
Ratu Tisha, sosok baru jagoan lama PSSI
keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Terpilihnya Ratu Tisha sudah diprediksi sejak awal
JAKARTA, Indonesia – Ratu Tisha Destria ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderal oleh PSSI. Terpilihnya Tisha sebenarnya bukan sebuah kejutan karena sejak awal proses seleksi ia sudah berada di atas kandidat lainnya.
“Kode keras” terpilihnya perempuan berusia 33 tahun ini terlihat saat Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi menghadiri acara undangan PSSI Pers, komunitas jurnalis yang meliput Federasi Sepak Bola Seluruh Indonesia.
“Calon Sekjen harus bisa minimal 4 bahasa karena dia akan berhadapan dengan FIFA dan negara lain, jadi harus punya kemampuan bahasa yang baik,” kata Edy.
Sehari kemudian, PSSI mengumumkan 30 nama yang terdaftar dalam seleksi terbuka menjadi Sekjen. Dari 30 nama, hanya Tisha yang menguasai empat bahasa atau lebih.
Dia mengaku bisa berbahasa Jepang, Jerman, Inggris, Italia, dan Belanda. Sangat berkompeten dan cocok sementara tidak ada kandidat lain yang mempunyai kemampuan itu.
Pada Sabtu 8 Juli, PSSI pun mengumumkan Tisha sebagai sosok yang dimaksud. Oleh karena itu, hasil proses seleksi yang panjang sudah diketahui sejak awal.
Siapa Tisha?
Ratu Tisha Destria menjadi satu-satunya perempuan di Asia yang menerima beasiswa FIFA. Selama sepuluh bulan untuk Program Beasiswa Master FIFA di Eropa.
Latar belakang Tisha sebenarnya jauh dari dunia sepak bola. Tidak ada darah sepak bola yang mengalir dalam dirinya. Tetapi gairah Kemampuannya yang luar biasa dalam sepak bola membawanya menjalani takdirnya untuk selalu menangani si si kulit bundar.
Ketertarikan alumnus Jurusan Matematika Institut Teknologi Bandung (ITB) terhadap sepak bola sudah terbentuk sejak bangku SMA.
Bersama Hardani, saat masih berstatus pelajar, ia mulai mengembangkan kecintaannya terhadap sepak bola. Mulailah membuat tim sepak bola kecil. Hardani adalah pemainnya dan Tisha adalah manajernya. Kemudian, dari sana, Tisha mulai merambah ke pengelolaan kontes.
Pada tahun 2004 hingga 2008, Tisha ditunjuk untuk mengelola tim sepak bola mahasiswa ITB. Ia tidak hanya menangani hal-hal teknis, ia bahkan menangani hal-hal non-teknis seperti mencari penghasilan finansial.
Saat itu, tim sepak bola ITB tergabung dalam kompetisi internal Persib Bandung. Alhasil, ia pun merapat dengan Persib dan Asosiasi Provinsi PSSI Jawa Barat.
Keduanya kerap mengajak Tisha berkolaborasi dalam menyelenggarakan kompetisi. Setelah lulus dari ITB pada tahun 2008, ia langsung mendirikan LabBola.
Saat menjalani FIFA Master, Tisha belajar di tiga universitas dan bersama CIES (IPusat Studi Olah Raga Internasional) sebagai pelaksana program. Yakni De Montfort University di Leicester, Inggris; SDA Bocconi di Milan, Italia; dan Universite de Neuchatel di Neuchatel, Swiss.
Ia kemudian dekat dengan PT Liga Indonesia dan membantu di bidang kompetisi. Selanjutnya, saat PSSI dibekukan, ia dipercaya menjadi Direktur PT GTS yang merupakan operator ISC A dan B.
Setelah itu, Tisha ditunjuk menjadi direktur kompetisi di PT Liga Indonesia Baru, operator Liga 1, 2, dan U19 musim 2017.
Wanita ini juga termasuk orang yang percaya dan dekat dengan sosok Wakil Ketua Umum Joko Driyono. Kini tugas berat Tisha adalah membuka komunikasi dan siaga 24 jam untuk PSSI.
Ia juga akan melepaskan jabatannya di PT LIB yang dijabatnya sejak awal tahun.
“Saya siap melepaskan jabatan saya dan fokus menjalankan amanah saya sebagai Sekjen,” ujarnya saat ditemui, Jumat pekan lalu.—Rappler.com