Posisi Ridwan Kamil belum aman untuk Pilgub 2018
- keren989
- 0
BANDUNG, Indonesia – Elektabilitas Ridwan Kamil menduduki peringkat tertinggi berdasarkan hasil jajak pendapat lembaga survei, Indocon. Lembaga survei yang baru berdiri setahun lalu ini mengumumkan hasil survei terhadap 971 warga Jabar yang sudah memiliki hak pilih.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan responden yang berlangsung pada tanggal 10 – 22 Oktober 2017. Sampel responden ditentukan secara proporsional terhadap jumlah penduduk yang tersebar di 27 kabupaten kota di Jawa Barat. Metode pengambilan sampel multifase acak contoh dengan batas dari kesalahan diperkirakan pada ± 3,1 persen.
Hasil survei Indocon menunjukkan ada tiga nama yang mendominasi pasar calon Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar hingga akhir Oktober nanti, yakni Ridwan Kamil, Dedi Mulyadi, dan Deddy Mizwar. Dari ketiga nama tersebut, elektabilitas Ridwan Kamil kembali bernasib lebih baik dibandingkan dua tokoh lainnya yakni sebesar 34,6 persen. Sedangkan Dedi Mulyadi 15,3 persen dan Deddy Mizwar 11,9 persen.
Meski elektabilitasnya paling tinggi, namun posisi Ridwan Kamil masih berisiko mengingat masih banyak pemilih yang belum menentukan pilihannya atau tidak. mengayun pemilih angkanya mencapai 47 persen. Hal ini menunjukkan fitur dukungan dengan cepat dimana nilai elektabilitasnya mudah terdilusi jika tokoh lain serius berkampanye.
“Kami melihat yang belum menentukan pilihan masih sangat besar, hampir separuh dari responden kami. Mereka sudah punya pilihan, tapi masih bisa berubah. Jadi ini merupakan indikasi dari perilaku itu dengan cepat pemilih yang sudah punya jagoan, punya calon, tapi kemudian masih menunggu, mungkin ada sosok baru yang bisa mereka ubah pilihannya. “Kami masih belum tahu mana yang akan kami pilih,” kata Direktur Eksekutif Indocon, Fajar Nursahid, saat jumpa pers di Bandung, Minggu, 12 November 2017.
Hasil perhitungan statistik yang dilakukan Indocon menunjukkan angka tersebut kuat pemilih Ridwan Kamil hanya berkisar 15 persen dari 35 persen perolehan elektabilitas yang diraihnya. Jumlah pemilih yang kuat Menurut Fajar, hal tersebut masih jauh dari cukup untuk mengamankan posisi Ridwan Kamil di Pilgub Jabar 2018 mendatang.
Apalagi, pengalaman pemilu gubernur tahun 2008 dan 2013 menunjukkan bahwa kandidat dengan elektabilitas tinggi justru dikalahkan oleh kandidat dengan elektabilitas rendah. Seperti yang dialami Dede Yusuf yang dikalahkan Ahmad Heryawan pada Pilgub 2013.
“Ini menunjukkan lagi bahwa peta masih bisa berubah karena 15 persen bukan angka yang aman untuk menjadi satu Jabar. Jadi itu angka yang tetap berisiko meski dia menjadi (Ridwan Kamil). pikiran teratas Gubernur Jabar, tapi masih berisiko, angkanya masih belum terlalu aman. “Pak Ahok yang punya 44 persen pun masih bisa terguncang, apalagi hanya 15 persen,” kata Fajar.
Temuan ini, lanjut Fajar, menjadi peringatan bagi Ridwan Kamil untuk memantapkan posisinya. Dalam kondisi rendah pemilih yang kuat dan tinggi ayunan pemilihOleh karena itu, menurut Fajar, Wali Kota Bandung harus memikirkan mencari calon wakil gubernur yang paling mampu meningkatkan elektabilitasnya.
Indocon juga meneliti nama-nama calon wakil gubernur pilihan responden. Nama Desy Ratnasari muncul dengan elektabilitas tertinggi sebesar 17 persen, disusul Uu Ruzhanul Ulum 8 persen, dan Netty Heryawan 7 persen.
