Kepala sekolah di Malang biasa membuat keributan di kelas dan menyetrum empat siswa sekolah dasar
- keren989
- 0
Meski demikian, Wakil Wali Kota Malang Sutiaji justru mendesak agar permasalahan tersebut diselesaikan secara damai dan tidak perlu dibawa ke jalur hukum.
MALANG, Indonesia – Wajah pendidikan di Indonesia kembali ternoda oleh ulah para pendidik yang tidak menunaikan kewajibannya. Kepala Sekolah SD Lowokwaru 3 Malang menyetrum empat muridnya pada Selasa, 25 April.
Keempat siswa yang menjadi korban yakni MA, MK, RZ dan RA disetrum oleh pimpinan sekolah karena dianggap sering membuat keributan dan mengganggu teman-temannya di kelas. Pasca kejadian, keempat siswa SD tersebut mengeluh sakit kepala dan mimisan. Mereka ketakutan dan trauma.
“Mereka mengalami gangguan psikologis. “Kasihan,” kata Wakil Walikota Sutiaji yang mengunjungi sekolah tersebut pada Kamis 4 Mei.
Aksi tersebut dilakukan Kepala Sekolah SD Lowokwaru, Tjipto Yhuwono, pekan lalu usai salat Dhuha di musala. Pada saat itu, tidak ada guru yang mengetahui apa yang telah dia lakukan.
Namun, alih-alih membawa persoalan ini ke ranah hukum, Sutiaja justru meminta permasalahan tersebut diselesaikan secara kekeluargaan dan damai. Sutiaja berdalih Tjipto tidak punya niat jahat. Ia hanya berusaha mendidik keempat siswanya.
Ia mengatakan, alat terapi listrik yang digunakan Tjipto jika digunakan oleh tenaga profesional atau ahli tidak akan menimbulkan dampak buruk. Kementerian Pendidikan saat ini sedang melakukan mediasi antara kedua pihak agar permasalahan tersebut dapat diselesaikan tanpa harus membawa ke polisi.
Saya tidak ingin ada kriminalisasi terhadap guru
Tampaknya keinginan Sutiaja pun diamini oleh keempat wali murid tersebut. Mereka menyatakan tidak akan mengajukan gugatan.
Meski demikian, Tjipto tetap akan dikenakan sanksi sesuai disiplin PNS.
“Beliau (Tjipto) kaget dan berharap tidak ada kriminalisasi terhadap guru,” kata Sutiaja.
Saking khawatirnya dengan ancaman penjara, Tjipto pun jatuh sakit. Kalimat Tjipto disusun.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang Zubaidah mengaku sudah mengumpulkan informasi dari semua pihak. Tujuannya agar mereka bisa memperoleh informasi akurat terkait peristiwa 25 April tersebut.
Selain itu, dengan kronologi yang lebih akurat, Pemkot bisa menentukan kebijakan terhadap Tjipto apakah akan dikenakan sanksi administratif atau tidak.
“Kepala sekolah sudah diganti untuk sementara waktu. Tjipto telah ditarik dari Dinas Pendidikan, kata Zubaidah.
Sementara itu, akibat kejadian tersebut, Pemerintah Kota Malang meminta maaf kepada masyarakat. Namun tindakan kekerasan dalam dunia pendidikan tidak dibenarkan apalagi membahayakan keselamatan siswa.
Polisi sedang menyelidiki masalah ini
Meski Pemkot ingin kasus ini berjalan damai, namun Polres Malang Kota kini tengah mengusut kasus tersebut. Jika ditemukan tindak pidana maka akan ditingkatkan ke penyidikan.
Sementara itu, penyidik polisi telah mencari keterangan dari berbagai pihak yang mengetahui kejadian tersebut. Pada tahap awal, mereka menanyakan informasi kepada keempat orang tua siswa.
Sementara keempat siswi tersebut masih menjalani konseling di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA).
Minggu lalu anaknya menjalani konseling, kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Malang Kota, Wakil Kompol Heru Dwi Purnomo kepada media, Kamis, 4 Mei.
Setelah itu, mereka akan meminta keterangan tambahan kepada guru dan saksi lainnya. Penyidik juga menyita alat bius yang konon biasa digunakan untuk terapi.
Sementara itu, salah satu orang tua siswa, AN, menolak memberikan informasi kepada Rappler mengenai kondisi terkini anaknya yang berinisial RA. AN hanya berharap kasus ini bisa cepat berlalu.
Apalagi RA saat ini sedang fokus mempersiapkan ujian nasional untuk bisa lulus hingga SMP.
“Terima kasih, saya akan fokus pada pendidikan anak saya,” ucapnya. – Rappler.com