Warisan
- keren989
- 0
Kebetulan saya lahir di Indonesia dari pasangan muslim, jadi saya muslim. Seandainya saya dilahirkan di Swedia atau Israel dalam keluarga Kristen atau Yahudi, adakah jaminan bahwa saya akan memeluk Islam sebagai agama saya saat ini? TIDAK.
Aku tidak bisa memilih di mana aku akan dilahirkan dan di mana aku akan tinggal setelah aku dilahirkan.
Kewarganegaraan saya diwariskan, nama saya diwariskan, dan agama saya juga diwariskan.
Untung saja saya tidak pernah berdebat dengan orang-orang yang berbeda latar belakang, karena saya tahu mereka juga tidak bisa memilih apa yang akan mereka terima sebagai warisan dari orang tua dan negara.
Beberapa menit kemudian kita dilahirkan, lingkungan menentukan agama, ras, suku dan kebangsaan kita. Setelah itu, kita mempertahankan segala sesuatu yang bahkan tidak pernah kita putuskan sendiri sampai mati.
Sejak saya masih bayi, saya sudah diindoktrinasi bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar. Saya kasihan pada mereka yang bukan Muslim karena mereka kafir dan kematiannya akan masuk neraka.
Tampaknya teman saya yang beragama Kristen juga mempunyai pendapat yang sama tentang agamanya. Mereka kasihan pada orang-orang yang tidak percaya Yesus sebagai Tuhan, karena orang-orang itu akan masuk neraka, begitulah ajaran agama mereka.
Jadi, bayangkan jika kita tak henti-hentinya saling tarik-menarik untuk berpindah agama, bayangkan jika setiap umat beragama terus memperjuangkan keunggulan, padahal tidak ada titik temu.
Jalaluddin Rumi berkata: “Kebenaran adalah cermin di tangan Tuhan; terjatuh dan hancur berkeping-keping. Semua orang mengambil potongan-potongan itu, melihatnya dan kemudian berpikir bahwa itu semua adalah kebenaran.”
Salah satu ciri masyarakat beragama adalah mereka mengklaim kebenaran agamanya. Mereka juga tidak memerlukan bukti, cukup “iman”.
Manusia berhak menyampaikan ayat-ayat Tuhan, namun jangan pernah berusaha menjadi Tuhan. Jangan melabeli orang masuk surga atau neraka karena kita masih budak.
Latar belakang semua perselisihan tersebut adalah karena masing-masing warisan menyatakan: “Kelompokku adalah yang terbaik karena Allah sendiri yang mengatakan demikian”.
Jadi, pertanyaan saya, kalau bukan Tuhan, siapa lagi yang menciptakan umat Islam, Yahudi, Nasrani, Budha, Hindu, bahkan atheis dan melestarikan semuanya hingga saat ini?
Tidak ada seorang pun yang meragukan kuasa Tuhan. Jika Dia mau, Dia bisa menjadikan kita semua sama. Serupa. Sesama agama. Saudara sebangsa.
Tapi tidak, kan?
Jika suatu negara dihuni oleh orang-orang yang seagama, apakah itu menjamin keharmonisan? TIDAK!
Faktanya, beberapa negara masih ricuh meski agama masyarakatnya sama.
Sebab, jangan heran jika sentimen mayoritas vs minoritas masih merajalela, sisi kemanusiaan kita tiba-tiba hilang entah kemana.
Bayangkan pula jika setiap agama menuntut agar kitab sucinya dijadikan dasar negara. Jadi, tunggu saja kehancuran Indonesia kita.
Oleh karena itu yang digunakan negara dalam mengambil kebijakan di bidang politik, hukum, atau kemanusiaan bukanlah Alquran, Alkitab, Tripitaka, Weda atau kitab suci suatu agama, melainkan Pancasila, UUD ’45, dan semboyan Bhinneka Tunggal. Ika. .
Dalam perspektif Pancasila, setiap pemeluk agama bebas meyakini dan mengamalkan ajaran agamanya, namun tidak berhak memaksakan pandangan dan ajaran agamanya untuk dijadikan kriteria penilaian pemeluk agama lain menjadi seorang yang beriman. Hanya karena merasa benar, umat beragama A tidak berhak ikut campur dalam politik suatu negara yang terdiri dari berbagai keyakinan.
Kelak kita akan bercerita kepada anak cucu kita bagaimana negara ini hampir terkoyak bukan karena bom, senjata, peluru atau misil, tapi karena masyarakat saling memihak bahkan saling meributkan warisan leluhur di media sosial.
Ketika negara-negara lain sudah pergi ke bulan atau merancang teknologi yang memajukan peradaban, kita masih meributkan soal warisan budaya.
Kita tidak harus berpikiran sama, tapi mari kita berpikir bersama. —Rappler.com
Afi Nihaya Faradisa adalah nama pena Asa Firda Inayah, mahasiswi di Banyuwangi. Akun Facebooknya sempat disuspend selama hampir 24 jam karena mendapat laporan dari netizen tentang artikel bertajuk ‘Legacy’. Artikel ini diterbitkan ulang di Rappler.com dengan izin dari penulis.
Baca profil Afi di halaman ini.