• October 1, 2024

Claudio Ranieri menyalahkan karma Roman Abramovich

Ada dendam terpendam di laga Leicester City vs Chelsea. Bentrokan kedua tim berlangsung profesional. Namun, ada juga yang menganggapnya sangat pribadi

JAKARTA, Indonesia — Apakah Anda percaya pada karma? Sekalipun ada, seringkali kerjanya sangat lambat. Misalnya saja dalam kasus manajer Leicester City Claudio Ranieri.

Butuh waktu 11 tahun untuk itu pelatih (Pelatih) Italia membuktikan keputusan itu pemilik Chelsea Roman Abramovich memecat dirinya 11 tahun lalu adalah kesalahan besar.

Proses pemakzulan Ranieri juga sangat menyakitkan. Nasibnya sudah berada di ujung tiang gantungan, bahkan sebelum ia sempat menyelesaikan tugasnya di klub London Barat tersebut.

Beberapa jam sebelum timnya bertarung melawan AS Monaco di semifinal Liga Champions 2003-2004, petinggi Chelsea bertemu dengan pelatih FC Porto saat itu, Jose Mourinho.

Tidak terbatas, pemilik klub Roman Abramovich dan Ketua Pelaksana Peter Kenyon langsung turun menemui pelatih asal Portugal itu.

Saat mereka tersenyum, berjabat tangan, dan mungkin ciluk ba menyetujui kontrak kepelatihan untuk musim berikutnya, teriak Ranieri sendirian dari pinggir lapangan. Dukung anak asuhnya yang dihancurkan Monaco 3-1.

Ranieri bahkan tidak diberi waktu untuk membuktikan dirinya layak. Musim sudah berakhir baginya, meski masih ada beberapa pertandingan tersisa. Empat pertandingan Liga Premier dan kaki kedua Liga Champions melawan Monaco. Sejumlah media Inggris menyebut kondisi Ranieri seperti zombie, “Mayat berjalan.”

Kejadian ini membuat mantan pemain AS Roma itu belajar bagaimana rasanya ditusuk dari belakang. Pengkhianatan itu pahit.

“Penampilan tim pada tahap itu memang buruk. Kami mencoba mengubah segalanya. Kemenangan melawan Monaco akan mendongkrak mentalitas para pemainnya. Tapi, mereka menghancurkannya,” kata Ranieri wawancara dengan Corriere Della Sera.

“Jika saya lebih muda, saya mungkin akan bereaksi berbeda,” tambahnya.

Cinta yang bertepuk tangan dengan satu tangan

//

Kecintaan Ranieri pada Chelsea memang bertepuk sebelah tangan. Sejak mengambil alih jabatan dari Gianluca Vialli pada tahun 2000, ia telah membangun fondasi tim hingga menjadi salah satu kekuatan baru Liga Premier.

Di musim terakhirnya, ia sempat memohon kepada Abramovich agar tidak dipecat di tengah jalan. “Biarkan aku menyelesaikan pekerjaanku dulu,” dia berkata.

Ranieri membuat Chelsea ada penerus Liga Premier untuk pertama kalinya dalam 49 tahun sejarah klub. Mereka juga mencapai semifinal Liga Champions. Namun Abramovich tidak ingin melihatnya lagi di Stamford Bridge. Dia tetap tidak terpengaruh meski fans dan pemain meminta Ranieri untuk bertahan.

“Padahal saya yang mulai membangun tim ini. Saya baru saja menyelesaikan pondasi dan subfloor. “Rumah ini belum selesai,” katanya seperti dikutip BBC.

Ucapan Ranieri akhirnya terbukti. Di musim pertamanya, Mourinho langsung meraih gelar juara domestik dengan mengandalkan pemain yang didatangkannya. Mulai dari Frank Lampard, William Gallas, John Terry, Claude Makalele, hingga Wayne Bridge.

Pemain-pemain yang datang belakangan seperti Didier Drogba dan Arjen Robben justru menjadi incaran manajer berjuluk itu Tinkerman (remodeler) untuk direkrut nanti.

Sejak pemecatannya, Ranieri terus berbicara cepat dengan Abramovich. Ia sebenarnya tidak perlu lagi berkomunikasi dengan konglomerat Rusia itu. Pasalnya klasemen Liga Inggris sudah lebih dari cukup untuk mengungkapkan apa yang dia rasakan.

Ranieri hanya perlu menyempurnakan karmanya untuk Abramovich. Caranya adalah dengan mengalahkan Chelsea, pada Selasa 15 Desember pukul 03:00 WIB dini hari.

Kekalahan akan berhasil Biru hanya berjarak dua peringkat dari zona degradasi. Dan kemenangan akan memperpanjang kekuasaan Leicester di puncak klasemen lebih lama lagi.

Chelsea akan memaksa Leicester bermain lambat

Leicester tak punya banyak masalah dalam komposisi skuad, begitu pula Chelsea. Dua andalan mereka, sayap Riyad Mahrez dan striker Jamie Vardy akan bermain dalam formasi 4-4-2.

Mourinho pun demikian. Formasi andalan 4-2-3-1 siap tampil bersama pemain reguler.

Namun, Mourinho harus berpikir keras mengatasi kelincahan serangan balik lawan. Vardy bisa mengincar rentang gerak bek kanan Branislav Ivanovic, yang penampilannya mulai berkurang. Sementara Mahrez – yang sering disebut Road Runner oleh Ranieri karena kecepatannya – mampu membuat kemelut di sayap kiri Chelsea.

Di sisi lain, Mourinho bisa saja meniru strategi manajer Manchester United Louis van Gaal saat menahan imbang Leicester 1-1 pekan lalu. Mereka bermain dengan garis pertahanan rendah. Artinya lawan tidak punya peluang untuk melakukan umpan terobosan.

Selain itu, kedua gelandang bertahan tersebut harus bermain reguler untuk meredam ketangkasan lawan. Laju permainan juga harus lambat. Lini beknya tak boleh terlalu membantu serangan.

Namun skenario tersebut hanya bisa menghasilkan hasil imbang. Namun hasil imbang lebih baik bagi Mourinho. Alih-alih dianggap tidak kompeten menyelamatkan muka bos besarnya: Abramovich. — Rappler.com

BACA JUGA:

Data SDY