• November 27, 2024

Yang perlu Anda ketahui tentang sidang dugaan penodaan agama terhadap Ahok

Berikut hal-hal yang perlu Anda ketahui tentang persidangan kontroversial ini

JAKARTA, Indonesia – Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama akan menjalani sidang perdana pada Selasa, 13 Desember atas dugaan penodaan agama.

Dia terancam hukuman hingga 6 tahun penjara. Bagaimana awal mula kasus ini berkembang hingga Ahok ditetapkan sebagai tersangka?

Berikut hal-hal yang perlu Anda ketahui tentang persidangan kontroversial ini:

1. Apa penyebabnya?

Semua bermula dari ucapan Ahok saat kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu pada akhir September lalu. Di sana, ia bercerita kepada warga setempat bahwa tak masalah baginya jika tak terpilih kembali pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 karena pemilihnya “dibohongi dengan menggunakan surat Al-Maidah (ayat) 51”. . .

Menurut Ahok, ayat tersebut kerap digunakan pihak-pihak tertentu –terutama lawan politiknya– untuk mencegah pemilih Muslim menggunakan suaranya pada calon kepala daerah non-Muslim.

Klip video tersebut kemudian menjadi viral di media sosial dan memicu kemarahan di kalangan Muslim konservatif, yang menganggapnya sebagai penistaan ​​terhadap kitab suci mereka.

Meski Ahok sudah meminta maaf sebanyak empat kali, namun permintaan maafnya tidak membuat situasi menjadi tenang. Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahkan menyatakan hukuman Ahok memang merupakan penistaan ​​terhadap Alquran.

Kemarahan massa berlanjut dengan tiga aksi yang dimulai pada Oktober hingga awal Desember, dimana ratusan ribu umat Islam dari berbagai daerah berkumpul di ibu kota. Mereka menuntut Ahok segera diadili, bahkan di penjara.

2. Lokasi sidang

Karena persidangan ini menarik perhatian banyak orang, polisi kesulitan mencari tempat yang cocok.

Semula rencananya sidang akan digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Namun tiba-tiba beredar kabar Kapolisian akan pindah ke Kemayoran, Jakarta Pusat, atau ke Cibubur, Jakarta Timur. Alasannya adalah keamanan.

Empat hal yang menjadi pertimbangan polisi adalah masyarakat yang hadir harus merasa aman dan nyaman; tempat yang aman terhadap gangguan; benda-benda disekitarnya harus terjamin keamanannya; dan kegiatan yang ada harus dijamin berjalan lancar.

Terakhir, pilihan jatuh pada eks gedung PN Jakarta Pusat, Jalan Gajah Mada Nomor 17. Polisi akan mengatur arus lalu lintas yang terhubung atau melewati lokasi pengadilan.

3. Apakah sesi tersebut disiarkan?

Selain lokasi, juga terjadi perdebatan apakah sidang Ahok sebaiknya disiarkan atau tidak. Awalnya, rencananya proses persidangan akan disiarkan di televisi nasional, seperti persidangan kasus kopi beracun.

Namun pimpinan stasiun televisi tersebut pada akhirnya sepakat untuk tidak menyiarkannya secara langsung. Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo mengatakan, jika sidang ini disiarkan secara langsung, bisa berdampak pada disintegrasi bangsa.

“Akan banyak pihak yang bertikai di luar persidangan,” kata Yosep usai pertemuan dengan pimpinan media.

Persidangan yang disiarkan secara langsung juga dapat menghilangkan asas praduga tak bersalah yang seharusnya menjamin seseorang tidak dicap bersalah meski proses hukum masih berjalan.

Namun Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) mengecam keputusan tersebut. Menurut mereka, kesepakatan stasiun televisi untuk tidak menyiarkan langsung persidangan Ahok merupakan upaya sensor.

Ahok sendiri mengaku tidak keberatan jika sidangnya disiarkan secara langsung. Padahal, dengan cara ini masyarakat bisa menilai langsung proses yang sedang berjalan.

Ia juga tidak peduli jika televisi pada akhirnya tidak mengudara secara langsung. “Iya, kami patuh saja. Kita tidak bisa menghentikan keinginan orang hidup (langsung) atau tidak, tidak bisa,” kata Ahok.

4. Setelah sidang?

Pengadilan inilah yang akan menentukan nasib Ahok di Pilkada DKI Jakarta. Jika dia terbukti bersalah, pencalonannya otomatis didiskualifikasi.

Sejauh ini meski berstatus tersangka, Ahok masih bisa melakukan kegiatan kampanye seperti biasa. Jika tumbang maka akan menguntungkan kedua rivalnya yakni Agus Harimurti Yudhoyono dan Anies Rasyid Baswedan.

Front Pembela Islam (FPI) dan kelompok Islam lainnya telah berjanji untuk mendorong persidangan Ahok sampai dia diadili. Hal ini justru menimbulkan kekhawatiran di kalangan kelompok progresif dan pluralis, bahwa Indonesia tidak lagi menjaga keberagaman dan mendapat tekanan dari kelompok mayoritas.—Rappler.com

lagu togel