,” ujarnya.

Pria berusia 46 tahun ini memperkirakan ada sekitar 50 orang yang berkumpul saat itu. Dia mengetahui mereka anggota FPI karena sedang berbincang. Dari situ Sutikno mengetahui tujuan kedatangan mereka lewat tulisan PMA di akun Facebook miliknya.

Selain Sutikno dan Ahmad, Ketua RW 03 sebenarnya juga hadir untuk melakukan mediasi di dalam. Namun, proses intimidasi masih tidak bisa dihindari.

“Kami disuruh menulis dua pernyataan, satu untuk PMA dan satu lagi untuk FPI. Tapi karena tulisannya tidak terbaca, akhirnya ibunya yang menulis, kata Ahmad.

Dalam video tersebut, terlihat ibu PMA menemaninya setelah itu sementara putranya membaca surat tersebut dengan tangan gemetar.

Ketukan

Hal ini menjadi sorotan publik karena dalam video yang viral di media sosial, terlihat PMA ditampar dua kali dari sisi kanan dan dipukuli dengan lembaran kertas. Bahkan, ada yang menampar mulut PMA tersebut dari belakang karena yang bersangkutan hanya diam saja. Kelompok tersebut tertawa saat melakukan aksi tersebut.

Saat mengintimidasi PMA, komplotan tersebut juga mengungkit etnis PMA.

“Besok teman lu mereka yang berasal dari etnis yang sama, misalnya lu Juga, Saya menasihati Anda, kamu berkata, kamu kotak masukjika bisa, jangan oh saudaraitu terjadi di sini lu,” kata salah seorang pria yang wajahnya tidak terlihat di kamera.

Bahkan ia menambahkan, nasib PMA lebih baik karena hanya dikunjungi. Seorang pria lainnya mengatakan, ada korban serupa di Jakarta Barat yang kondisinya berakhir tragis.

“Sudah TIDAK berbentuk seperti wajahnya,” kata pria itu.

Dalam video berdurasi 2 menit 20 detik tersebut, PMA tampak diam dan menuruti apa pun yang dikatakan komplotannya.

Video yang terdiri dari 4 bagian ini diakhiri dengan pembacaan pernyataan permintaan maaf dari PMA. Ia mengaku menghina Rizieq di Facebook dengan mengunggah foto FPI yang diedit menjadi Front Pengangguran Indonesia pada 26 Mei.

Ia pun mengaku mengunggah foto Rizieq bersama ulama FPI lainnya yang diedit agar terlihat seperti sedang bermain di Hotel Alexis. Terakhir, ia menuliskan status menantang umat Islam untuk berduel satu lawan satu.

Baik Sutikno maupun Ahmad mengaku sempat terjadi kontak fisik antara massa dengan PMA. Namun keduanya sepakat bukan anggota FPI yang melakukannya.

“Ada warga sekitar yang kemungkinan masih pelajar SMP, ada yang membenturkan kepala. “FPI cenderung menahan diri karena dianggap juga akan mencoreng nama mereka,” kata Ahmad.

Namun, Lurah Cipinang Muara Sri Astuti mengatakan orang-orang yang terlihat dalam video tersebut bukanlah warga. Faktanya, tidak ada satu pun wajah dalam video itu yang dia kenali.

Anak yang pendiam

PMA dan ibunya baru sekitar 4 bulan tinggal di rumah kontrakan Ahmad. Namun PMA tidak selalu berdomisili di Cipinang Muara.

“Dia lebih sering ke tempat adiknya (bibi), jarang ke sini,” kata Ahmad.

Ibu PMA yang sehari-hari berada di rumah ini tampak sibuk mengurus ketiga anaknya yang masih kecil.

Menurut Sutikno, ibu PMA cukup dikenal warga sekitar, namun putranya tidak. Ia cenderung pendiam dan lebih banyak berdiam diri di rumah. Namun, dia sudah mengetahui PMA yang mengontrak rumah bosnya di RT 15.

“Anaknya agak temperamental,” kata Sutikno.

Informasi yang diterima Rappler mengenai latar belakang pendidikan PMA masih simpang siur. Namun, ia disebut-sebut sudah tidak bersekolah sejak kasus ini terungkap pada akhir Mei lalu.

Ahmad mengaku sedih saat menyaksikan langsung kejadian tersebut. Apalagi, setelah PMA keluar dari kantor RW, ia terlihat menangis.

Sedih karena dia masih anak-anak, saya pun bertanya apakah dia tidak kasihan pada ibunya. “Setahu saya, saya hamil,” katanya.

Meski bersimpati dengan penderitaan PMA, Ahmad masih belum bisa memastikan apa yang ditulis remaja tersebut di akun media sosialnya. Saat ini keluarga PMA sudah dievakuasi ke Polda Metro Jaya. Polisi juga telah meminta keterangan para saksi dan kasus ini sedang diselidiki.

Ahmad mengaku lega bahkan meminta PMA tidak kembali ke rumah kontrakannya.

“Saya mohon PMA untuk sementara waktu tidak lagi tinggal di Cipinang Muara, karena takut terjadi sesuatu di kemudian hari,” ujarnya seraya menambahkan ibu dan saudara PMA masih diperbolehkan menyewa.

Dua pelaku ditangkap

Menanggapi permasalahan ini, polisi bertindak cepat. Kapolres Jakarta Timur Kompol Andry Wibowo mengatakan, kedua terduga pelaku penindakan sudah ditangkap. Mereka berinisial MH (57 tahun) dan M (60 tahun).

Saat ditanya mengenai peran keduanya, ia mengaku masih mendalaminya.

“Sedang diselidiki berdasarkan video yang viral (di media sosial),” ujarnya saat dihubungi Rappler, Kamis malam.

Ia enggan membeberkan lebih detail mengenai identitas kedua orang tersebut. Namun, Andry mengatakan, salah satu terduga pelaku diketahui merupakan anggota FPI, sedangkan lainnya hanya simpatisan.

“Salah satu dari mereka terkena,” katanya.

Saat ini kedua terduga pelaku telah diserahkan ke Polda Metro Jaya untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. – Rappler.com

Singapore Prize