
Indonesia meminta AS turun tangan untuk mengakhiri aksi kekerasan di Al-Aqsa
keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Akibat cara represif Israel, enam warga Palestina tewas dalam aksi protes di luar kompleks Masjid Al-Aqsa.
JAKARTA, Indonesia (UPDATED) – Pemerintah Indonesia kembali melakukan beberapa upaya untuk menghentikan aksi kekerasan yang terjadi di kompleks Masjid Al-Aqsa pada Jumat, 21 Juli. Usai mendesak badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) segera bersidang, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menghubungi timpalannya, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson, pada Sabtu 22 Juli pukul 22.30 WIB.
Indonesia meminta Amerika Serikat mendesak Israel untuk menghentikan pembatasan ibadah dan tindakan kekerasan di Masjid Al-Aqsa, kata Retno dalam keterangan tertulisnya, Sabtu.
Negara Paman Sam yang merupakan sekutu terdekat Israel memegang peranan penting dalam persoalan ini. Mereka diakui mempunyai pengaruh cukup kuat di pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Retno juga mengatakan, persoalan terkait kompleks Masjid Al Aqsa merupakan isu sensitif bagi umat Islam karena masjid merupakan tempat ibadah yang sangat dihormati.
Lalu apa tanggapan Tillerson? Mantan Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda mengatakan Tillerson telah berbicara dengan pemerintah Yordania dan Palestina untuk melakukan degenerasi dan menahan diri. Dia juga mengakui pentingnya status quo di mana umat Islam dan Yahudi tidak diperbolehkan beribadah di wilayah tersebut. Namun, mereka boleh mengunjungi kompleks Masjid Al-Aqsa.
Menlu Tillerson juga berterima kasih atas peran aktif Indonesia dan cara pandang yang diberikan pemerintah Indonesia dinilai bermanfaat, kata Retno.
Sebelumnya, Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan tentara Israel di kompleks Masjid Al-Aqsa. Tentara Israel menghadapi pengunjuk rasa Palestina dengan cara yang represif, bahkan ketika massa memprotes pembatasan di kompleks masjid.
Akibat aksi kekerasan yang dilakukan Israel, enam warga Palestina dilaporkan tewas. Sementara 100 orang lainnya mengalami luka-luka.
“Indonesia menolak segala bentuk kekerasan dan pelanggaran HAM, termasuk pembunuhan terhadap jemaah yang mencoba menggunakan hak beribadah di Masjid Al-Aqsa,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, Juli. 22.
Tiga warga Palestina yang tewas diidentifikasi sebagai Muhamd Mahmoud Sahraf (18 tahun), Muhamad Mahmoud Khalaf dan Muhamad Hasan Abu Ghanam. Protes tersebut disebabkan oleh penerapan kebijakan sepihak Israel. Mereka kembali memasang mesin detektor logam di depan pintu masuk dan melarang jamaah Muslim asal Palestina berusia di atas 50 tahun untuk beribadah di kompleks Masjid Al-Aqsa.
Kabinet Keamanan Israel mengatakan hanya polisi yang berhak menentukan kapan harus melepas detektor logam dan pintu keamanan yang dipasang di depan pintu masuk kompleks. Sementara bagi warga Palestina, kebijakan sepihak ini dinilai melanggar status quo dimana umat Islam dan Yahudi tidak diperbolehkan beribadah di wilayah tersebut.
Indonesia, kata Arrmanatha, mengecam tindakan Israel dan meminta Dewan Keamanan PBB segera bertemu dan mengambil langkah konkrit. Tujuannya untuk menghentikan aksi kekerasan yang dilakukan otoritas Israel di kompleks Al-Aqsa.
“Indonesia mengingatkan Israel untuk tidak mengubah status quo kompleks Al-Aqsa agar Masjid Al-Aqsa dan Kubah Batu tetap menjadi tempat suci yang dapat diakses oleh semua kalangan, termasuk umat Islam,” kata Arrmanatha.
Selain itu, pemerintah Indonesia mengajak semua pihak untuk menahan diri agar situasi di sana tidak semakin parah. – dengan laporan oleh Uni Lubis/Rappler.com