Pita Hitam KPK di HUT Janji Pemuda
keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Komisi Pemberantasan Korupsi menilai pembentukan tim penyidik independen belum menjadi pilihan
JAKARTA, Indonesia – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar upacara peringatan Sumpah Pemuda ke-89 di depan Gedung Merah Putih pada Senin, 30 Oktober. Namun peringatan Janji Pemuda itu tertutup awan kelabu karena Minggu lalu bertepatan dengan peringatan 200 tahun penyerangan Roman Baswedan.
Perkembangan kasusnya terkesan stagnan, seolah tak ada kemajuan. Terakhir, pada awal Juli lalu, Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengaku kesulitan mengungkap kasus penyidik senior KPK tersebut. Pasalnya, kasus taburan Roman tergolong satu jenis Tabrak lari. Dalam hitungan detik, ia hanya meninggalkan sedikit jejak.
Pernyataan tersebut sudah diramalkan Novel sejak awal ketika melihat cara mengusut kasus tersebut. Bahkan, Novel sudah menduga kasus penyiraman air keras terhadap dirinya tidak akan pernah terungkap.
Sebagai tanda belasungkawa, pegawai KPK mengenakan pita hitam di tangan kanannya. Wakil Ketua KPK Laode M. Syarif pun mengakui, upacara yang digelar hari ini juga memperingati 200 tahun penyerangan terhadap Novel.
“Karena hari ini bertepatan dengan peringatan 200 tahun (penyerangan Novel), (kami) berharap penyerangnya bisa ditemukan,” kata Laode yang ditemui usai memimpin upacara pagi tadi.
Diakuinya, komunikasi dengan pihak kepolisian masih terus berjalan. Bahkan, Kapolda Metro Jaya langsung memimpin pencarian pelaku.
“Iya mudah-mudahan bisa kita temukan (pelaku dan dalang penyerangan) dalam waktu (dalam waktu dekat) dan tidak lama lagi,” ujarnya.
Lantas, apakah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan mendesak Presiden Joko Widodo segera membentuk tim pencari fakta independen? Menurutnya, hal tersebut belum bisa menjadi pilihan, sebab Polri masih menjalankan tugasnya.
“Menurut mereka (polisi), kasusnya sulit. “Tapi mudah-mudahan bisa ditemukan,” ujarnya.
Laode menjelaskan, berdasarkan hasil pemeriksaan polisi, permasalahan terbesar yang mereka hadapi karena kejadian tersebut terjadi pada malam hari, bukan subuh. Menurut pengakuan polisi kepada KPK, saksi yang hadir tidak terlalu banyak.
Mungkin diharapkan masyarakat yang melihat sketsa itu mau maju dan melaporkannya, kata Laode.
Ancaman terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi
Sebelumnya, lembaga antirasuah membantah anggapan masyarakat yang menganggap Novel seolah dibiarkan sendiri menangani kasus terornya. Belum lagi, Novel juga dilaporkan ke polisi oleh atasannya, Direktur Penyidikan Komjen Aris Budiman, dengan tuduhan pencemaran nama baik.
“Komite Pemberantasan Korupsi (KPK) terus mendukung Novel hingga akhir,” kata Ketua Forum Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi Aulia Postiera saat memperingati enam bulan penyerangan Novel pada 11 Oktober. (BACA: kebuntuan penyidikan teror terhadap Novel Baswedan)
Dia menegaskan, jika kasus Novel tidak diungkap, bisa menjadi ancaman bagi seluruh pegawai KPK.
Jadi seluruh pegawai KPK kami siap menunggu penyerangan selanjutnya, ujarnya.
Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengatakan, untuk proses pelaporan hukum yang dilakukan Aris, KPK akan memberikan pendampingan hukum kepada Novel. – Rappler.com