Kisah Mantan Direktur KPK yang Terima Usulan Bima Arya Maju di Pilkada Bogor
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Dedie A. Rachim tak menyangka akan ‘diperkenalkan’ oleh Wali Kota petahana Bogor, Arya Bima menjadi peserta Pilkada tahun ini. Undangan tersebut datang pada akhir Desember 2017.
“Saya kebetulan penduduk asli Bogor. Jadi, keluarga kami saling kenal. “Sebenarnya kakek dan ayah kami berteman, padahal saya lebih tua 6 tahun dari Pak Bima Arya,” kata Dedie kepada Rappler melalui pesan singkat, Sabtu sore, 20 Januari.
Hubungan kekeluargaan yang terjalin kemudian semakin erat ketika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengikuti program pencegahan di Kota Bogor empat tahun lalu. Program ini telah disosialisasikan oleh lembaga antikorupsi ke seluruh daerah di Indonesia dengan harapan tingkat korupsi dapat menurun. Meski harapan tersebut seringkali tidak sejalan dengan kenyataan.
Menurut Dedie, Arya menawarinya sebagai ‘pendamping’ terutama karena alasan spiritual dan ideologi serupa. Hanya 10 persen yang didasari alasan rasional.
“Nah, saat itu Kang Arya datang dan bilang, ‘Saya mau TIDAK temani aku? “Jawabannya dari hasil istiqarah,” kata Dedie menjelaskan bagaimana tawaran itu muncul.
Pria yang pernah menjabat Direktur Pembinaan Jaringan dan Kerja Sama Antar Komisi dan Lembaga (PJKAKI) KPK ini kemudian menerima tawaran Arya dalam waktu singkat. Ia kemudian meminta izin kepada pimpinan organisasi korupsi tersebut sekaligus mengajukan pengunduran diri setelah 12 tahun berkarir di Komisi Pemberantasan Korupsi.
“Saya mengundurkan diri agar langkah ke depan lebih terukur dan pasti. Sebab, jika tidak mendapat izin pimpinan dan mengundurkan diri, pasti ada konflik kepentingan. Sementara saya ingin menghindarinya,” ujarnya saat ditemui di Gedung KPK, Jumat malam, 19 Januari.
Nah, setelah mengambil keputusan, Dedie mulai sering tampil di depan umum bersama Arya. Lantas apa alasan Dedie ingin dilamar Arya?
Sosoknya yang bersih menjadi salah satu jawabannya. Padahal nama Arya terseret kasus korupsi dana pengadaan tanah Warung Jambu Dua. Namun, menurut Dedie, hal tersebut merupakan ranah penegakan hukum.
“Yang saya lihat selama ini Pak Arya tampak. Sejauh yang saya lihat, tidak ada hal yang sangat memberatkan. Jika Anda masih memiliki pertanyaan, saya akan menyerahkannya kepada penegak hukum. Keputusan ini saya pertimbangkan melalui proses yang cukup matang, ujarnya.
Jangan memberi mahar
Dedie mengaku sadar betul rekam jejaknya bekerja di KPK telah memunculkan harapan masyarakat terhadap dirinya. Karena itu, dia berjanji tidak akan mengecewakan masyarakat. Pria 51 tahun itu mengaku akan berusaha semaksimal mungkin menjaga nama baik KPK.
“Ini sulit dilakukan, tapi saya akan mengurusnya. “Saya pasti akan menghindari (godaan korupsi),” ujarnya.
Dedie pun menyadari, mengikuti Pilkada membutuhkan biaya yang cukup besar. Belum lagi, partai politik kerap meminta mahar sebagai syarat jika ingin didukung mesin partai.
Meski demikian, Dedie mengucap syukur dan terima kasih karena dari lima partai yang didukungnya yakni Demokrat, PAN, Golkar, Nasdem, dan Hanura tidak ada yang meminta mahar politik. Dedie pun maju bersama Arya dan tak punya banyak modal.
“Saya berterima kasih kepada pihak pendukung karena tidak ada yang mengisyaratkan mahar untuk kami berdua. Soal permodalan, saya dan bapak. Arya mendiskusikannya. “Kami berencana menyederhanakan model kampanye dan menyesuaikan dengan anggaran yang ada,” ujarnya.
Komitmen mewujudkan pemerintahan bersih juga disampaikan Bima Arya saat mengunjungi Gedung KPK pada Jumat pekan lalu untuk melengkapi data Laporan Kesejahteraan Penyelenggara Negara (LHKPN). Melengkapi dokumen ini merupakan salah satu syarat yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (GEC) bagi seluruh calon kepala daerah. Tujuannya untuk mencegah perilaku koruptif.
“Kami dan partai pengusung kebetulan punya komitmen yang sama untuk mewujudkan birokrasi yang melayani dan mengabdi. “Kami ingin mewujudkan pemerintahan yang bersih, sehingga uang rakyat harus dikembalikan kepada rakyat,” kata Arya kemarin.
Ciptakan kota toleran di Bogor
Lalu apa visi Dedie dan Arya untuk kota Bogor? Ia mengaku ingin membangun infrastruktur yang baik dan menjadikan Bogor sebagai kota toleran. Bogor membutuhkan infrastruktur yang lebih baik karena kota ini adalah ibu kota de facto.
“Presiden Jokowi memilih tinggal di Bogor, bahkan sering berkantor di sana. “Jadi, pembangunan infrastruktur perlu dipercepat,” ujarnya.
Sementara soal peningkatan toleransi, Dedie sepertinya harus berjuang lebih keras. Dalam survei yang dilakukan Setara Institute pada November 2015, Bogor dinobatkan sebagai salah satu kota paling intoleransi di Indonesia. (BACA: Tiga Kota Paling Intoleransi di Indonesia)
Beberapa indikasinya terlihat pada larangan beribadah di Gereja Yasmin dan perayaan Asyuro bagi warga Syiah.
“Saya paham ada hasil survei yang menyatakan demikian, tapi ada juga hasil lain yang diraih Pak Arya. Jadi, saya berharap jika saya terpilih, saya bisa mendukung apa yang dilakukan Pak Bima sebelumnya dan menjadikan Bogor kota yang lebih toleran, ujarnya tanpa menjelaskan cara konkritnya.
Selain Arya-Dedie, Pilkada Bogor juga diikuti tiga pasangan calon lainnya. Mereka adalah Dadang Danubrata-Sugeng Teguh Santoso didukung PDI Perjuangan dan PKB; Ahmad Ruyat-Zainul Mutaqin diusung Partai Keadilan Sejahtera, Partai Persatuan Pembangunan dan Gerakan Indonesia Raya serta pasangan individu Edgar Suratman-Syefwelly Gianyar Djoyodiningrat.
Keempat calon Walkot Bogor itu dinyatakan lulus tes pemeriksaan kesehatan.
– Rappler.com