• November 25, 2024

Berita hari ini : Rabu, 27 September 2017

Halo pembaca Rappler!

Pantau terus halaman ini untuk mengetahui update berita terkini yang dihimpun redaksi Rappler Indonesia pada Rabu, 27 September 2017.

Menteri Jonan: Tarif dasar listrik baru akan naik di akhir tahun

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, pemerintah belum akan menaikkan tarif dasar listrik hingga akhir tahun ini. Hal itu disampaikannya usai bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara.

Menurut Jonan, salah satu penyebabnya adalah daya beli masyarakat. Meski tarif listrik tidak naik, Jonan yakin langkah tersebut tidak akan membuat PT Perusahaan Perusahaan Perusahaan PerusahaanEL Negara mengalami kerugian.

“Presiden memutuskan tarif listrik tetap sampai akhir tahun, tidak naik,” kata Jonan.

Mantan Menteri Perhubungan ini memperkirakan pendapatan PLN akan tetap di angka Rp5 triliun karena tidak ada perubahan tarif listrik.

“Jadi, tidak rugi. Pastinya masih untung. Pendapatan PLN lebih dari Rp 300 triliun per tahun,” ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani sempat prihatin dengan kondisi keuangan PLN. Dia menilai PLN berisiko gagal bayar utangnya. Salah satunya karena pertumbuhan penjualan listrik yang tidak sesuai ekspektasi. Baca selengkapnya Di Sini.

Panglima TNI: Informasi pembelian 5.000 pucuk senjata bukan berasal dari data intelijen

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memaparkan pernyataannya mengenai pembelian 5.000 pucuk senjata oleh instansi di luar TNI yang kemudian disampaikannya dalam forum terbuka di Cilangkap. Gatot mengatakan, apa yang disampaikan di hadapan media dan purnawirawan TNI bukan berasal dari data intelijen.

“Apa yang saya sampaikan kemarin (yang diklaim forum internal) bukanlah informasi intelijen,” kata Gatot di gedung DPR.

Ia menjelaskan, informasi intelijen mempunyai rumusan tersendiri yang rumusannya tidak akan mudah dipahami oleh masyarakat.

“Rumusan informasi intelijen adalah, ‘si, a, bi, ba, me’. Siapa, kan? Siapa yang melakukannya? “Apa yang harus dilakukan, kapan, di mana, bagaimana dan mengapa,” ujarnya.

Lagi pula, kata Gatot, apa yang disampaikannya tidak terjadi. Konteksnya, Gatot kembali menegaskan, hal itu akan dilakukan begitu saja.

“Yang saya katakan kemarin akan terjadi begitu saja, belum terjadi kan? Jadi itu belum terjadi,” ujarnya.

Namun, dia mengaku sudah mendapat informasi mengenai pembelian senjata tersebut. Namun yang berhak menerima informasi tersebut, kata Gatot, hanya Presiden Joko Widodo (Jokowi). Baca selengkapnya Di Sini.

Jokowi mengaku mendapat penjelasan soal pengadaan senjata dari Panglima TNI

Presiden Joko “Jokowi” Widodo menyatakan telah bertemu dengan Panglima TNI Gatot Nurmantyo dan mendapat penjelasan terkait persoalan perolehan senjata laras pendek yang kini menjadi kontroversi. Namun, Jokowi tak mau menjelaskan secara detail materi apa saja yang dibicarakannya dengan Gatot, termasuk apakah informasi yang disampaikannya di hadapan purnawirawan TNI itu benar adanya.

“Saya bertemu (Panglima TNI) tadi malam sepulang dari Bali. “Panglima bertemu dengan saya di Halim dan dijelaskan,” kata Jokowi kepada media usai membuka dan meninjau booth pameran Kriyanusa Dekranas di Jakarta Convention Center.

Ia pun mengaku juga mendengarkan penjelasan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto terkait masalah ini.Bagi Jokowi, apa yang disampaikan Wiranto sudah sangat jelas.

“Saya kira penjelasan Menko Polhukam sudah jelas. Saya kira tidak perlu mengulanginya lagi, kata Jokowi.

Bagaimana penjelasan Gatot dan Wiranto?

