Menghubungi Nenek Na, ‘Fatmawati Tidore’
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Nenek Amina Saturday mengerjakan bendera Merah Putih pertama yang berkibar di Indonesia Timur, 1946
JAKARTA, Indonesia — Seluruh warga negara Republik Indonesia mengetahui warna bendera negara kita; merah Putih. Namun pasti banyak orang yang belum mengetahui nama Amina Sabtu. siapa dia
Jika Ny. Fatmawati dikenal sebagai penjahit bendera Merah Putih yang dikibarkan pada upacara pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Amina bisa disebut “Fatmawati Tidore” atau juga “Fatmawati van”. Indonesia Timur”.
Ouma Na, sapaan akrabnya, merupakan penjahit bendera Merah Putih yang dikibarkan sekelompok pemuda pejuang di Tanjung Mareku, Pulau Tidore pada 18 Agustus 1946.
Bendera yang dijahit Ouma Na menjadi bendera Merah Putih pertama yang berkibar di Indonesia Timur. Bendera yang berkibar juga melambangkan Tidore dan Kepulauan Maluku sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini menjadi pukulan telak bagi Jepang dan Belanda yang baru mengakui kemerdekaan Indonesia di Pulau Jawa.
Dengan jasa-jasanya, Ouma Na pantas disebut sebagai salah satu pelaku sejarah kemerdekaan Republik Indonesia. Beliau merupakan saksi hidup dan tokoh penting dalam pemekaran wilayah Indonesia dari Sabang hingga Merauke.
Perjuangan Nenek Na
Selain Nenek Amina Sabtu yang menjahit bendera tersebut, tercatat juga nama Abdullah Kadir, sepupunya, yang bersama sejumlah pemuda Mareku mengibarkan bendera yang dijahit Nenek Na di Tanjung Mareku.
Awalnya, bendera akan dikibarkan di Jembatan Residen, Ternate. Namun ketatnya pengamanan tentara Belanda membuat kakek Dullah dan kawan-kawan harus mengubah rencana.
Menggunakan perahu dayung, Kakek Dullah dkk. kembali ke Pulau Tidore dan mulai mencari tempat yang dianggap strategis untuk menanam simbol perlawanan terhadap pendudukan kolonial yang masih berlangsung di Maluku Utara. Tanjung Mareku kemudian dianggap sebagai lokasi yang sempurna.
Kakek Dullah meninggal pada tahun 2009. Sementara itu, Ouma Amina memperoleh kesehatan dan umur panjang pada hari Sabtu.
Pada saat peristiwa heroik ini terjadi lebih dari setengah abad yang lalu, Nenek Na baru berusia 19 tahun. Sekarang dia tidak bisa banyak bergerak. Untuk mengikuti upacara pengibaran bendera di Tanjung Mareku yang hanya berjarak beberapa puluh meter dari rumahnya, Ouma Na harus didukung oleh anak dan cucunya.
Ouma Na tinggal bersama anak dan cucunya di Mareku. Tepatnya RT 08 RW 4, Kelurahan Mareku, Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara. Rumah yang 70 tahun lalu menjadi tempat ia menjahit bendera Merah Putih yang bersejarah.
Ia menghabiskan kesehariannya mengobrol dengan cucu-cucunya, dan terkadang melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci piring. Hal ini sebenarnya tidak diperbolehkan oleh anak cucunya.
Setiap upacara tanggal 17 Agustus, Nenek Na (dan Kakek Dullah semasa hidupnya) selalu diundang oleh pemerintah kota Tidore Kepulauan untuk menghadiri kantor walikota. Pada saat itulah Pemkot biasanya memberikan kompensasi.
Dikirim langsung pada 18 Agustus 2017
Lalu bagaimana kita sebagai generasi muda bisa membantu jasa Oma Na? Seorang netizen, Eko Nurhuda, berniat menggalang dana untuk membantu Ouma Na.
Anda dapat melakukannya dengan berdonasi melalui situs kitabisa.com. Jika Anda ingin memberikan bantuan, Anda juga dapat membantu Ouma Na dengan mengklik tombol donasi di bawah.
Diharapkan dana yang terkumpul dapat diberikan langsung oleh Eko kepada Ouma Na pada tanggal 18 Agustus 2017 di Tanjung Mareku.
—Rappler.com