• November 25, 2024
4 hal yang akan mewarnai dunia ekonomi dan bisnis tahun ini

4 hal yang akan mewarnai dunia ekonomi dan bisnis tahun ini

Dampak paket kebijakan ekonomi akan mulai terasa, namun ketidakpastian global berpotensi berlanjut

JAKARTA, Indonesia — Dinamika perekonomian Indonesia sepanjang tahun 2015 dapat digambarkan dalam satu kata: ketidakpastian.

Siapa yang mengira bahwa China akan mendevaluasi mata uangnya? Atau kebakaran hutan dan lahan yang merugikan kami hampir 2 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Lalu bagaimana dengan tahun 2016 ini? Berikut beberapa hal yang akan mewarnai dinamika ekonomi dan bisnis tahun ini, menurut Rappler:

1. Dampak paket kebijakan ekonomi mulai terasa

Pada pembukaan perdagangan hari pertama Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun ini, Senin, 4 Januari, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan optimismenya melihat dinamika perekonomian 2016.

Ikuti perjalanannya secara rinci satu tahun yang laluSSaya optimis tahun 2016 kita akan lebih baik, jauh lebih baik lagi,” kata Jokowi. Apakah itu benar?

Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal sependapat bahwa memang ada potensi situasi ekonomi Indonesia tahun 2016 menjadi lebih baik. Salah satunya karena paket kebijakan ekonomi yang dicanangkan pemerintah selama tahun 2015 akan mulai terasa dampaknya.

“Benar, itu (paket kebijakan ekonomi) akan mulai berdampak tahun ini,” kata Fithra kepada Rappler, Rabu 6 Januari.

(BACA: Pengamat: Paket ‘1 September’ Belum Berdampak Nyata)

Di tengah situasi global dan internal yang kurang kondusif, pemerintah berinisiatif mengeluarkan delapan paket kebijakan ekonomi pada tahun 2015. Ada pesan yang jelas dari semua paket ini: Pemerintah ingin menjaga kepercayaan pasar dan mendorong laju pertumbuhan ekonomi.

2. Tabrakan perkembangan teknologi dan regulasi

Dari kasus pelarangan ojek on line (online) oleh Kementerian Perhubungan—sebelum kebijakan ini akhirnya diperbaiki—hingga persoalan hukum yang dihadapi layanan sewa mobil berbasis aplikasi Uber, ada satu benang merah yang jelas: Adanya konflik antara regulasi yang ada dengan perkembangan berbasis teknologi bisnis lahir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

(BACA: Rangkullah Uber dan Go-Jek, Pemerintah Butuh Aturan Baru)

Padahal pertumbuhan pangsa pasar yang menjanjikan tersebut berpotensi mendorong lahirnya lebih banyak bisnis dengan model bisnis seperti ini. Dalam layanan ojek online, hal ini terbukti dengan lahirnya Grab Bike, Blu-Jek hingga LadyJek.

Pemerintah, pelaku usaha dan seluruh pemangku kepentingan terkait harus mempersiapkan diri menghadapi situasi ini.

3. Kita para UMKM sedang berjuang menghadapi MEA

Siap atau tidak, suka tidak suka, proses integrasi ekonomi negara-negara ASEAN ke dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimulai pada akhir tahun 2015.

(BACA: 5 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015)

Dampaknya akan dirasakan pada tahun 2016 oleh pemangku kepentingan terkait, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang merupakan tulang punggung perekonomian kita.

MEA akan membuka peluang sekaligus ancaman. Peluang datang dari perluasan pasar, dan peluang kolaborasi dalam proses penciptaan rantai pasokan dengan melibatkan lebih dari satu negara sebagai basis produksi untuk mendapatkan efisiensi tenaga kerja dan logistik. Ancaman akan datang jika UKM tidak siap dan pemerintah tidak mendukung mereka dengan regulasi.

Kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) di Indonesia sendiri mencapai 58 persen. Jika mereka tidak memanfaatkan peluang yang muncul dari hadirnya MEA dan malah tergerus arus persaingan, perekonomian kita akan merugi.

Perjuangan pemerintah bersama pelaku UMKM melawan MEA akan mewarnai tahun 2016.

4. Pengaruh China, USA dan harga minyak

Dalam lanskap global, pergerakan dua poros ekonomi dunia, Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, pada tahun 2015 berjalan berlawanan arah sehingga menimbulkan ketidakpastian yang meluas. Perekonomian China melambat sementara Amerika Serikat pulih.

Ekonom dan rektor Universitas Paramadina Firmanzah mengatakan kepada Rappler dalam sebuah wawancara tahun lalu bahwa beberapa minggu setelah Bank Rakyat China mendevaluasi Yuan dan membuatnya lebih mudah beradaptasi dengan mekanisme pasar.

Ketidakpastian membuat investor membatasi pergerakannya dan cenderung menginvestasikan uangnya pada aset dengan faktor risiko yang lebih rendah. Di dalam negeri, hal ini menyebabkan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Data kinerja industri manufaktur dirilis di Cina awal tahun 2016 menunjukkan bahwa perlambatan ekonomi negeri Tirai Bambu masih berlanjut. Sementara itu, proses pemulihan di Amerika Serikat masih berlangsung, meski laju sejumlah indikator di bawah ekspektasi pasar.

Melihat situasi tersebut, ditambah dengan potensi gejolak harga minyak akibat konflik di Timur Tengah, kemungkinan besar ketidakpastian akan terus mempengaruhi perekonomian global di tahun 2016. —Rappler.com

BACA JUGA:

Keluaran Sidney