Kemudian Indocon melakukan simulasi pasangan calon. Meski elektabilitas Uu menduduki peringkat kedua tertinggi, namun elektabilitas Uu berpasangan dengan Ridwan Kamil lebih rendah yakni 30,3 persen dibandingkan saat Ridwan Kamil berpasangan dengan Daniel Mutaqien Syafiuddin yang elektabilitasnya mencapai 30,9 persen. Sementara elektabilitas pasangan Deddy Mizwar-Netty Heryawan hanya meraih 14,6 persen, dibandingkan Deddy Mizwar-Ahmad Syaikhu yang 14,5 persen.
Sementara pasangan Deddy Mulyadi-Desy Ratnasari unggul 14 persen dibandingkan pasangan Puti Guntur Soekarno yang hanya meraih elektabilitas 12,1 persen.
“Saya kira ini pekerjaan rumah bagi Ridwan Kamil dan seluruh calon untuk terus berusaha meraih simpati masyarakat. Dan jangan lupa, calon wakil gubernur juga penting. Dalam sejarah Pilgub Jabar, selalu ada peran tokoh masyarakat nomor dua yang turut mendongkrak elektabilitas. “Itu juga penting,” tegas Fajar.
Sementara itu, pengamat politik Firman Manan menilai masih tinggi ayunan pemilih karena beberapa faktor. Pertama, kata Firman, jadwal pemungutan suara Pilgub Jabar masih panjang, sekitar 7 bulan ke depan.
“Salah satu kecenderungan pemilih kita, pemilih menit terakhirpilih di menit-menit terakhir, bukan di awal,” kata Firman.
Apalagi, lanjut Firman, sejarah pola perilaku pemilih di Jabar secara umum sangat berbeda dengan cepat dan keterikatan terhadap partai sangat lemah. Hal ini terlihat dalam pemilihan legislatif (pileg) yang pemenangnya selalu berganti-ganti. Pada Pemilu Legislatif 1999 yang menang adalah PDIP, kemudian pada Pemilu Legislatif 2004 Golkar, pada Pemilu Legislatif 2009 Partai Demokrat, dan pada Pemilu Legislatif 2014 PDIP.
“Ini merupakan salah satu hal yang menunjukkan betapa rendahnya loyalitas pemilih terhadap partai, tentunya juga menunjukkan kepada pemilih di Jabar secara umum. mengayun pemilihbukan setia pemilih,” jelas Firman.
Faktor kedua, kata Firman, adalah belum adanya kejelasan mengenai pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang akan maju pada Pilgub Jabar 2018. Dari tiga nama yang muncul yakni Ridwan Kamil, Dedi Mulyadi, dan Deddy Mizwar, hanya Ridwan Kamil yang mengantongi tiket untuk memperebutkan kursi Jawa Barat. Dua tokoh lainnya, Dedi Mulyadi dan Deddy Mizwar, masih belum jelas.
Namun pencalonan Ridwan Kamil masih terkendala dengan belum adanya calon wakil gubernur yang dipastikan mendampingi calon gubernur yang diajukan Nasdem, PPP, PKB, dan Golkar.
“Ketidakpastian mempengaruhi pilihan. Masyarakat masih belum yakin hingga saat ini. (Jadi mereka putuskan) pilih saja Emil dulu, yang pasti maju. “Lalu muncul nama yang Anda inginkan, tentu Anda bisa mengubah pilihan Anda,” ujarnya.
Pencarian untuk penjamin emisi politik terkuat
Selain mengukur tingkat elektabilitas sejumlah tokoh yang tampil jelang Pilgub Jabar, Indocon juga mengkaji tokoh-tokoh yang menjadi tokoh kunci dan dapat berperan sebagai politik penanggung. Dari hasil survei, muncul nama empat tokoh kunci yakni Joko Widodo, Prabowo Subianto, Megawati Soekarnoputri, dan Ahmad Heryawan. Keempat tokoh kunci ini punya pengaruh besar terhadap calon yang didukungnya.
Keterlibatan tokoh-tokoh tersebut dalam mendukung calon tertentu akan mempengaruhi pilihan pemilih. Di antara keempat tokoh tersebut, Jokowi memiliki tingkat pengaruh tertinggi dengan 39 persen, disusul Prabowo 34 persen, Megawati Soekarnoputri 24 persen, dan Ahmad Heryawan 27 persen.
“Dalam konteks Pilkada Jabar, kalau ada calon yang didorong oleh mereka, kemungkinan besar elektabilitasnya akan lebih tinggi di kalangan pemilih. Jadi kalau ada calon yang misalnya didorong oleh Jokowi, atau didukung, akan dipertimbangkan atau dipilih oleh sekitar 40 persen pemilih di Jabar,” kata Fajar. – Rappler.com