• September 29, 2024

Penembakan korban saat protes masyarakat Papua: Saya diinjak polisi

“Saya langsung terjatuh, lalu polisi datang, injak saya, dada, leher, semuanya,” ujarnya

JAKARTA, Indonesia—Nicko A Suhuniap terbaring lemas di ruang gawat darurat Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jalan MT Haryono pada Rabu malam, 2 Desember. Ketika Rappler mengunjunginya, dia tidak bisa menoleh, suaranya tidak terdengar.

Peserta demonstrasi kebebasan berekspresi yang digelar masyarakat Papua se-Jawa dan Bali di Bundaran Hotel Indonesia pada 1 Desember mengalami luka di bagian dada, bahu belakang, dan kepala sebelah kanan akibat terkena tembakan.

Nicko menceritakan awalnya dirinya terkena gas air mata. “Saya langsung terjatuh, lalu polisi datang, menginjak-injak saya, dada, leher, semuanya,” ujarnya kepada Rappler.

Kemudian sebuah tembakan, entah dari mana, melesat ke arahnya, khususnya bagian kanan kepalanya. “Saya tidak sadar saat itu,” ujarnya lagi.

Zeth Tabuni, rekan Nicko, melihat pria kelahiran 15 Januari 1991 itu dari jarak 10 meter. “Dia tergeletak dan terjatuh, lalu teman-temannya langsung mengangkatnya,” ujarnya.

Namun teman-temannya gagal membantu Nicko saat polisi menyerang para siswa tersebut. “Serangan brutal,” katanya.

Nicko masih tergeletak di jalan. Sementara itu, teman-teman Nicko kabur.

“Saya melihat bagaimana Nicko yang tidak berdaya ditinggalkan oleh temannya untuk menyelamatkan dirinya sendiri, hingga saya maju ke depan untuk menyelamatkannya,” ujarnya.

Saat Zeth berhasil meraih lengan Nicko untuk mengangkatnya, tiba-tiba sekitar 10 polisi memukulinya.

Zeth pun mengambil posisi untuk melindungi dirinya sendiri. “Saya dihujani pukulan dan tendangan oleh polisi berbaju biru tua dan diteriaki provokator,” ujarnya.

Akhirnya Zeth dan Nicko berpisah. Zeth dibawa ke pos oleh polisi, sedangkan Nicko dijemput petugas polisi lainnya.

Cangkang aslinya retak

Usai kejadian pengeroyokan, Nicko dibawa ke kantor polisi depan Bundaran HI dengan kondisi kepala berlumuran darah.

Nicko mulai teringat, “Aku pusing Kak, aku pusing,” ujarnya.

Zeth merasa kasihan dengan kondisi rekannya itu. Zeth pun menegur polisi, “Kenapa adikku dibiarkan seperti ini? Aku harus ke rumah sakit,” ujarnya.

Polisi menjawab: “Tunggu sebentar, ayo kita panggil ambulans,” katanya. Empat puluh lima menit kemudian ambulans tiba.

Zeth pun merelakan Nicko untuk dibawa ke petugas kesehatan. Ternyata ambulans membawa Nicko ke Polda Metro Jaya.

Setelah diperiksa, cangkang kanan Nicko retak. Oleh karena itu petugas memutuskan untuk menangkapnya.

Nicko kemudian dirujuk ke RS Cikini. Teman Nicko, Ananias, menemaninya. Ternyata sesampainya di rumah sakit, Nicko diminta membayar Rp3 juta untuk biaya pengambilan gambar kepalanya.

Pernyataan dokter tentang kondisinya:

Ananias mengaku tak punya uang. Sehingga ia memutuskan untuk memindahkan Nicko ke RS Pasar Rebo. “Saat itulah kami mengetahui cangkangnya retak dan jahitan Polda kurang bagus, jarang terjadi,” ujarnya.

Akhirnya Nicko dirujuk kembali ke Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Di sini Nicko dirawat di Unit Gawat Darurat.

Dokter Vina yang merawat Niko mengatakan, bagian kepala kanan pasiennya patah. Nicko perlu segera dioperasi.

Namun sekali lagi, biaya operasional menjadi kendala. Hingga berita ini ditulis, Rappler bersama Nicko, Zeth, dan Ananias menunggu kedatangan Komnas HAM dan Polda Metro Jaya untuk memberikan surat jaminan pengobatan dan operasi Nicko. —Rappler.com

Keluaran Sidney