Museum abad pertengahan di ujung Manhattan
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Meski cukup terpencil dan jauh dari tempat wisata lainnya, The Cloisters patut dipertimbangkan sebagai salah satu museum yang Anda kunjungi saat berada di New York.
JAKARTA, Indonesia – Kota New York merupakan kota yang penuh dengan museum kelas dunia. Dari MoMA, Guggenheim, Museum Sejarah Alam, hingga Met. Namun mungkin Anda belum pernah mendengar tentang museum ini.
Terletak di ujung utara Pulau Manhattan, dekat perbatasan dengan kota Bronx, The Cloisters jauh dari kawasan turis seperti Times Square dan Wall Street. Cabang The Met ini terletak di tengah Fort Tryon Park di lingkungan Washington Heights. Bangunannya tampak seperti benteng batu.
Berbeda dengan The Met yang koleksinya terdiri dari artefak-artefak dari berbagai zaman dan tempat, koleksi The Cloisters berfokus pada seni Abad Pertengahan di Eropa.
Meskipun sering disebut sebagai ‘Abad Kegelapan’ (“Abad Kegelapan”), Abad Pertengahan di Eropa masih menghasilkan berbagai karya seni yang menarik. Mulai dari patung, ukiran, permadani hingga kaca patri. Sebagian besar karya seni tersebut bertema religi, khususnya tentang kehidupan Yesus Kristus.
Berjalan-jalan di sekitar The Cloisters membuat Anda merasa seperti kembali ke Abad Pertengahan. Kamar-kamar dengan langit-langit tinggi dan terbuat dari batu menghasilkan gema dan gaung yang menambah efeknya.
Salah satu koleksi The Cloisters yang paling terkenal disebut koleksi tujuh permadani dari Belgia Perburuan Unicorn (Perburuan Unicorn). Ketujuh permadani ini menggambarkan sekelompok pemburu yang mengejar seekor burung unicorn sampai akhirnya mereka berhasil menangkapnya. Makna dibalik permadani ini masih diperdebatkan oleh para ahli hingga saat ini.
Keunikan lainnya dari The Cloisters Museum adalah terdapat beberapa ruangan yang didatangkan langsung dari Eropa dan dibangun kembali di gedung yang berada di tengah Fort Tryon Park ini. Contohnya adalah ruangan Fuentidueña.
Ruangan ini dulunya merupakan bagian dari gereja San Martin di kota Fuentidueña, Spanyol yang didirikan sekitar tahun 1175-1200. Pada tahun 1940-an, ruangan ini dan atap kubahnya dibawa ke New York setelah negosiasi diplomatik yang panjang.
Waktu terbaik mengunjungi The Cloisters adalah saat musim semi atau musim gugur. Karena selain koleksi seninya yang luar biasa, di tengah The Cloisters juga terdapat taman indah yang dirancang berdasarkan taman abad pertengahan. Pengunjung juga bisa naik ke atap The Cloisters untuk melihat pemandangan Fort Tryon Park.
Meski terbilang cukup terpencil dan jauh dari tempat wisata lainnya, The Cloisters patut dipertimbangkan sebagai salah satu museum yang Anda kunjungi saat berada di New York. Dengan lokasinya yang indah dan koleksi yang dikurasi, Anda tidak akan menyesal mengambilnya jalan memutar Di Sini. —Rappler.com