• October 10, 2024
Kisah buruh migran Malang yang menjadi korban kapal karam Johor Bahru

Kisah buruh migran Malang yang menjadi korban kapal karam Johor Bahru

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Murti kembali ke Malaysia dari Malang setelah menghadiri pemakaman putra sulungnya.

MALANG, Indonesia – Nasib tragis menimpa salah satu TKI Malang, Jawa Timur, bernama Murti. Wanita berusia 56 tahun itu juga tewas saat kapalnya terbalik di perairan Johor Bahru pada Selasa, 26 Januari 2016.

Konfirmasi meninggalnya Murti disampaikan Kepala Penempatan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Malang, Sukardi. Ia memperoleh informasi dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI).

Sukardi mengaku meragukan Murti merupakan warga Malang. Sebab, ada kabar wanita tersebut berasal dari Lumajang. Namun setelah diverifikasi, Murti diketahui merupakan warga Dusun Sumber Jambon, Desa Segaran, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang.

Berita itu menjadi jelas setelah kami bertanya kepada kepala desa, kepala dusun, dan bertemu pihak keluarga, kata Sukardi saat ditemui Rappler, Jumat, 29 Januari.

Jenazah Murti tiba di kampung halamannya malam tadi. Pihak keluarga berencana menguburkan jenazah Murti pada Sabtu, 30 Januari.

Ia diketahui telah bekerja di Malaysia selama 15 tahun terakhir. Dalam kurun waktu tersebut, Murti baru dua kali kembali ke Indonesia.

Pengembalian pertama terjadi pada tahun 2010 dan dia kembali untuk kedua kalinya dalam waktu sekitar dua bulan. Saat itu, anak sulungnya, Mujiari, diketahui meninggal dunia.

Murti memilih segera pulang ke tanah air. Ia kembali ke Malang selama 70 hari setelah lima tahun tidak kembali.

Saat berangkat ke Indonesia pada 2010, Murti diketahui melalui jalur resmi. Sayangnya, saat Murti berangkat ke Malaysia untuk kedua kalinya, ia memilih menempuh jalur tidak resmi.

“Alasannya dia ingin menjaga asetnya bersama temannya di Malaysia. Namun tidak dijelaskan asetnya apa, kata Sukardi.

Ia mengaku belum mengetahui kronologis kejadian kapal terbalik di perairan Johor Bahru. Sukardi hanya mengetahui informasi kedatangan jenazah Murti di Malang hari ini. Segala biaya pengembalian jenazah tidak ditanggung pemerintah Malang.

“Semua proses diurus oleh Surabaya,” ujarnya.

Namun, pemerintah tidak menanggung biaya pemulangan jenazah. Ongkos kirim sebesar 5.000 Ringgit Malaysia atau setara Rp 17 juta ditanggung oleh putri angkatnya, Lia.

Tulang punggung keluarga

Kepala Dusun Sumber Jambon, Abdurrohman mengatakan, Murti bekerja di salah satu kantin sebuah perusahaan di Selangor. Setiap bulannya, Murti selalu mengirimkan uang kepada keluarganya di Gedangan.

Uang hasil jerih payah yang dikirimkan Murti menjadi sumber penghasilan utama keluarga. Dari uang itu, putra bungsunya, Yanto, mampu membeli truk yang digunakan untuk mengangkut tebu milik petani setempat.

Dengan menjadikan Murti bekerja otomatis membantu pendapatan keluarga.

“Beliau selalu menjadi tulang punggung keluarga,” kata Yanto yang ditemui di rumahnya hari ini.

Pihak keluarga, kata Yanto, mengingatkan Murti agar memilih jalur udara untuk kembali ke Malaysia. Namun, Murti saat itu mengaku tidak sempat mengurus paspor karena ada urusan lain di Negeri Jiran. Keputusannya ternyata berakibat fatal.

Selain Murti, Polisi Perairan Malaysia juga menemukan 22 jenazah lainnya yang diyakini berasal dari Indonesia. – Rappler.com

BACA JUGA: