Jumlah korban kebakaran di Bandung bertambah satu orang
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Para pejabat menyoroti kurangnya peralatan dan peralatan untuk mendukung penyelamatan kebakaran dan manajemen bencana
BANDUNG, Indonesia – Kabar duka kembali datang dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (DKPB) Kota Bandung yang kembali kehilangan anggotanya. Imam Taufik Hidayat, petugas DKPB Kota Bandung menghembuskan nafas terakhir pada pukul 05:05 WIB, Jumat 15 September 2017.
Iman menjalani perawatan di RS Hasan Sadikin Bandung selama 4 hari. Kondisi pria 33 tahun itu kritis setelah tubuhnya tertimpa tembok gedung CV Sandang Saritex yang terbakar. Sementara rekan Imam, Triesna Supriatna (35), tewas di lokasi kejadian.
Kedua petugas DKPB Kota Bandung itu sedang mengantarkan makanan dan minuman kepada petugas yang masih dalam proses pendinginan pasca kebakaran yang menghanguskan gudang penyimpanan kain di Jalan AH Nasution, Kota Bandung, Senin 11 September 2017. bangunan yang terbakar, tembok tiba-tiba runtuh menimpa mereka.
Meninggalnya dua anggotanya menyisakan duka mendalam bagi keluarga DPKB Kota Bandung. Kepala Dinas DPKB Kota Bandung Ferdi Ligaswara mengungkapkan rasa kehilangannya atas meninggalnya dua perwira terbaiknya.
“Tentu saja kami sangat merindukannya. “Mereka adalah putra-putra terbaik kami,” kata Ferdi kepada Rappler melalui telepon pada hari Jumat.
Ferdi memastikan tewasnya dua anak buahnya bukan karena kelalaian menjalankan standar operasional prosedur (SOP) pengamanan, melainkan takdir. Hal itu bisa dikatakannya karena penerapan SOP pengamanan merupakan kewajiban bagi seluruh anggotanya.
“Setiap absensi, setiap pertemuan, pengarahan pasukan, kami diinstruksikan untuk selalu saling mengingatkan, mengikuti prosedur. “Tapi kalau kehendak Tuhan berbeda, itu terjadi,” ujarnya.
Bagi Ferdi, hilangnya dua prajurit itu dirasakannya di saat lembaganya sedang kekurangan sumber daya manusia. Kejadian ini sekaligus mengingatkan Ferdi akan minimnya perlengkapan dan peralatan pendukung penyelamatan kebakaran dan penanggulangan bencana di dinasnya.
Ferdi mengatakan, kualitas dan kuantitas peralatan dan alat pendukung pemadam kebakaran dalam pelayanannya sangat minim. Seperti, Self-Contained Breathing Asparatus (alat pernafasan saat memadamkan api), fire jacket, fire Rescue boot dan snorkel (mobil pemadam kebakaran yang membawa tangga otomatis.
“Respirasi Asparatus sangat kurang. Kami hanya punya sembilan, setidaknya harus ada 30 untuk satu tim. Kita harus memiliki lebih dari 200 jaket pemadam kebakaran. Tangga pada snorkel kami hanya setinggi 30 meter. Jadi kalau ada kebakaran di ketinggian 90 meter, kami tidak bisa berbuat apa-apa, kata Ferdi.
Ferdi berharap pemerintah dan DPRD Kota Bandung menambah anggaran yang dialokasikan untuk memperbarui peralatan dan alat pendukung dalam pelayanannya. Ferdi mengaku heran anggaran yang diajukan pihaknya selalu dipotong.
“Jadi anggarannya banyak dipotong. Setiap aplikasi dihapus. Makanya aku suka marah-marah kalau lagi rapat. Jadi bukan hanya program pembangunan atau seksi saja, pelayanan kita juga harus lebih kuat perangkatnya, ujarnya.
Untuk kota besar, Ferdi menilai infrastruktur yang dimiliki DKPB Kota Bandung masih jauh dari yang diharapkan. Ferdi berharap bisa memperbaiki dan melengkapi infrastruktur yang ada, namun keterbatasan anggaran membuat pembelian peralatan berdasarkan skala prioritas.
“Makanya kami berharap ada perhatian lebih karena pemadam kebakaran dan penanggulangan bencana adalah parameter kota besar. Apalagi yang kita inginkan bukan hanya kebutuhan kita saja, tapi juga masyarakat, pungkas Ferdi. – Rappler.com