• November 24, 2024

Mereka memulai aksinya dari bayangan Masjid Istiqlal

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Bagaimana situasi di Masjid Istiqlal yang menjadi tempat berkumpulnya 505 simpatisan demonstran?

JAKARTA, Indonesia – Sore itu, suasana Masjid Istiqlal masih seperti biasa. Tak terlihat adanya kerumunan atau massa di dalam maupun di luar masjid terbesar ibu kota itu, meski akan menjadi tempat berkumpulnya aksi 505 pada Jumat, 5 Mei 2017.

Begitu pula dengan keamanan di sekitar masjid. Kepala Protokol dan Humas Masjid Istiqlal Abu Hurairah mengatakan, petugas berjaga seperti biasa. “Ada pengamanan terbuka dan tertutup. “Petugas selalu berjaga-jaga,” ujarnya, Kamis, 4 Mei.

Begitu juga untuk keamanan pada hari pelaksanaan. Belum ada angka resmi yang bisa dikerahkan polisi atau militer.

Suasana sepi masih terlihat hingga pukul 21.00 WIB. Namun, masyarakat sudah terlihat menjual topi, celana pendek, sorban dan bahkan bendera Al-Liwa dan Ar-Rayah untuk dikibarkan oleh peserta protes.

Komarudin, seorang pedagang bendera asal Bekasi, rutin mengikuti aksi ini sejak tahun 212. Selain berjualan, ia juga turun bersama ribuan orang lainnya.

“Saya baru menyadarinya, itu inisiatif saya sendiri,” kata pria berusia 36 tahun ini saat ditemui Rappler di halaman depan Istiqlal, Kamis malam. Ia mengaku datang sendirian dengan mobil membawa 100 bendera berukuran besar dan sedang. Setelah itu, seorang rekan akan datang dan membawa sisa barangnya.

Sebuah bendera berukuran besar dengan panjang sekitar 1,5 meter dan lebar 2 meter dibanderol dengan harga Rp 50 ribu. Untuk ukuran medium harganya Rp 35 ribu. Menurut dia, harga tersebut dibuat lebih murah karena tindakan tersebut berkaitan dengan keyakinan dan agama.

Kehadiran Komarudin dan benderanya memberikan hiburan bagi peserta aksi yang sudah lebih dulu tiba di Istiqlal. Mereka sempat berfoto sambil memegang bendera tersebut, sebelum dikembalikan ke Komarudin.

“Selalu terjual habis kalau ada aksi. “Setelah selesai, saya mulai berjalan,” ujarnya. Sayangnya, Komarudin enggan menjelaskan berapa penghasilan yang diperolehnya dari aksi yang rutin digelar hampir setiap bulan tersebut.

Jika bagian luarnya dipenuhi pedagang, maka bagian dalam Istiqlal lebih sepi dan tenteram. Orang-orang tampak khusyuk dalam shalat atau sibuk berfoto. Ada juga yang sudah tertidur pulas.

Jumlah mereka terus bertambah, apalagi saat waktu sudah hampir menunjukkan pukul 23.00, orang-orang berseragam khas mulai berdatangan. Ada pula yang mengenakan jaket bertuliskan FBR, dan seragam yang tampak seperti tentara namun berwarna putih dengan sulaman ‘Tentara Islam’.

Ikhwanul, pria berusia 42 tahun yang juga berasal dari Bekasi, mengatakan para pengunjuk rasa baru tiba menjelang tengah malam. Kebanyakan dari mereka berasal dari luar kota seperti Banten. Pengalaman mereka yang hadir sejak aksi 414 adalah mereka ingin mencari keadilan karena merasa tersinggung.

Makanya kami ingin meminta hakim memberikan hukuman semaksimal mungkin, bukan memilih (Ahok) saja, ujarnya.

Malamnya, dia dan peserta luar kota lainnya akan menginap bersama di musala masjid. Nikmati waktu tenang sebelum Anda melakukan pemanasan di jalan.

Namun, hal itu diungkapkan Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI Bachtiar Nasir, pihaknya gugatan tersebut tidak sampai ke Mahkamah Agung seperti yang sebelumnya banyak diberitakan.

“Besok kami hanya ingin berdoa. “Kalau ada lagi yang protes, bukan kami,” ujarnya di gedung Komisi Yudisial.

Namun, masih ada beberapa perwakilan GNPF yang ditunjuk untuk mendekati Mahkamah Agung. Ia tak merinci siapa yang dimaksud, namun rencananya sejumlah nama besar bakal hadir seperti Abdullah Gymnastiar dari Aa Gym, Arifin Ilham, dan ulama lainnya. – Rappler.com