Panglima mengundang Presiden untuk menghadiri HUT TNI
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Gatot membantah melakukan manuver politik dengan mengangkat isu pembelian 5.000 pucuk senjata.
JAKARTA, Indonesia – Juru Bicara Kepresidenan Johan Budi membantah spekulasi Panglima TNI Gatot Nurmantyo dipanggil Presiden Joko “Jokowi” Widodo untuk membahas persoalan pembelian 5.000 pucuk senjata secara ilegal. Dia mengatakan Gatot hadir di Istana karena ingin melaporkan kesiapan TNI menyambut HUT ke-72 yang digelar di Jakarta.
“Selain itu, Panglima TNI juga mengajak Presiden menonton pertunjukan wayang kulit menyambut HUT TNI. Ya, itu yang disampaikan Panglima TNI ke presiden, kata Johan saat ditemui, Rabu, 27 September di kompleks Istana Kepresidenan.
Sementara soal pembelian senjata ilegal atas nama Presiden, menurut Johan, mantan Gubernur DKI itu dilaporkan ke Gatot saat ditemui di Bandara Halim, Selasa malam. Saat itu, Jokowi menanyakan kepada Gatot siapa yang menjemputnya di bandara.
“Keduanya bertemu di rumah Halim. “Pak Gatot melaporkan apa yang sedang hangat dan menjadi perbincangan publik (soal pembelian senjata),” ujarnya.
Jokowi, kata Johan, mengaku pernah tampak dengan penjelasan lebih lengkap dari Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto. Jadi tidak perlu ada perdebatan lagi.
Hubungan antar institusi tetap baik
Sementara itu, sebelum dipanggil ke Istana Negara, Wiranto sempat menjadi pembicara di Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Gedung DPR untuk membahas isu kebangkitan komunisme. Kehadirannya di ruang Fraksi PKS seolah memperkuat anggapan masyarakat bahwa Gatot ingin terjun ke dunia politik. Salah satu manuvernya adalah melontarkan beberapa pernyataan kontroversial.
Namun Gatot membantahnya. Ia mengatakan, tindakan bodoh yang dilakukannya jika berpolitik di Gedung DPR.
“Di sinilah banyak orang berpolitik. Kalau saya main politik di sini, sebenarnya saya bodoh. Bahan-bahannya lama kelamaan akan habis, ujarnya sambil tertawa kepada awak media.
Apalagi jika terjun ke dunia politik, ia tidak akan menyadarkan masyarakat akan kemungkinan kebangkitan PKI dan komunisme.
“Saya bilang oh kamu bagus, PKI bagus. Betul,” ujarnya lagi.
Gatot juga mengatakan, hubungan antar institusi militer tetap baik. Meski diakui Wiranto, ada miskomunikasi antar lembaga tersebut terkait persoalan pembelian senjata.
“Kami baik-baik saja. Padahal, alasan saya belum bicara karena kondisi kami baik, ujarnya.
Gatot menyayangkan, atasannya, Wiranto, mengatakan akar masalahnya terletak pada komunikasi yang tidak lengkap. Tugasnya hanya melapor kepada Presiden. Entah ada miskomunikasi atau tidak, dia serahkan ke Jokowi.
Meski menegaskan hubungan antarlembaga tetap baik, Gatot mengaku belum menghubungi Menhan dan Wiranto. Dalam kesempatan itu, Gatot justru mengubah pernyataannya. Jika dalam silaturahmi dengan purnawirawan TNI itu, ia menyebut informasi rencana pembelian 5.000 pucuk senjata ilegal itu berasal dari data intelijen, kali ini ia membantahnya.
Ia menegaskan, informasi intelijen hanya bisa disampaikan kepada Panglima Tertinggi, yakni Presiden.
“Keterangan saya saat itu (kepada) purnawirawan TNI itu bukanlah informasi intelijen, karena informasi intelijen harus memuat (data) siapa, apa yang dilakukan, di mana akan dilakukan. Kapan dan di mana melakukannya. Nah, ini yang saya sampaikan kepada Presiden. “Saya hanya akan menyampaikan informasinya kepada Presiden atau jika saya dipanggil DPR,” ujarnya.
Sementara itu, Gatot mengklaim pernyataan yang disampaikannya di hadapan purnawirawan TNI dan media tidak masuk dalam kategori informasi intelijen. – Rappler.com