• November 25, 2024
Keluarga awak kapal meminta perusahaan segera membayar uang tebusan kepada Abu Sayyaf

Keluarga awak kapal meminta perusahaan segera membayar uang tebusan kepada Abu Sayyaf

Perusahaan melaporkan bahwa keluarga tersebut tidak pernah mengetahui tanggal jatuh tempo seperti yang diberitakan di media.

JAKARTA, Indonesia – Di hari yang ditetapkan sebagai batas waktu pemberian uang tebusan oleh kelompok Abu Sayyaf, nasib 10 awak kapal Brahma 12 asal Indonesia masih belum jelas. Keluarga salah satu awak kapal kemudian mendesak PT Patria Maritim Lines, perusahaan pemilik kapal tersebut, segera membayar uang tebusan senilai 50 juta peso atau setara Rp14,2 miliar kepada kelompok Abu Sayyaf.

Hal itu diungkapkan ayah Bayu, Oktaviyanto, salah satu awak kapal Brahma 12. Pihak keluarga menyampaikan permintaan kepada Presiden Joko “Jokowi” Widodo melalui Bupati Klaten Sri Hartini agar segera membebaskan Bayu.

Tiga hari lalu, Bupati Sri Hartini mengunjungi rumah keluarga di Desa Mendak, Delanggu, Klaten.

“Kami ingin anak saya segera bebas. “Kami berbicara dengan perwakilan perusahaan melalui telepon siang tadi dan mendorong mereka untuk segera mengambil keputusan untuk menebus para sandera,” kata ayah Bayu, Sutomo, yang ditemui di kediamannya, Jumat malam, 8 April.

Dia mengatakan perusahaan harus bertanggung jawab atas risiko pengiriman. Kabar terakhir yang diterima Sutomo dari Banjarmasin pada Jumat sore, pihak perusahaan masih terus melakukan negosiasi jumlah uang tebusan yang diminta kelompok militan tersebut.

Sementara kondisi 10 awak kapal dilaporkan dalam keadaan sehat.

“Kami meminta foto atau video kondisi terakhir para sandera, setidaknya agar kami bisa sedikit lega,” ujarnya.

Orang tua Bayu sudah hampir putus asa menjelang hari terakhir batas waktu tebusan sandera pada Jumat pekan lalu. Namun, mereka merasa sedikit tenang setelah mengetahui dari pihak perusahaan bahwa para penculik sebenarnya belum menetapkan tenggat waktu seperti yang diberitakan di media.

Meski mengetahui kondisi putranya baik-baik saja, Sutomo dan keluarga selalu menyimpan kenangan dan doa bersama demi keselamatan seluruh awak kapal sejak sepekan terakhir. Doa bersama tersebut dihadiri oleh tetangga dan keluarga.

“Hanya itu yang bisa saya lakukan untuk berharap putra saya bisa dibebaskan,” kata ayah empat anak ini.

Bayu diketahui sudah tiga tahun bekerja di perusahaan tersebut. Bayu dan awak kapal lainnya sudah dua kali melakukan perjalanan serupa ke Filipina.

Sebelum berlayar pada Rabu, 23 Maret, Bayu memberi kabar terkini kepada orang tua dan calon istrinya, Santi Puspita Sari, memohon doa.

“Saya berharap pemerintah segera membebaskan Mas Bayu. “Rencananya kami akan menikah tahun depan,” ucap Santi dengan mata berkaca-kaca kepada awak media yang berkunjung ke kediaman Sutomo.

Hingga saat ini, belum ada kepastian opsi mana yang akan diambil pemerintah Indonesia. Pemerintah telah menyiapkan beberapa opsi mulai dari menyiagakan personel militer hingga pembayaran uang tebusan.

Namun, pemerintah Filipina menolak keras masuknya personel militer asing ke negaranya karena tidak sesuai dengan konstitusi yang mereka patuhi.

“Kami akan upayakan secara kemanusiaan,” kata Wakil Presiden Jusuf “JK” Kalla usai menerima laporan kondisi dan perkembangan para sandera di kantor Wakil Presiden, Jumat, 8 April.

Kemarin, JK menerima laporan perkembangan dan laporan kondisi 10 WNI dari Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Namun dalam pertemuan tersebut, rencana pembayaran uang tebusan sebesar Rp14,2 miliar kepada para penculik sama sekali tidak dibicarakan.

“Pemerintah tidak akan membicarakan uang tebusan. “Pemerintah juga tidak akan membayar uang tebusan,” kata JK, yang pada tahun 2005 berpengalaman sebagai perunding perdamaian antara pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Finlandia.

Sementara itu, Panglima TNI Gatot Nurmantyo mengatakan upaya pembebasan 10 WNI tersebut akan ditangani oleh TNI Filipina sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

“Jika personel TNI masuk ke Filipina, seperti yang terjadi di Bandara Don Mueang, Thailand perlu persetujuan Kongresnya,” kata Gatot kepada Rappler melalui pesan singkat, Jumat, 8 April.

Seorang warga negara Italia dibebaskan

Pada Jumat malam, 8 April, seorang warga negara Italia, Rolando del Torchio, dibebaskan oleh kelompok Abu Sayyaf setelah membayar uang tebusan. Pria yang sebelumnya bertugas sebagai misionaris namun kemudian berubah menjadi pengusaha ini diculik pada 7 Oktober 2015.

Saat itu, ia sedang berada di restoran pizza miliknya, UrChoice di Kota Dipolog. Menurut sumber intelijen Rappler, polisi menemukan pria berusia 57 tahun itu di Pelabuhan Jolo sekitar pukul 19.30 waktu setempat.

Del Torchio ditawan oleh Abu Sayyaf di Pulau Sulu selama enam bulan. Polisi dan Penjaga Pantai kemudian menemani Del Torchio ke Kota Zamboanga. – dengan laporan ANTARA, Uni Lubis/Rappler.com

BACA JUGA:

Data HK