• November 24, 2024

Para pengamat memperkirakan Indonesia akan sukses di MEA

Indonesia seringkali berhasil melewati situasi yang “terikat”.

JAKARTA, Indonesia—Siap atau tidak, kini Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) telah diberlakukan. Perjanjian ini menyatukan sepuluh negara anggota dalam satu pasar terpadu, yang mencakup 630 juta orang.

Oleh karena itu, Indonesia harus membuka pasarnya ke seluruh negara ASEAN. Tidak hanya pada sektor barang dan jasa saja, namun juga pada sektor ketenagakerjaan. Oleh karena itu, tidak hanya pelaku industri saja yang perlu bersiap, tapi juga masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Meskipun Indonesia masih memiliki banyak kekurangan dalam persiapan MEA. ““Indonesia sering mengalami X-efficiency kalau ketat, jadi saya optimis,” kata Didin saat dihubungi Rappler, Sabtu, 2 Januari.Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Didin S. Damanhuri optimistis dengan industri Indonesia pasca MEA.

Diakui Didin, Indonesia masih mengalami ketidaksiapan di berbagai sektor, namun hal serupa juga terjadi di negara MEA lainnya.

“Negara-negara lain di MEA masing-masing punya ketidaksiapan masing-masing. Singapura punya kelemahan, Malaysia punya kelemahan, Indonesia pun sama. “Hanya di Indonesia yang menurut saya masalahnya lebih kompleks,” ujarnya.

Berikut penjelasan Didin mengenai kesiapan Indonesia menghadapi MEA dan apa saja kendala utama yang dihadapi Indonesia.

Persiapan MEA tidak terkoordinasi dengan baik

Menurut Didin, persiapan MEA belum menyeluruh. Belum ada satupun pusat yang mengkoordinasikan kesiapsiagaan Indonesia secara keseluruhan, baik dalam menghadapi serbuan barang impor maupun persiapan Indonesia dalam memasarkan barangnya di pasar MEA.

Tidak ada komite globalisasi atau semacamnya, yang tidak hanya menghadapi MEA, tapi juga kawasan perdagangan lain di masa depan (dengan China, Jepang, Eropa atau Amerika), yang tahu persis apa yang perlu dilakukan Indonesia untuk menembus pasar global. Pemerintah tidak melakukan hal ini intelijen pasar serius.

Kementerian Perindustrian mungkin sudah memiliki daftar komoditas yang bisa dipasarkan ke negara-negara MEA, namun Didin menilai daftar tersebut belum sistematis, terutama di bidang tenaga kerja terampil. Indonesia harus segerameningkatkan sangat cepat karena MEA sudah dimulai.

Selain itu, koordinasi yang baik belum tercipta dalam lingkungan birokrasi saat ini bagaimana biayanya. Indonesia harus siap mempercepat reformasi birokrasi baik di pusat maupun daerah agar mampu bersaing dengan negara lain.

Industri tekstil sudah siap

Didin mengatakan industri tekstil bisa menjadi andalan Indonesia di pasar MEA. Selain itu, sektor kuliner, kerajinan tangan, pariwisata, dan kelautan juga dinilai mampu bersaing dengan sembilan negara lainnya.

Sementara menurut Didin, sektor industri keuangan dikhawatirkan akan mengalami kemunduran. Singapura dan Malaysia sangat agresif di sektor industri keuangan ini bahkan sebelum MEA diterapkan. Salah satunya adalah akuisisi Bank Internasional Indonesia (BII) oleh Maybank (Malaysia).

Di sektor pasar modal, hal serupa juga bisa terjadi. Saat ini banyak sekali peran asing di pasar modal Indonesia, dan tidak menutup kemungkinan peran Indonesia akan semakin berkurang jika kita tidak mempunyai persiapan yang baik.

Selain itu, industri manufaktur juga bisa mengalami kemunduran jika tidak segera ditanggulangi dan ditangani oleh pemerintah.

Bagi sektor industri yang dinilai belum siap, pemerintah sebenarnya bisa mengajukan penundaan karena MEA bersifat konsensus dan fleksibel. Jika argumen pemerintah yang mengusulkan penundaan disetujui sepuluh negara, Indonesia bisa mempersiapkan waktu lebih lama untuk sektor ini.

Industri Indonesia akan sukses menghadapi MEA

Secara psikologis, Indonesia sering mengalami memberkati ketatnya hal tersebut membuat Didin optimistis Indonesia mampu bersaing di MEA.

Dari berbagai pengalaman selama ini, misalnya saat krisis tahun 1998, Indonesia mampu keluar dari situasi tersebut dan mampu memperbaiki keadaan perekonomiannya. Begitu pula ketika bank sentral AS menaikkan suku bunga, kondisi rupiah justru membaik.

Ketika Anda berada dalam situasi sulit, sering kali muncul efisiensi X, situasi abnormal yang terjadi di luar dugaan kewajaran. Oleh karena itu, meski dengan kesiapan yang kurang, Didin optimistis Indonesia akan mengalami sejumlah kemajuan, khususnya di bidang perekonomian.—Rappler.com

BACA JUGA

Toto sdy