• September 25, 2024

Bogor Kota Paling Intoleran, Apa Kata Wali Kota Bima Arya?

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Bogor Paling Intoleransi Karena Larang Peringatan Hari Asyura Syiah dan Relokasi Tempat Ibadah GKI Yasmin

MALANG, Indonesia – Setara Institute merilis hasil survei yang menunjukkan bahwa Bogor di Jawa Barat adalah kota paling intoleransi di Indonesia. Meski demikian, Wali Kota Bima Arya Sugiarto mengatakan ada berbagai cara untuk mengelola keberagaman dan kohesi di Bogor.

“Saya memilih untuk tidak berkomentar. “Saya banyak membicarakannya di berbagai kesempatan, tentang bagaimana kita mengelola keberagaman dan kohesi di Kota Bogor,” kata Bima saat ditemui Rappler di Kota Malang, Selasa, 17 November.

Setara Institute, sebuah lembaga yang bergerak di bidang demokrasi dan perdamaian, menyebut Bogor sebagai kota paling intoleransi di antara puluhan kota di Tanah Air yang masuk dalam penelitian mereka.

Penelitian Setara Institute dilakukan pada tanggal 3 Agustus hingga 13 November 2015 dengan menggunakan metode survei. Selain Bogor, daftar kota yang disebut intoleran disusul oleh bekasi, tangerang, depok dan bandung.

Setara melakukan penilaian terhadap 94 kota di Indonesia dengan menggunakan empat indikator, antara lain:

  • Peraturan pemerintah: Apakah positif dan negatif atau diskriminatif.
  • Kebijakan program pemerintah kota, termasuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
  • Kebijakan pemerintah yang mendorong toleransi lintas agama dan kepercayaan.
  • Apakah ada kejadian intoleransi di kota tersebut atau tidak.

Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos mengatakan, terdapat sejumlah kasus intoleransi di Bogor yang menjadikan kota hujan sebagai kota paling intoleransi.

“Kami melibatkan 94 kota administratif dalam penelitian ini. Yang membuat Bogor menempati posisi terbawah adalah beberapa kasus, termasuk larangan peringatan Hari Asyuro yang dilakukan langsung oleh Wali Kota sendiri. “Ini berbeda dengan kondisi di tempat lain yang dilakukan oleh kelompok masyarakat,” kata Bonar kepada Rappler melalui kontak terpisah, Selasa.

Sebelumnya, Surat Edaran Bima Arya No. 300/321-Kesbangpol melarang perayaan Asyura tahun ini bagi umat Syiah di Kota Bogor. Menurut dia, alasan dikeluarkannya surat edaran ini adalah menjaga ketertiban dan keamanan dan pencegahan konflik sosial.

Selain itu, Pemkot Bogor juga tidak memberikan akomodasi kepada jemaah GKI Yasmin yang tidak diperbolehkan beribadah di gerejanya sendiri.

Hal kedua tentang rencana relokasi GKI Yasmin yang tidak melibatkan jemaah GKI Yasmin itu sendiri, kata Tigor.

“Ini bentuk pengelolaan kota yang buruk.”

Awal November lalu, Bima dikabarkan sedang menyiapkan tim kecil untuk memindahkan GKI Yasmin ke lokasi lain, namun tidak melibatkan perwakilan jemaah GKI Yasmin dalam keputusannya. —Rappler.com

BACA JUGA:

SDY Prize