• November 25, 2024

Mampukah Bekasi menjadi kota yang lebih toleran?

Pembangunan gereja masih menjadi sumber konflik di Bekasi

Jakarta, Indonesia – Rahmat Effendi, Wali Kota Bekasi, mengatakan warga di wilayahnya semakin heterogen, sehingga masyarakat diimbau untuk mengedepankan sikap toleransi.

“Komposisi warga negara semakin beragam, begitu pula dengan perbedaan keyakinan, sikap intoleran tentunya harus dikesampingkan. “Sikap toleran terhadap berbagai perbedaan harus dikedepankan,” kata Rahmatpada hari Rabu, 9 Maret.

Pernyataan itu disampaikan Rahmat dalam rangka memperingati hari ulang tahun Kota Bekasi ke-19 yang jatuh pada hari ini, Kamis, 10 Maret.

Saat ini, kata Rahmat, Kota Bekasi dihuni sekitar 2,4 juta jiwa dengan latar belakang multietnis, penduduk asal etnis Jawa mendominasi dengan total 33 persen.

Sedangkan Suku Betawi yang merupakan penduduk asli Kota Bekasi hanya tersisa 28 persen, disusul oleh RAKYAT Bahasa Sunda sebanyak 18 persen.

Wakil Wali Kota Bekasi Ahmad Syaikhu mengatakan, warga Bekasi hendaknya hidup rukun sesuai visi kota terkait nilai-nilai agama.

“Antara warga yang berbeda latar belakang dan keyakinan, hendaknya masing-masing pihak tidak mengungkit hal-hal yang dapat menimbulkan perselisihan,” ujarnya.

Ia juga mengimbau masyarakat menghindari sikap anarkis yang berujung pada pecahnya konflik horizontal dan merusak hasil pembangunan yang telah dicapai selama ini.

Toleransi beragama?

Selain suku, Bekasi juga demikian catat warga dengan berbagai latar belakang agama. Sayangnya, kedua kepala daerah tersebut tidak menyinggung keberagaman agama di Bekasi.

Beberapa ibadah dan perayaan keagamaan di kota ini dapat berjalan dengan baik. Seperti perayaan Cap Go Meh yang dilakukan umat Khonghucu beberapa waktu lalu.

Perayaan hari raya Nyepi umat Hindu pada Rabu kemarin pun berlangsung khidmat.

Namun, dari catatan Rappler, masih ada beberapa peristiwa konflik berlatar belakang agama yang terjadi di Bekasi. Beberapa kejadian tersebut antara lain masih menunjukkan gesekan antara masyarakat mayoritas dan minoritas di kota, terutama dalam hal pembangunan tempat ibadah.

Baru-baru ini, pada hari Senin, 7 Maret. lebih dari 1.000 orang dari berbagai organisasi Islam menggelar aksi protes terhadap pembangunan Gereja Santa Clara di Bekasi Utara.

Dalam orasinya, pengunjuk rasa mendesak walikota untuk mencabut Izin Mendirikan Bangunan (IMB) gereja yang dikeluarkan pemerintah daerah pada 28 Juli 2015. Namun di sisi lain, pengunjuk rasa menyebut IMB Santa Clara palsu karena memalsukan data.

Eman Dapa Loka, anggota Dewan Paroki Harian Gereja Santa Clara yang menyaksikan demonstrasi tersebut, mengatakan tentang para pengunjuk rasa tanda bangunan gereja tumbang dan rusak serta pintu gerbang “disegel” dengan cat pilox.

Demonstrasi pada Senin ini merupakan demonstrasi besar pertama di lokasi tersebut sejak IMB diterbitkan tahun lalu.

Untuk mendapatkan IMB, pihak gereja harus meminta persetujuan umat Islam di sekitar tempat tersebut. Menurut Eman, pihak gereja sudah memenuhi syarat tersebut.

Saat ini, sekitar 7.000 umat Katolik tinggal di Paroki Santa Clara, Kecamatan Bekasi Utara, dan setiap hari Minggu harus beribadah di ruko yang berkapasitas 300 orang.

Aksi protes pendirian gereja ini bukanlah yang pertama. Pada akhir tahun lalu, Setara Institute menempatkan Bekasi pada peringkat kedua kota intoleransi se-Indonesia, setelah Kota Bogor.

Postingan lain juga menunjukkan gejala yang sama

Jemaat St. Gereja Katolik Stanislaus Kostka Kranggan Kota Bekasi juga demikian gagal mendapatkan IMB setelah majelis hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung membatalkan keputusan Wali Kota Bekasi tentang izin membangun rumah ibadah.

Majelis dalam keputusannya menyatakan bahwa dukungan warga berupa penandatanganan persetujuan pendirian Gedung St. Gereja Stanislaus Kostka dilaksanakan secara rahasia.

Dukungan ini juga diverifikasi tanpa janji uang, kata hakim anggota Alan Bashir. Komite Pembangunan Gereja langsung membantahnya. Mereka bilang, tidak pernah ada godaan seperti itu.

Menurut Anda, mampukah kota ini, khususnya yang bermukim di Bekasi, mewujudkan toleransi yang dicita-citakan kepala daerahnya? —Rappler.com

BACA JUGA:

Pengeluaran Hongkong