Sariban, kakek gila kecantikan yang terkenal di dunia
- keren989
- 0
BANDUNG, Indonesia – Kakek berusia 74 tahun ini suatu pagi ditemukan sedang memungut sampah di Jalan Cikutra Barat, Kota Bandung, Jawa Barat. Berpakaian warna kuning dengan peci membuatnya mudah dikenali. Saat kami bertemu dengannya, dia tersenyum ramah dan memperlihatkan giginya yang undur. Tubuhnya yang tergolong kecil masih terlihat tegak dan sehat.
Ia kembali menjalankan tugasnya memunguti sampah dengan penjepit yang cukup besar.
“Kalau dipakai juga bisa memungut puntung rokok,” ujarnya sambil terus memunguti puntung rokok dan sampah lainnya yang berserakan di sepanjang jalan.
Namanya pendek, Sariban. Pria kelahiran Magetan 7 Agustus 1943 ini dengan bangga menyatakan profesinya sebagai relawan yang menjaga kebersihan lingkungan. Jabatan yang disandangnya selama 34 tahun.
Berawal dari sebuah mimpi, ia melihat sebatang pohon menangis dan mengeluarkan darah karena tubuhnya dipaku untuk ditempel di poster. Sejak saat itu, Sariban bertekad untuk mencabut paku-paku dari pohon tersebut.
Setiap hari ayah empat anak ini meninggalkan rumahnya untuk membersihkan jalanan di Kota Bandung. Sebuah sepeda tua bertulisan “Ingat kebersihan sebagian dari iman” menemaninya dalam melaksanakan tugas mulia tersebut.
Sepeda disesuaikan dengan tugasnya. Dua tempat sampah dipasang di bagian belakang sepeda untuk menampung sampah yang diambilnya.
Peralatan kebersihan seperti sapu, tas, sekop, arit, hingga tempat sampah terlihat memenuhi wadah yang dipasang di bagian lain sepeda. Sariban mengaku memiliki tempat sampah asal Australia, oleh-oleh dari warga Bandung yang mengaguminya.
Sariban menekuni “profesi” sukarela sejak tahun 1983. Bahkan saat ia masih terdaftar sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung. Di rumah sakit pun, tugasnya tak jauh dari kebersihan.
Saat pensiun pada tahun 2000, Sariban memutuskan untuk mengabdikan sebagian besar waktunya untuk menjaga kebersihan di Kota Bandung. Pada tahun 2007, suami Sukim memulai proyek pribadi yang rutin ia laksanakan. Dua kali sehari, pagi dan sore, Sariban membersihkan sampah di Jalan Pahlawan Kota Bandung.
Ia menempuh perjalanan sekitar 2 kilometer dari rumahnya menuju Jalan Pahlawan dengan menggunakan sepeda. Sesampainya di tempat tujuan, kakek 6 cucu ini mulai menyapu dan memunguti sampah-sampah yang berasal dari pohon atau dibuang sembarangan oleh pengguna jalan.
Tak hanya di Jalan Pahlawan, sosok Sriban juga bisa ditemukan di sekitar kawasan Gasibu dan Dago saat Hari tanpa kendaraan bermotor, termasuk ketika ada protes. Sariban yang hadir di tengah massa tidak hanya memungut sampah yang ditinggalkan para pengunjuk rasa, tetapi juga mengajak semua orang untuk bekerja sama menjaga kebersihan.
“Kesucian adalah bagian dari iman dan Allah menciptakan alam semesta ini. Kalau bukan hamba yang mengurusnya, siapa lagi? “Kita sebagai hamba Tuhan harus bisa menjaga lingkungan,” ujarnya bijak.
Kata-katanya bukan omong kosong. Kakek yang tersenyum ini telah berjuang melawan sampah selama beberapa dekade. Tak hanya sampah yang berserakan di pinggir jalan, selebaran atau poster juga tertempel di dinding umum. Itu semua dilakukan tanpa bayaran.
Saya pikir dia gila
Pepohonan pun tak luput dari perhatian Sariban. Ini dimulai dengan mimpi yang dia alami pada suatu malam. Dalam mimpinya, ia melihat sebatang pohon menangis dan mengeluarkan darah karena tubuhnya dipaku untuk ditempel di poster.
Sejak saat itu, Sariban bertekad untuk mencabut paku dari pohon yang ditemuinya. Sejauh ini ia berhasil mencabut dan mengumpulkan 16 kantong paku.
“Sekarang tidak ada yang berani memaku pohon, kecuali larangan Wali Kota,” ujarnya.
Hasil kiprahnya, Sariban telah mendapatkan 60 penghargaan dari berbagai komunitas, instansi, dan media massa. Seringkali lelaki tua ini diundang menjadi bintang tamu di sebuah acara acara bercakap-cakap di televisi. Banyak sekolah juga yang mengundangnya untuk menginspirasi siswanya menjaga kebersihan.
“Kesucian adalah bagian dari iman dan Allah menciptakan alam semesta ini. Kalau bukan hamba yang mengurusnya, siapa lagi? Kita sebagai hamba Tuhan harus mampu menjaga lingkungan.”
Berkat kegigihannya, Sariban menjadi model iklan produk air mineral terkemuka pada tahun 2015. Karya kakek tua itu dinilai inspiratif. Tak mengherankan jika media internasional mengangkat profilnya sebagai pahlawan lingkungan.
“Namaku kini sudah mendunia,” ucapnya tanpa menyembunyikan harga dirinya.
Namun siapa sangka di awal perjuangannya ia mendapat tentangan dari keluarganya. Anak-anaknya bahkan mengaku malu memiliki ayah yang setiap hari bergelut dengan sampah. Tak jarang, ia dianggap gila.
“Saya melihat ejekan itu sebagai cambuk agar saya semakin semangat. Selain itu, aku gila. Gila soal kebersihan,’ katanya sambil tertawa.
Sariban bermimpi suatu saat Kota Bandung bisa seperti Singapura yang terkenal dengan kebersihan dan ketertiban warganya. Ingin melihat langsung Singapura yang menurutnya bersih, Sariban berangkat menggunakan tabungannya. Ia sungguh takjub dengan kebersihan negeri berjuluk Kota Singa ini.
Kebersihan Singapura masih menghantui Sriban. Pria paruh baya ini terobsesi untuk menciptakan kota Bandung, bahkan seluruh kota dan kabupaten di provinsi Jawa Barat, seperti Singapura. Oleh karena itu, pada tahun 2003, Sariban ikut serta dalam penjaringan calon Gubernur Jawa Barat. Namun mimpinya kandas karena kurangnya dukungan dan dana.
Meski demikian, upaya Sariban untuk menjaga kebersihan tidak akan surut. Baginya, menjaga kebersihan adalah kewajiban seluruh makhluk Tuhan di muka bumi ini. Ia bertekad menjadi relawan sanitasi hingga maut memanggilnya. Bukan apresiasi yang dicarinya, tapi perubahan.
“Intinya bukan mencari penghargaan, tapi perubahan. Niatnya tulus untuk menjadikan Bandung lebih baik lagi. “Semoga apa yang saya lakukan bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat,” ujarnya penuh harap. —Rappler.com