
Pengungsi Gunung Agung akhirnya bisa merayakan Galungan di rumah
keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Status Gunung Agung diturunkan menjadi waspada
KLUNGKUNG, Indonesia — Ni Nyoman Wenten terharu. Ia tak menyangka bisa menikmati Hari Raya Galungan di kampung halamannya, Desa Muncan, Kecamatan Selat, Karangasem.
“Saya belum melakukan persiapan untuk membeli keperluan upacara,” ujarnya, Senin 30 Oktober 2017 di Gelanggang Olah Raga (GOR) Swecapura, Klungkung.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan status peringatan Gunung Agung diturunkan menjadi peringatan, pada Minggu, 29 Oktober, pukul 16.00 WITA. Setelah informasi ini dipublikasikan, para pengungsi dari desa-desa di luar zona bahaya 6-7,5 kilometer kembali ke rumah mereka.
Nyoman menitikkan air mata membayangkan aktivitas di rumahnya. Wanita paruh baya itu akan memulai aktivitas berjualan di pasar. “Saya ingin menjual seperti dulu. “Jual sayuran dalam skala kecil,” kata wanita paruh baya itu.
I Ketut Kartika, 30 tahun, tampak antusias membawa barang bawaannya di dalam bus DAMRI yang disediakan untuk mengantar pengungsi pulang. Warga Desa Muncan itu merasa senang bisa kembali pulang bersama keluarga setelah sebulan lebih tinggal di posko pengungsian GOR Swecapura. “Saya senang sekali karena bisa merayakan Galungan di rumah,” ujarnya.
Meski status Gunung Agung waspada atau level III, namun tetap waspada. “Iya kalau ada kenaikan misalnya saya sembunyi di sini (GOR Swecapura),” ujarnya.
Umat Hindu akan merayakan Hari Galungan, Rabu 1 November. Pada hari Selasa, 31 Oktober, umat Hindu sibuk memulai persiapan Galungan. Sehingga, para pengungsi di luar zona bahaya yang berkesempatan pulang merasa beruntung karena bertepatan dengan Hari Raya Galungan.
Sementara itu, pengungsi I Wayan Wenten, 40 tahun, yang juga berasal dari Desa Muncan, bersyukur bisa kembali ke kampung halamannya. Menurutnya, hal yang paling berkesan selama berada di pengungsian adalah tinggal bersama warga dari berbagai desa. Rasanya seperti keluarga, katanya.
Wenten memiliki seekor ekor sapi yang dititipkannya sementara ke Kabupaten Bangli. Namun, meski Wenten sudah pulang, ia meninggalkan ternaknya dalam perawatan. “Kami belum tahu (kondisi) Gunung Agung. “Saat ini (statusnya) sedang turun, tapi kalau naik lagi, susah mendatangkan sapi,” ujarnya. —Rappler.com