Tidak ada penyanderaan warga sipil di Tembagapura
- keren989
- 0
Laporan mengenai warga yang disandera dianggap hanya sebagai propaganda polisi dan TNI
JAYAPURA, Indonesia – Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) membantah keras pemberitaan di media massa nasional yang menyebut mereka menyandera ribuan warga sipil di distrik Tembagapura. Sebby Sambon, Juru Bicara TPNPB-OPM, mengatakan informasi dan tuduhan tersebut sengaja disebarkan oleh aparat keamanan Indonesia untuk merugikan perjuangan mereka.
Sebby mengatakan, pemberitaan tersebut tidak lebih dari propaganda.
“Tidak ada sandera di (kota) Banti dan Kembeli Tembagapura, Papua Barat, seperti yang ramai diberitakan di media,” kata Sebby melalui telepon dari Papua Nugini, Minggu, 12 November.
OPM juga meminta pihak berwenang Indonesia berhenti menyebarkan propaganda tentang mereka.
“Bapak-bapak, para pimpinan TNI dan Polri, jangan mencari kebenaran dengan cara-cara yang menyesatkan melalui penerbitan berita-berita propaganda murahan. Kami Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat memahami betul betapa seringnya otoritas militer Indonesia menyalahkan kami dalam mencapai tujuan mereka. Tapi, kami tidak sebodoh itu,” ujarnya lagi.
Sebby juga membantah adanya tindakan pemerkosaan terhadap warga sipil yang diduga dilakukan OPM. Menurut Sebby, polisi sebagai penegak hukum harus melakukan penyelidikan terlebih dahulu sebelum mengambil kesimpulan dan menyalahkan pihak mereka.
“Ini menjadi pertanyaan tandingan, bagaimana mungkin tidak ada bukti yang sah tapi polisi langsung menetapkan (pelaku) bersalah atas TPNPB. Itu tidak benar. Yang jelas kalaupun ada (perkosaan), itu dilakukan kelompok polisi untuk menuntut TPNPB. Michael Beanal misalnya, adalah perwira TNI/Polri yang melakukan pembunuhan dengan maksud menyudutkan TPNPB, ujarnya lagi.
Dia juga menegaskan kembali bahwa tidak mungkin melukai warga sipil. Sebab yang dianggap musuh hanyalah personel TNI dan Polri.
“Kami telah mengatakan sebelumnya bahwa musuh kami bukanlah masyarakat sipil. Bagi kami, musuhnya adalah tentara dan polisi Indonesia. “Semua fitnah yang dilakukan pejabat Indonesia tidak benar,” ujarnya.
Namun, diakuinya OPM telah melarang warga di distrik Tembagapura untuk keluar kampung atau berlindung. Sebab, pihak berwenang Indonesia akan melakukan operasi besar-besaran. Berdasarkan informasi, saat ini sudah ada 700 personel TNI bersenjata lengkap yang akan ditempatkan di kabupaten tersebut.
“Pimpinan TPNPB melarang masyarakat desa mengungsi ke Timika karena yang menyuruh masyarakat mengungsi adalah TNI dan Polri dengan maksud melakukan operasi militer besar-besaran. “Sejauh ini hubungan TPNPB dengan masyarakat di Banti dan Kimbeli harmonis dan baik,” ujarnya lagi.
Ia mengklaim kondisi masyarakat tetap aman dan tidak ada permasalahan berarti karena lagi-lagi ia menyebut yang dianggap musuh adalah TNI/Polri.
tuntutan OPM
Lalu apa tuntutan OPM kepada pemerintah Indonesia?
“Ada tiga hal yang sudah kami sampaikan kepada Kapolda Papua dan Pangdam setempat di Papua yang merupakan pernyataan resmi, pertama, apapun alasannya, kami tidak akan menyandera warga sipil di sini, baik di Banti maupun Kimbeli, Tembagapura. Kedua, TPNPB OPM kami menolak keras segala macam stigma yang disampaikan oleh pimpinan Polri dan TNI dan selalu ditujukan kepada kami, dan yang ketiga, TPNPB OPM kami siap berperang melawan TNI dan pasukan Polri berjuang sampai Papua merdeka, ” dia berkata.
Diakui Sebby, jumlah personel TPNPB-OPM tidak sebanding dengan kekuatan TNI dan Polri. Perlengkapan senjata yang sama. Namun, ia yakin nenek moyang mereka akan menerima perjuangan mereka.
“Kami yakin Roh Tuhan, Roh Alam dan Roh nenek moyang kita masyarakat Papua akan mendukung dan membantu serta melindungi prajurit TPNPB untuk melawan musuh penjajah Indonesia sebagai orang kafir yang Tuhan tidak tahu. , mereka juga tidak mengetahui hak-hak negara lain,” ujarnya.
Sementara itu, Komandan Operasional OPM Kodap Tembagapura yang berada di bawah kendali Panglima Brigjen Ayub Waker yakni Gusby Hunggi mengaku belum bisa berkomentar banyak. Saat ini ia masih beraktivitas di wilayah Tembagapura.
“Telepon saja aku nanti sore,” katanya melalui telepon.
Aksi TPNPB-OPM ini sudah berlangsung bertahun-tahun. Selain menuntut Papua Barat merdeka, mereka juga ingin PT Freeport Indonesia keluar dari Papua. – Rappler.com