TPN OPM mengaku bertanggung jawab atas serangan teroris di kawasan Freeport
keren989
- 0
JAYAPURA, Indonesia – Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM) mengaku bertanggung jawab atas beberapa penembakan teroris yang terjadi di area pertambangan PT Freeport Indonesia di distrik Tembagapura Timika, Papua dalam beberapa pekan terakhir. Menurut mereka, aksi ini merupakan bagian dari upaya memperjuangkan kemerdekaan Papua.
Sebby Sambon, Juru Bicara TPN-OPM, melalui telepon mengatakan, penyerangan tersebut merupakan perintah langsung dari Goliath Tabuni, Jenderal dan Komando Nasional Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB). Pada awal Januari, Goliat menyatakan perang terhadap pemerintah Indonesia.
Penyerangan ke Tembagapura murni dilakukan oleh TPN-OPM di bawah komando Goliath Tabuni dan merupakan operasi gabungan Komando Operasi Daerah (Kodap) Kali Kopi, Tembagapura dan Intan Jaya yang dipimpin oleh Brigjen Ayub Waker dan Tene Murib. Kata Sebby pada Sabtu 28 Oktober dari hutan di kawasan perbatasan Indonesia -PNG.
Ia menegaskan, TPNPB dan masyarakat Papua akan terus memperjuangkan kemerdekaannya.
“Karena Indonesia yang mencaplok Papua untuk kepentingan PT Freeport. Lalu mereka merampas kekayaan alam kita,” ujarnya.
Meski tengah diburu polisi, anggota TPN-OPM tak henti-hentinya melancarkan serangan terhadap pemerintah Indonesia dan Freeport. Bahkan, anggota TPN-OPM dari daerah lain langsung bergabung dengan staf yang saat ini berada di Tembagapura.
“Dalam dua minggu terakhir, anggota TPN-OPM dari Puncak Jaya, Illaga, Lany Jaya, Paniai dan Wayage langsung bergabung dengan mereka di Tembagapura. Untuk menghadapi tentara Indonesia dan Freeport, ujarnya.
Mereka bahkan mengancam akan terus mengambil tindakan kecuali Indonesia kembali ke meja perundingan.
“Tuntutan kami agar para pejuang Papua Merdeka, Indonesia, kembali ke meja perundingan dengan Belanda, Amerika Serikat, dan PBB. Kemudian difasilitasi oleh pihak netral untuk mengoreksi sejarah karena sebenarnya Papua sudah merdeka namun dianeksasi oleh Indonesia untuk kepentingan kekayaan alam bersama Amerika, ujarnya.
Mereka juga meminta TNI dan Polri tidak mengikuti kelompok masyarakat sipil saat menghadapi TPN-OPM. Kalau berani, kata Sebby, fokus saja mengejar mereka.
“Jangan kejar orang tak bersalah, ayo kejar OPM kita! “Kami siap menghadapinya,” tegasnya.
Sebby pun menegaskan kepada Polri bahwa mereka bukanlah kelompok kriminal melainkan pejuang kemerdekaan Papua. Jadi, apa yang disebut-sebut bolak-balik polisi di media tidaklah benar.
Diakui Sebby, dalam beberapa aksi belakangan ini mereka berhasil menembak mati satu anggota Brimob dan enam anggota lainnya. Anggota Brimob yang tewas diketahui bernama Brigadir Berry Pramana Putra. Ia meninggal dunia di tempat di kawasan Jembatan Utikini Tembagapura sekitar pukul 16.00 WIT pada 22 Oktober.
Sedangkan menurut pengakuannya, hanya satu personel OPM yang terluka. Bahkan ada di jari.
Akibat berbagai aksi teroris tersebut, karyawan PT Freeport, guru, dokter, dan tenaga medis dievakuasi dari lokasi kejadian.
Pernyataan video
Sebelumnya, pernyataan bernada serupa dilontarkan oleh seseorang yang mengaku demikian Staf Makodam (TPN-OPM) III Timika. Video pernyataan tersebut diunggah melalui akun media sosialnya Ketua Umum Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Victor Yeimo pada 23 Oktober.
Selain video, ada juga surat pernyataan yang dibacakan staf di media sosial Victor. Mereka mengatakan penyerangan terhadap PT Freeport Indonesia bukan sekedar penyerangan tapi juga pernyataan sikap.
“Itu adalah sebuah sikap “yang telah dialihkan kepada pemerintah Indonesia, pemerintah Amerika Serikat, Belanda dan organisasi internasional PBB serta 27 negara yang mempunyai kepentingan terhadap PT Freeport Mc Moran/PT Freeport Indonesia,” kata mereka dalam video tersebut.
Lihat pernyataan selengkapnya di sini:
Mereka menuntut semua pihak mengakui hak kedaulatan masyarakat West Papua, ras Melanesia yang sudah dilindungi kepentingan di tanah Papua selama kurang lebih 50 tahun. Selain itu, mereka juga kembali menegaskan bahwa proses integrasi Papua ke Indonesia semata-mata untuk kepentingan ekonomi kapitalis asing di tanah Papua.
“Itu dilakukan oleh empat unsur utama yaitu Amerika Serikat, Indonesia, Belanda, dan PBB,” kata mereka.
Mereka juga menyatakan bahwa Indonesia mengirimkan pasukan militer untuk menepati nota kesepahaman (MoU) dengan tiga unsur lainnya sehingga mengakibatkan ribuan nyawa warga Papua hilang.
“Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia secara langsung telah memusnahkan penduduk asli Papua dan secara tidak langsung menjadi kepanjangan tangan Amerika, Belanda, PBB dan 27 negara yang mempunyai kepentingan terhadap PT Freeport,” ujarnya.
Mereka juga meminta nota kesepahaman yang ditandatangani dengan PT Freeport dihapus dan hak kedaulatan yang dimiliki masyarakat Papua dikembalikan. – Rappler.com