• November 27, 2024

Nikmati keindahan Lhok Mata Ie, pantai tersembunyi di Aceh

Poin terakhir, jika menggunakan petunjuk dari Google Maps, Pantai Ujong Pancu saja

BANDA ACEH, Indonesia – Mahzar menyeka tubuhnya yang basah kuyup oleh keringat. Dia mulai kehabisan nafas setelah mendaki selama 15 menit. Pria berusia 19 tahun itu kemudian memilih bersembunyi sejenak di bawah pohon besar.

“Cukup jauh,” kata Mahzar sambil menghela nafas. Pekan terakhir bulan Oktober 2017, Mahzar dan Rappler mengunjungi sebuah pantai di kawasan Aceh Besar, Aceh.

Lokasi pantai yang ingin kita tuju ini cukup tersembunyi. Penduduk disana menyebut pantai ini Lhok Mata Ie, dalam bahasa Aceh. Kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya tempat keluarnya mata air.

Mendengar nama ini, kebanyakan orang mengira yang ada di sana bukanlah pantai, melainkan kolam renang dengan mata air jernih.

Kami mencari di internet untuk tempat persembunyian pantai ini. Sejumlah foto pemandangan indah di laman hasil pencarian menggugah rasa penasaran kami.

Sayangnya, alamat menuju ke sana sama sekali tidak bisa dilacak. Poin terakhir, jika menggunakan petunjuk dari Google Maps, Pantai Ujong Pancu saja. Jaraknya 15 km dari Kota Banda Aceh.

Keesokan harinya, dari sudut sebuah kedai kopi di Banda Aceh, kami berpindah tempat. Kami menempuh perjalanan dengan kendaraan roda dua menuju Pantai Ujong Pancu di Kecamatan Peukan Banda, Aceh Besar.

Kami melewati jalan aspal yang sempit dan mencapai titik terakhir jalan yang bisa dilalui kendaraan. Pasalnya, ada jembatan di sana yang roboh akibat air pasang. Dua pria di sana rupanya memperhatikan kami dengan kebingungan.

“Ke Lhok Mata Ie mau ke mana Pak?” tanya Mahzar seraya menyapa kedua warga Ujong Pancu itu. “Parkir motornya disana dek, nanti kamu harus mendaki lewat jalur ini,” jawab seorang laki-laki sambil menunjuk jalan setapak di kaki pegunungan.

Rupanya kami berhenti di tempat yang tepat. Tak menunggu lama, kami memarkir sepeda motor di halaman rumah panggung. Rumah itu milik pria yang kami tanyakan tadi. Biaya parkir sebesar Rp 5.000 untuk satu kendaraan.

Setelah kami bayar, sepeda motor kami diparkir bersama puluhan sepeda motor lain yang lebih dulu ada di sana. “Sepeda motor lain ini sudah dua hari di sini. “Mereka bermalam di sana (Lhok Mata Ie),” jelas juru parkir. “Untuk menginap atau tidak, bayar parkirnya sama.”

Kami mulai mendaki gunung mengikuti rute yang diarahkan. Kali ini kekuatan otot kaki menjadi taruhannya. Energi terkuras. Untungnya gunung yang kami daki masih banyak terdapat pohon-pohon besar. Agar sinar matahari tidak langsung menerpa kita. Dan membuat perjalanan menjadi sedikit lebih sejuk.

Jalur jalan kaki ini panjangnya kurang lebih dua kilometer. Dibutuhkan 40 menit untuk melewatinya. Jalur ini agak curam. Kami berhenti beberapa kali karena lelah.

Pesona lainnya selama perjalanan adalah bisa mendengar kicauan burung di balik pepohonan. Jika beruntung, kita bisa bertemu dengan kera yang sedang berayun-ayun di dahan pohon yang rimbun.

Pasir putih.

“Kita hampir sampai,” kata Mahzar dengan suara nyaring. “Suara air terdengar sangat dekat,” lanjutnya sambil mempercepat langkahnya. Pepohonan yang rimbun tidak menyisakan sedikitpun tempat untuk merawatnya. Rasa penasaran kami pun memuncak.

Jalannya menurun. Menandakan bahwa tujuan kita akan segera tiba. Kelelahannya terlupakan. Perjalanan panjang yang menguras banyak tenaga pun segera membuahkan hasil. Kami mulai berlari.

Sesampainya di sana, kami terdiam sejenak. Tangga terlihat sempit. Pemandangan yang tersaji lebih indah dari foto-foto yang kami lihat di internet: Pantai berpasir putih terbentang sepanjang kurang lebih 50 meter, air laut berkilauan diterpa sinar matahari.

Pasir di pantai ini tidak terlalu luas. Bebatuan besar dan karang menghiasi sisi lain pantai. Ombaknya tidak terlalu tinggi sehingga aman bagi pengunjung yang ingin mandi atau menyelam.

Memancing dan berkemah

Garis pantainya yang berpasir hanya sepanjang puluhan meter membuat pantai ini terlihat luar biasa. Pasir pantainya dikelilingi bebatuan besar dan karang di sisi lainnya. Pantai ini juga dikelilingi pegunungan hijau yang membentang panjang.

Tidak diragukan lagi kalau pantai ini sangat cocok bagi Anda yang suka berkemah. Pengunjung yang bermalam di sana bisa mendirikan tenda di bawah pohon besar tak jauh dari bibir pantai. Ada juga yang menggunakan ayunan hammock yang ditempelkan pada dahan pohon.

Selain berkemah, Lhok Mata Ie rupanya juga menjadi tempat favorit para pecinta mancing. Para pemancing sering kali melemparkan kailnya dari atas batu besar. Mereka menunggu pancing sambil menikmati pemandangan yang memanjakan mata.

Sayangnya, tidak ada akomodasi di pantai ini. Oleh karena itu, pengunjung harus membawa sendiri segala keperluannya. Sebagai wilayah hukum Islam, pengunjung perempuan yang ingin berkemah harus mendapat izin dari aparat desa setempat.

Penasaran dengan aslinya? Yuk, pacu tenagamu ke Lhok Mata Ie!

Pengunjung bisa mendirikan tenda di bebatuan yang ada di pinggir pantai.  Pengunjung juga diperbolehkan untuk menginap semalam.  Foto oleh Habil Razali/Rappler

—Rappler.com

Melihat keindahan Pantai Lhok Mata Ie dengan ppenerbangan romo JD.id

situs judi bola online