• October 2, 2024

8 peristiwa politik paling kontroversial tahun 2015

JAKARTA, Indonesia — Tahun 2015 merupakan tahun yang cukup sibuk bagi beberapa politisi yang duduk di pemerintahan. Beberapa di antaranya terjerat kasus korupsi dan dituduh mengatasnamakan presiden.

Berikut 8 peristiwa politik paling kontroversial tahun ini:

1. Skandal Freeport

Anggota DPR berinisial SN yang belakangan diketahui menjabat Ketua Dewan Setya Novanto bersama pengusaha bernama Muhammad Riza Chalid itu menggelar pertemuan dengan Direktur Utama PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin pada pertengahan Mei lalu. awal Juni di The Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta Selatan.

Ternyata pertemuan ketiga itu direkam oleh Maroef. Dalam rekaman itu terungkap Riza Chalid menyebut nama Presiden Joko “Jokowi” Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan.

Dalam survei tersebut, Riza mengusulkan agar Freeport memberikan 11 persen saham kepada Presiden Jokowi, dan Jusuf Kalla 9 persen. Total 20 persen saham.

Maroef mengaku pihak yang mencatatnya kemudian melaporkannya ke Sudirman Said, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Sudirman kemudian meneruskan laporan tersebut ke DPR.

Menanggapi hal tersebut, DPR langsung menggelar sidang Mahkamah Kehormatan DPR untuk Setya Novanto. Saksi yang dihadirkan antara lain Maroef, Sudirman, dan Luhut.

Namun hingga berita ini ditulis, MKD gagal menghadirkan Riza Chalid. Lihat tautan ini.

2. Pelobi Gedung Putih

Pada awal November lalu, publik dihebohkan dengan pemberitaan adanya jasa lobi yang digunakan seorang pejabat pemerintah agar Presiden Jokowi bisa bertemu dengan Presiden AS Barack Obama di Gedung Putih, Washington DC.

Kabar tersebut langsung membuat Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menggelar konferensi dadakan di Jakarta. Retno membantah pemerintah menggunakan jasa pelobi saat kunjungan Presiden Jokowi ke Gedung Putih pada 26 Oktober lalu.

Penjelasan Retno mengenai kronologis pertemuan Presiden Jokowi dan Presiden Obama dapat dibaca di sini.

Siapa pelobi yang dimaksud? Nama pelobi Singapura Derwin Pereira disebutkan dalam sebuah dokumen. Derwin diketahui dekat dengan pejabat yang juga Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan. Baca di sini mengenai dugaan keterlibatan keduanya.

3. Konflik di tubuh Golkar

Pada tanggal 19 Mei, Mahkamah Agung membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta sehingga kembali pada putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta.

Keputusan ini membatalkan keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H Laoly yang mengesahkan kepengurusan Golkar hasil Munas Jakarta.

Kepengurusan Golkar pun kembali ke hasil Munas Riau 2009 yang dipimpin Aburizal “Ical” Bakrie dengan Idrus Marham sebagai Sekjen. Dalam kepengurusan ini, Agung Laksono menjabat sebagai Wakil Ketua Umum.

Ical mengatakan Partai Golongan Karya siap menatap masa depan. Kisruh yang mengguncang pesta berlambang beringin Ical itu sudah tak ada habisnya. Baca wawancara Rappler dengan Ical Di Sini.

4. IPT 1965

Mata dunia tertuju pada pemerintah Indonesia saat para penyintas dan korban tragedi 1965 menggelar Pengadilan Rakyat Indonesia di Den Haag, Belanda.

Pengadilan Rakyat Internasional menyimpulkan bahwa kejahatan berat terhadap kemanusiaan telah terjadi di Indonesia pada tahun 1965 dan melanggar hukum internasional. Pada saat itu, Indonesia mendorong pelanggaran hak asasi manusia ini melalui militernya, dengan rantai komando militer yang terorganisir dengan rapi dari atas hingga bawah.

Hakim juga menilai rezim Orde Baru (Orba) mempunyai niat politik untuk menyingkirkan Partai Komunis Indonesia (PKI), anggota dan simpatisannya, loyalis Soekarno, serikat buruh, dan guru. Juga berupaya menghilangkan atau membatasi pihak-pihak yang menentang rezim Orde Baru.

Lebih lanjut, hakim mengamini propaganda Orde Baru dilakukan dengan sengaja untuk mendorong masyarakat melakukan dehumanisasi dan pembunuhan terhadap anggota PKI. Baca lebih lanjut di sini.

Pemerintah tidak hadir dalam sidang tersebut. Namun Presiden Jokowi sebelumnya sempat menegaskan tak mau meminta maaf kepada keluarga PKI.

5. Surya Paloh di pusaran suap bansos Sumut

Kemunculan Surya Paloh di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jumat, 23 Oktober, usai pemeriksaan rekannya di Partai Nasional Demokrat, Patrice Rio Capella, menimbulkan tanda tanya besar. Apa yang diketahui Paloh soal kasus dana bansos Sumut?

Menurut Plt Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Indriyanto Senoadji, Paloh dipanggil sebagai saksi. Artinya, Paloh dianggap mengetahui, mendengar, atau melihat suap dana bansos tersebut. Sama seperti saksi dalam kasus korupsi lainnya.

Apakah itu benar? Baca laporan selengkapnya di sini.

6. Duo Fadli Zon dan Setya Novanto

Nama Setya Novanto dan Fadli Zon paling banyak dibicarakan di media sosial. Mereka menarik perhatian netizen usai bertemu calon presiden dari Partai Republik Donald Trump di Amerika Serikat.

Saat itu, Trump bertanya kepada Setya apakah orang Indonesia menyukainya? Setya menjawab “Iya”. Pernyataan Setya dinilai tidak mewakili seluruh warga negara. Dia juga diintimidasi di media sosial. Ikuti beritanya di sini.

Tak lama kemudian, Setya dan Fadli kembali menuai kontroversi karena diundang Raja Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji gratis usai tragedi derek di Mekkah. Disusul tragedi di Mina. Ikuti beritanya di sini.

7. Budi Waseso dipindahkan

Sebelum menjabat Kepala Badan Narkotika Nasional (NNA), Budi Waseso merupakan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri.

Selama menjabat, ia menangani kasus-kasus besar antara lain Pelindo II dan kasus mobil listrik yang menjerat mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan.

Namun pada masanya, Budi Waseso juga menjerat Pimpinan KPK Abraham Samad dan Bambang Widjojanto, termasuk penyidik ​​senior KPK Novel Baswedan.

Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan menyebut Budi membuat keributan, lalu Kapolri Jenderal Badrodin Haiti memindahkannya ke Kepala BNN. Baca di sini.

8. Pimpinan KPK sedang dalam kasus pidana

Tahun ini bukan tahun baik bagi Ketua KPK nonaktif Abraham Samad. Ia ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan pemalsuan dokumen paspor wanita bernama Ferryana Lim.

Samad juga diduga menyalahgunakan kewenangan penyadapan dan melanggar etika karena bertemu Hasto Kristiyanto, Sekjen PDIP. Menurut Hasto, dalam pertemuan itu, Abraham menawarkan ‘bantuan’ asalkan bisa menjadi pendamping Jokowi pada Pilpres 2014.

Selain Samad, Bambang Widjojanto juga diduga terlibat kasus dugaan informasi palsu dalam kasus Pilkada Kotawaringin Barat. Berikut ulasan lengkapnya. — Rappler.com

BACA JUGA

Data Sidney