• September 22, 2024
TIMELINE: Sanksi FIFA untuk Indonesia

TIMELINE: Sanksi FIFA untuk Indonesia

FIFA menetapkan sanksi terhadap PSSI. Apakah sanksi tersebut akan dicabut saat kunjungannya ke Indonesia?

JAKARTA, Indonesia – Dalam kunjungannya ke Indonesia, delegasi Asosiasi Sepak Bola Dunia (FIFA) dan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) bertemu dengan sejumlah pihak untuk mengakhiri kisruh sepak bola dalam negeri.

FIFA dan AFC mengadakan pertemuan mulai dari Presiden Joko “Jokowi” Widodo, perwakilan pemain, hingga Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), dalam rangkaian kunjungan pada 1-3 November 2015.

Mereka membahas sanksi FIFA terhadap Indonesia yang masih berlaku hingga saat ini.

Sebenarnya, bagaimana sanksi ini bisa dijatuhkan? Dan bagaimana perkembangan kasus ini sejak saat itu? Simak kronologinya berikut ini:

17 April 2015 – Kepengurusan PSSI diberhentikan sementara oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga

Langkah tegas akhirnya diambil Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) setelah PSSI mengabaikan tiga surat peringatan Kemenpora terkait keterlibatan klub Arema Cronus dan – saat itu – Persebaya Surabaya di Liga Super Indonesia ( ISL) kompetisi.

Keputusan Menteri Pemuda dan Olahraga mengenai pengenaan sanksi administratif berupa kegiatan olahraga Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia tidak diakui, demikian bunyi Surat Keputusan (SK) Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora). . Imam Nahrawi saat itu.

Sebelumnya Arema dan Persebaya tidak lolos verifikasi Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) sehingga ia tidak mendapatkan rekomendasi BOPI untuk tampil di ISL. Salah satu penyebabnya karena kedua klub memiliki kepemilikan ganda.

Kedua klub tersebut memiliki kepemilikan ganda dan hingga batas akhir penyelesaian persyaratan yang diminta BOPI, baik Arema maupun Persebaya belum melengkapi dokumennya, ujarnya. kata Ketua BOPI M.Noor Aman.

Namun Arema dan Persebaya belakangan tetap tampil meski Kemenpora meminta PSSI mematuhi rekomendasi BOPI.

18 April 2015 – KLB PSSI berlanjut, La Nyalla menjadi Ketua Umum

Meski aktivitasnya tak lagi diakui Kemenpora, PSSI tetap menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) di Surabaya. Salah satu hasil kongres tersebut adalah terpilihnya La Nyalla Mahmud Mattalitti sebagai Ketua Umum PSSI periode 2015-2019.

La Nyalla pun baru saja menyetujui kepengurusan baru PSSI di bawah kepemimpinannya. Anda dapat membaca daftar lengkapnya di sini.

8 Mei – Kementerian Pemuda dan Olahraga membentuk tim transisi PSSI

Kementerian Pemuda dan Olahraga telah membentuk tim transisi pengelolaan sepak bola nasional menyusul skorsing PSSI. Pembentukan tim transisi ini tertuang dalam keputusan Menpora yang diterbitkan pada 17 April lalu yang menjatuhkan sanksi administratif kepada PSSI.

Tim Transisi melakukannya empat tugas utama dia:

  1. Menjalankan fungsi yang dilakukan PSSI.
  2. Memastikan keikutsertaan Indonesia di ajang sepak bola internasional.
  3. Untuk menjamin kelangsungan kompetisi sepak bola nasional.
  4. Merencanakan pembentukan kepengurusan baru PSSI.

Anda dapat membaca tentang versi awal anggota tim transisi di sini.

30 Mei 2015 – FIFA menjatuhkan sanksi terhadap Indonesia

FIFA menjatuhkan sanksi terhadap Indonesia. FIFA menilai pemerintah Indonesia melakukan intervensi terhadap independensi aktivitas sepak bola di Tanah Air setelah mereka membekukan PSSI dan membentuk tim transisi.

Berikut 4 poin sanksi FIFA:

  1. PSSI kehilangan hak keanggotaan FIFA.
  2. Semua tim Indonesia (tim nasional dan klub) tidak diperbolehkan melakukan interaksi sepak bola apa pun di tingkat internasional, termasuk partisipasi dalam kompetisi FIFA dan AFC.
  3. PSSI tidak dapat berpartisipasi dalam program pembangunan FIFA dan AFC sepertipelatihan dan kursus selama masa sanksi.
  4. PSSI masih bisa mengikuti SEA Games hingga akhir kompetisi.

Pasca jatuhnya sanksi FIFA, masa depan kegiatan kompetisi sepak bola profesional di Indonesia menjadi tidak jelas. Hingga lahirlah Piala Presiden, sebuah turnamen independen yang diselenggarakan oleh Mahaka Sports and Entertainment. Lalu baru-baru ini muncul Piala Jenderal Sudirman.

2 November 2015 – Delegasi FIFA dan AFC bertemu dengan Jokowi

Presiden Jokowi bertemu delegasi FIFA dan AFC di Istana Negara. Jokowi berencana membentuk gugus tugas untuk menyelesaikan kisruh yang melanda dunia sepak bola Tanah Air.

“Tadi saya baru saja mengatakan kepada delegasi FIFA dan AFC bahwa kami ingin segera mencari solusi. Kami akan segera membentuk tim gugus tugas “Untuk komunikasi terus menerus dengan FIFA agar bisa dicarikan solusinya,” kata Jokowi.

Usai pertemuan, FIFA menyampaikan dukungannya langkah pemerintah untuk mereformasi sepak bola Indonesia. Hal itu terungkap dalam pernyataan resmi yang dipublikasikan di situs mereka.

Dalam pernyataan tiga paragrafnya, FIFA mengatakan Indonesia harus mereformasi sepak bolanya. Bahkan, FIFA menegaskan mereka dan Jokowi mempunyai pemikiran yang sama. Tidak bertentangan.

“Sangat jelas bahwa FIFA, AFC, dan PSSI mempunyai pandangan umum yang sama bahwa Indonesia adalah negara dengan potensi sepak bola yang sangat besar. Oleh karena itu, reformasi sangat diperlukan untuk memaksimalkan potensi tersebut, ujarnya baca pernyataan resminya itu.

3 November 2015 – FIFA dan AFC bertemu APPI

Persatuan Pemain Profesional Indonesia (APPI) sudah menyatakan kesediaannya untuk terlibat dalam tim yang akan dibentuk untuk menyelesaikan kisruh sepak bola nasional.

“Kami menyampaikan apa yang selama ini ingin kami sampaikan, Permasalahan yang dihadapi pemain berkaitan dengan situasi sepak bola sepak bola indonesia. Mereka mendengar langsung dari perwakilan pemain.

Jalan keluarnya adalah kemungkinan membentuk komite untuk menyelesaikan situasi ini. “APPI diminta terlibat langsung dan kami menyatakan kesediaannya jika dilibatkan,” kata Ponaryo Astaman, Presiden APPI. — Rappler.com

BACA JUGA:

Data Sidney