• November 23, 2024

Aburizal Bakrie: Konflik Golkar sudah selesai

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Siapkah Ical menjadi tidak populer dan digantikan generasi muda di Munas 2019?

JAKARTA, Indonesia—Partai Golongan Karya siap menatap masa depan. Menurut Ketua Umum Aburizal “Ical” Bakrie, kisruh yang mengguncang partai berlambang beringin itu sudah ketinggalan zaman.

Kini Golkar melakukan reorganisasi organisasi dengan menyatukan dua kubu, Kubu Ical dan Agung Laksono, menjadi satu rumah.

Bahkan Golkar sedang mempersiapkan Munas yang akan digelar pada 2019.

“Hasil Munas Bali akan kita patuhi bahwa DPD berlaku sampai tahun 2019. Makanya kita akan adakan Munas baru di tahun 2019,” kata Ical dalam rapat bersama dengan Redaksi. Forum Ketua, Rabu 4 November.

Keputusan ini bulat, kecuali ada ketidakpuasan atau dianggap melanggar peraturan perundang-undangan. “Hal itu bisa dilakukan Munas jika diusulkan oleh 2/3 Dewan Perwakilan Daerah. “Tetapi sampai saat ini belum ada satupun DPD yang mengusulkan hal tersebut,” ujarnya.

Sebelumnya, pada 19 Mei, Mahkamah Agung membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta sehingga kembali ke putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta.

Keputusan ini membatalkan keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H Laoly yang mengesahkan kepengurusan Golkar hasil Munas Jakarta.

Kepengurusan Golkar pun kembali ke hasil Munas Riau 2009 yang dipimpin Ical dengan Idrus Marham sebagai Sekjen. Dalam kepengurusan ini, Agung Laksono menjabat sebagai Wakil Ketua Umum.

Menurut sumber Rappler di pesta beringin itu, Ical dan Agung malah saling sependapat legowo alias tulus. “Ada kesepakatan jika Ical menang, maka Ical akan mengundang kubu Agung. Sebaliknya, kalau Agung yang menang, dia akan mengundang kubu Ical, ujarnya.

Ical membenarkan hal tersebut. “Yang menang mendukung yang kalah, yang kalah mendukung yang menang. Saya pasti akan menerimanya,” katanya.

Apakah ini pertanda Golkar akan bersatu usai Munas?

Menurut Ical, baik kubunya maupun Agung saat ini sudah menyelesaikan permasalahan yang masih ada di meja dan di bawah meja. Baik itu meja hijau (UU) maupun meja di Dewan Perwakilan Pusat.

Kedua kubu kini memiliki kantor bersama. Tidak ada lagi perselisihan yang berarti.

Sebagai ketua umum, dia tidak berencana melakukan perubahan apa pun. “Saya belum memutuskan apakah akan ada penambahan atau pengurangan. “Penambahan itu pasti,” katanya.

Baru-baru ini, pejabat senior Munas Bali dan Riau juga bertemu di sebuah acara. Yakni saat pelantikan pengurus baru ormas Majelis Gotong Royong Keluarga (MKGR) di Hotel Bidakara pada Jumat, 30 Oktober.

Kalla tampak rukun saat duduk berdampingan dengan Ical.

Ical yakin, tujuan yang dibicarakan bersama pengurus Golkar lainnya sudah tercapai. “Ini versiku,” katanya.

Ical pimpin Golkar ke 2019?

Saat rapat Redaksi, salah satu peserta menanyakan apakah Ical absen dari bursa kepemimpinan Partai Golkar dan memberi kesempatan kepada generasi muda untuk memimpin Partai Beringin?

Ical yang didampingi Wakil Ketua Theo L Sambuaga dan Syarif Cicip Sutardjo, Ketua DPP hasil Munas Bali, Fuad Mansyur, Nurul Arifin, dan Hapy Bone hanya tersenyum.

Ia memilih menjelaskan rencananya ke depan untuk menata struktur organisasi di internal partai ini. Ia tidak ingin perpecahan terjadi lagi.

Apakah ada peluang bagi generasi muda? “Bagus, tahun 2019 semua harus berdasarkan aturan parpol,” ujarnya.

“Kalau (Munas 2019) dibuka, siapapun boleh maju,” ujarnya. Golkar sudah demokratis, klaim Ical.

“Kalau teman-teman punya calon lain, kenapa tidak?” dia berkata. Ia mengingatkan, Prabowo, mantan kader Golkar, adalah contoh bahwa di Golkar tidak bisa dihindari untuk membesarkan generasi muda sebagai pemimpin. “Sebelumnya yang mendatangkan Pak Jokowi (Joko Widodo) ke Jakarta adalah Pak Prabowo,” ujarnya. —Rappler.com

BACA JUGA

Pengeluaran SDY