“Ya, saya tidak bisa menyampaikan semuanya,” ujarnya.

Penjelasan Wiranto dan Gatot kepada publik berbeda-beda. Dijelaskan Gatot, ada lembaga di luar TNI yang ingin mengimpor 5.000 pucuk senjata secara ilegal atas nama presiden. Namun pernyataan Gatot itu dikoreksi Wiranto yang menyebut jumlah senjata yang dibeli mencapai 500.

Itupun yang membelinya adalah Badan Intelijen Negara (BIN) PT Pindad. Baca selengkapnya Di Sini.

Mantan atlet bulu tangkis Hariyanto Arbi merupakan calon legislatif dari Partai Solidaritas Indonesia

SANGAT BURUK.  Mantan atlet bulu tangkis nasional Haryanto Arbi memutuskan menjadi calon dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI).  Foto diambil dari PB Djarum

Mantan atlet bulutangkis Indonesia Haryanto Arbi memutuskan mendaftar sebagai calon legislatif melalui Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Mantan atlet berjuluk ‘100 Watt Smash’ ini mengaku ingin memperjuangkan kesejahteraan dan masa depan atlet Indonesia.

“Perjuangan saya untuk Indonesia belum berakhir. “Saya ingin menjadi anggota dewan karena ingin bisa memperjuangkan kebijakan yang mendukung kesejahteraan atlet,” kata Hariyanto yang ditemui saat mendaftar sebagai caleg PSI.

Ia menilai performa dan prestasi atlet olahraga Indonesia semakin menurun setiap tahunnya, termasuk pada SEA Games 2017. Haryanto menilai salah satu aspek krusial dalam upaya peningkatan prestasi olahraga nasional saat ini adalah dari sisi anggaran.

“Persoalan anggaran ini ditunda agar olahraga kita bisa maju,” ujarnya.

Melalui olahraga, nama bangsa Indonesia akan harum dan dikenal di kancah internasional. Itu sebabnya sangat penting untuk mendapatkan perhatian. Baca selengkapnya Di Sini.

KPK: Perpanjangan masa kerja Panitia Khusus Hak Penyidikan hanya buang-buang uang

OTT.  Ketua KPK Agus Rahardjo (paling kiri), didampingi Wakil Ketua Laode Syarif (kiri) dan Saut Situmorang (kanan), Jaksa Agung Jamintel Adi Toegarisman (paling kanan) menyampaikan keterangan pers operasi tangkap tangan (OTT) terkait dugaan suap Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta di Gedung KPK, Jakarta, Jumat 1 April.  Foto oleh Akbar Nugroho Gumay/ANTARA

Saut Situmorang, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), pun bereaksi terhadap keputusan Paripurna DPR yang memutuskan perpanjangan masa kerja Pansus Hak Penyidikan KPK. Dia berpandangan, pansus memang merupakan kewenangan anggota DPR, sebagai bagian dari fungsi pengawasannya.

Namun, dia menyayangkan perluasan Pansus Hak Penyidikan KPK. Bagi Saut, sia-sia jika pansus memperpanjang masa jabatannya karena lembaga antirasuah tidak akan bersedia hadir meski dipanggil lagi.

Pemeriksaan dan keseimbanganKPK sudah memiliki wadah yakni di Komisi III. Makanya kami datang ke sana dan saya tidak hadir karena fokus di sini (Pengadilan Jakarta Selatan), kata Saut yang terlihat menghadiri sidang praperadilan Setya Novanto.

Saut mengaku bingung karena forum konsultasi dengan mitranya hanya dengan Komisi 3, bukan dengan anggota pansus. Apalagi, menurut Saut, seluruh pertanyaan yang diajukan anggota Panitia Khusus Hak Penyidikan sudah dijawab Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam rapat kerja dengan Komisi III.

“Jadi, forum itu ada dan itu lebih dari cukup,” ujarnya.

Ia juga menilai kerja panitia khusus hak investigasi tidak efektif dan efisien. Mereka bahkan cenderung menghambur-hamburkan uang untuk membentuk Pansus Penyidikan KPK. Baca selengkapnya Di Sini.

– Rappler.com

link alternatif sbobet